Share

2.

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2025-10-13 16:21:27

“Aaah…” Claire tak tahan untuk mendesah, seiring dengan bibir pria itu yang kini sedang menjelajah lehernya yang jenjang.

Claire bisa merasakan usapan hangat tangan pria itu yang menyelinap ke balik kaosnya yang ketat, menggerayangi setiap lekukan tubuhnya. Perempuan itu menggeliat sambil menggigit bibirnya keras-keras.

Saat tangan itu mulai meremas dadanya, Claire benar-benar dibuat gila. Tubuhnya langsung lunglai dan hampir terperosok jatuh kalau saja pria itu tak sigap menahannya.

“Kamu seperti cacing kepanasan,” suara berat pria itu mendesis seksi di telinga Claire. Dada Claire berdebar kencang. Dia bahkan tak sanggup berkata-kata lagi. Dia hanya ingin cepat-cepat menyalurkan hasratnya bersama pria tampan ini!

Pria itu lantas mengambil sedikit jarak, membelai kedua pipi Claire yang merona.

“Kamu cantik,” puji pria itu, menyunggingkan bibirnya. Mendengarnya, hati Claire meleleh.

Perlahan jemari pria itu merangkak ke pundak Claire lalu turun ke ujung bawah kaosnya. Dengan gerakan cepat, pria itu menarik kaos Claire hingga melewati kepalanya.

Kini Claire berdiri hanya dengan berbalut pakaian dalamnya. Nampak napas pria itu memburu lebih cepat. Bergegas, dia menghempaskan tubuh Claire ke atas ranjang.

Badan pria itu kini menjulang di hadapan Claire. Milik Claire langsung berdenyut kencang begitu pria itu mulai menanggalkan bajunya.

Dada bidangnya lalu menghimpit tubuh Claire. Napas perempuan itu tertahan, merasakan sengatan gairah yang tak terbendung.

Oh, dia benar-benar menginginkan pria ini menyatu dalam dirinya, membawanya melayang entah kemana. Dia memang sudah gila. Dia bahkan tak mengenal siapa pria itu. Tapi apa pedulinya?

Saat akhirnya, Claire menyerahkan diri sepenuhnya pada pria asing ini, dia tahu, dia akan mengalami malam yang hebat.

***

Claire benar-benar merasakan malam yang fantastis!

Dia tenggelam dalam erangan penuh kenikmatan. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali.

‘Sialan, dia memang luar biasa,’ pikir Claire dalam hati saat dirinya terbangun di keesokan harinya.

Kepalanya berdenyut-denyut karena pengar. Dia memang mabuk tapi pergulatan panas semalam terekam jelas di ingatannya.

Alkohol ternyata bisa memberinya keberanian untuk mendekati pria itu, pria tampan itu! Bahkan sampai tidur dengannya segala!

“Argh… Aku memang sudah gila,” Claire menenggelamkan wajah pada kedua tangannya. Walau bagaimanapun, terselip rasa bersalah di dirinya.

Ada rasa takut yang terselip. Walaupun semalam pria itu memakai pengaman, tapi tetap saja hari buruk tak ada di kalender.

Sekelebat bayangan masa lalu kembali bercokol di kepalanya.

‘Tidak, tidak,’ Claire menggeleng, berusaha menghempaskan skenario buruk di otaknya. ‘Semuanya akan baik-baik saja, Claire. Toh, kamu memang menginginkan sentuhan pria itu kan?’

Claire lalu menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan.

Tiba-tiba, suara derit pintu kamar mandi yang membuka, membuat Claire terkesiap.

Claire otomatis menarik ujung selimut ke dagu, menutupi tubuhnya yang polos ketika pria asing itu muncul di hadapannya hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Jantung Claire kembali berdetak cepat. Sentuhan dahsyat pria itu terbayang lagi di kepalanya.

‘Sial,’ rutuk Claire dalam hati.

Namun, dia tak bisa menampik tubuhnya yang kembali meremang saat memikirkan dada bidang itu bahkan pernah menghimpit tubuhnya, jemari pria itu pernah menggerayangi setiap lekukan tubuhnya, bahkan milik pria itu pernah membawanya merasakan kenikmatan yang tiada tara.

“Ah, kamu sudah bangun,” kedua sudut bibir pria itu menyungging ke atas. Dengan santai, dia melepas handuknya.

“Aaa!” Jerit Claire. Sontak dia memalingkan wajahnya.

“Hey, kita bahkan sudah melihat tubuh masing-masing,” decak pria itu heran.

“Te-tetap saja…” sergah Claire sambil terus memandang keluar jendela.

Namun, dari sudut matanya, Claire bisa menangkap gerakan pria itu yang sedang mengambil pakaian dari lemari lalu mengenakannya.

Dirasa sudah aman–maksudnya, pria itu sudah tak telanjang lagi–Claire memberanikan diri menatapnya lagi.

“Aku sudah telat,” ujarnya sambil menggulung lengan kemeja hingga ke siku. “Kamu bisa sarapan di restoran bawah kalau mau. Masih ada waktu. Vouchernya ada di laci nakas itu.” Dagunya mengarah ke nakas di samping Claire. 

“Dan ini,” pria itu lalu mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya, menaruhnya di atas selimut yang membungkus tubuh Claire. “Hanya segitu uang cash yang kupunya. Kalau ternyata kurang, tulis saja nomor rekeningmu, nanti aku transfer. Thanks for last night. Servismu memuaskan,” dia menyeringai mesum.

Kedua bola mata Claire langsung melebar. “Hei! Aku bukan pelacur!”

Langkah pria itu mendadak terhenti di depan ranjang. Dia menatap Claire sekali lagi sambil menyipitkan matanya.

“Bukan pelacur?” Ulangnya sambil mengusap-usap dagu. “Lantas, apa dong sebutannya kalau begitu? Wanita malam? Wanita penghibur? Itu sama saja, Nona Muda.”

“Kubilang aku bukan pelacur maupun sejenisnya!” balas Claire geram. Kepalanya mendadak panas karena amarah.

“Kamu nggak ingat, kamu bahkan yang menciumku terlebih dahulu?” Pria itu mengernyitkan dahinya heran. Yah, Claire ingat sih. “Kamulah yang mendekatiku, menggodaku untuk tidur denganmu.” Satu alis tebalnya terangkat.

“Tapi, bukan berarti aku pelacur,” sergah Claire ketus.

Dia mengibaskan tangannya acuh. “Terserahlah. Cari saja padanan katanya sendiri. Aku sudah telat. Tapi…” Pria itu kini berhenti di ambang pintu. 

Claire masih melayangkan pandangan jengkel padanya.

“Seumur hidup, aku belum pernah tidur dengan sembarang wanita sepertimu. Kamu berhasil menggodaku. Itu artinya kamu luar biasa.” Pria itu mengedipkan satu matanya sebelum menghilang dari balik pintu.

Claire hanya bisa menganga lebar mendengarnya. Pelacur? Sembarang wanita?

“BRENGSEK!” Pekik Claire, mencengkram kepalanya erat-erat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   13.

    Di luar, hujan mulai turun membasahi kaca mobil Devon.Udara di dalam kabin sekarang terasa pengap karena mesin mobil dalam keadaan mati.Devon bersandar dalam diam. Pandangannya mengarah ke luar dan nampak kosong. Namun, pikirannya berkecamuk. Dia masih coba mencerna cerita masa lalu Claire.“Lantas, di mana anakmu sekarang?” Suara Devon mengalun tenang tapi juga terdengar dingin.Claire terdiam, membiarkan keheningan menyeruak di antara mereka, membiarkan suara hujan yang mengisi kekosongan.“Claire…” sahut Devon pada akhirnya. “Kamu bisa jujur padaku. Apapun yang terjadi aku akan menerimamu dan anakmu...”Bibir Claire bergetar dan tangis perempuan itu kembali pecah. Kepalanya tenggelam pada kedua telapak tangan, terisak.Devon beringsut, membelai pundak Claire. Claire yang nampak ceria dan liar, ternyata menyimpan luka yang dalam.“Menurutmu, apa aku jahat?” Tanya Claire. Suaranya terdengar parau.“Tidak, kamu melakukan tindakan yang tepat dengan mempertahankan bayi itu, Sayang…” b

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   12.

    “Jadi… lo mau aborsi?” Pupil Marsha melebar setelah mengetahui apa yang terjadi pada sahabatnya.Claire mengangguk dalam diam. Wajahnya nampak begitu kuyu dengan kantung mata hitam yang menggantung.“Nggak ada jalan lain. Ini demi masa depan gue dan Rian…”“Tapi ini sama aja dengan pembunuhan,” tandas Marsha.“Lo bisa bilang begitu karena lo nggak mengalaminya,” balas Claire sedikit emosi. Dia pikir sahabatnya itu tak akan menghakiminya seperti ini. “Itu konsekuensi dari apa yang lo lakukan sama Rian. Memangnya apa yang mau lo harapkan setelah tidur bareng? Keluar mobil? Ya pasti bayi-lah,” Marsha melempar kedua tangannya ke udara.Claire hanya bisa terdiam. Rasanya dia ingin menangis sekarang.“Claire, sorrry,” ucap Marsha kemudian, menghampiri sahabatnya begitu menyadari raut Claire yang berubah sendu. “Gue cuma kesel aja lo nggak berhati-hati seperti ini. Maksud gue, kita baru aja mulai perkuliahan, tapi lo malah hamil. Ini seperti mengubur masa depan lo, Claire…”“Gue tau…” Clair

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   11.

    “Ha-hamil?” Ulang Devon, berharap itu lelucon belaka. Tapi wajah perempuan itu tak menunjukkan tanda-tanda kalau dia sedang bercanda. “Lalu… bagaimana dengan bayinya?” Tiba-tiba bahu Claire berguncang dan dia mulai terisak.“Claire, kalau memang terasa berat, kamu nggak harus menceritakannya sekarang….” Devon membelai pundak Claire.Namun Claire menggeleng lemah. “Kurasa kamu harus mengetahuinya. Aku mencintaimu. Aku nggak mau bohong soal masa laluku. Tapi… kamu janji nggak akan ninggalin aku setelah tahu semuanya?”Claire menatapnya dengan sorot yang begitu memohon.Devon mengangguk pelan. “Aku nggak akan meninggalkanmu.”Claire tersenyum tipis, merasa lega mendengarnya. Selama ini, dirinya terbebani dengan rahasia masa lalunya yang kelam.Dan firasat Claire benar, Devon memang mencintainya!Lantas, Claire menatap lurus ke depan, membuka kembali ingatannya yang menyakitkan.***“Uh, Claire…” erang Rian.Pria itu terbuai dalam kenikmatan yang dalam. Napas mereka saling memburu di

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   10.

    Tok, tok, tok.Setiap ketukan itu membuat jantung Claire berpacu dua kali lebih cepat.“Apa yang harus kita lakukan?” Bisik Claire lagi.Sementara, satpam itu menyipitkan matanya dari luar jendela. Lehernya menjulur, mendekatkan ujung hidungnya ke permukaan kaca mobil yang gelap. Kepalanya bergerak-gerak curiga.“Tenang, kaca mobil ini gelap. Mustahil dia bisa lihat ke dalam,” suara Devon nyaris tak terdengar. “Sekarang, bersembunyilah di jok belakang.”Claire bergerak pelan ke jok belakang. Lantas, Devon membenarkan pakaiannya. Setelah mengembuskan napas panjang, dia tersenyum sambil menurunkan jendela mobil.“Ada apa, Pak?”“Oh, Pak Devon. Maaf, Pak. Saya menyadari sedari tadi mesin mobil Bapak nyala, tapi mobilnya nggak jalan-jalan. Saya takutnya kenapa-napa,” terang satpam itu.Namun Devon tahu bola mata satpam itu menelusuri bagian dalam mobilnya dengan curiga.“Saya sedang mengerjakan sesuatu, mendadak,” Devon mengangkat ponselnya.“Baik, Pak. Takutnya Bapak keracunan CO2,” satp

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   9.

    “Well, essaimu cukup menarik, Marsha,” Devon menyerahkan kembali lembaran kertas itu ke Marsha. Mendengar pujian itu senyum langsung membingkai di wajahnya.Sementara, Claire diam-diam mendengus kesal. “Pokoknya, gue harus dapat A di mata kuliah ini!” Marsha mengepalkan satu tangannya penuh tekad. “Karena hanya dengan cara inilah Pak Devon menyadari keberadaan gue,” lanjut Marsha, berjalan di selasar.“Memangnya lo yakin Pak Devon masih sendiri?” Nada suara Claire terdengar sinis. “Karena semata-mata dia nggak pakai cincin, bukan berarti dia single.”Marsha mengedikkan bahunya santai. “Lagian, siapa yang peduli sih kalau ternyata dia udah punya pasangan?”“Astaga…” Claire geleng-geleng kepala, membiarkan Marsha berjalan mendahuluinya ke perpustakaan.Mereka menempati meja yang ada di sudut ruangan di lantai tiga. Claire langsung membuka laptopnya.Tiba-tiba saja, Marsha berujar dengan nada rendah. “Ada gosip, Claire…”“Apa?” Balas Claire tanpa mengalihkan pandangannya dari layar lapt

  • Malam Panas dengan Dosen Tampan   8.

    Lenguhan Claire menggema ke setiap sudut kamar. Tangan perempuan itu mencengkram erat permukaan sprei, seiring dengan hentakan pinggul Devon yang semakin cepat dari belakang.Kedua tubuh polos yang berkeringat itu menyatu dalam gejolak nafsu yang membara. Ranjang kayu yang nampak kokoh itu bahkan sampai berdecit, menandakan betapa panasnya pergumulan mereka kali ini.Begitu akhirnya lolongan penuh kenikmatan keluar dari mulut Claire, tubuhnya telungkup di atas ranjang, lemas dan puas. Rasa menggelitik dan hangat itu masih menyeruak dalam diri Claire.“Shit…” desis Devon dengan napas terengah. “Kamu nggak dalam masa subur kan?” Tanyanya cemas.“Hm… entahlah. Nggak tahu…” balas Claire. Dirinya masih mengawang di atas sana.“Sorry, aku nggak bisa mengeluarkannya tepat waktu,” Devon memutar tubuh Claire.Claire nampak terdiam sesaat. Raut cemas merebak di wajahnya, sampai akhirnya dia tersenyum tipis. “Aku bisa minum pil.”Lalu dia beringsut, merebahkan kepalanya di atas dada bidang Devon

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status