Home / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 6. Hadiah yang Mengusik

Share

Bab 6. Hadiah yang Mengusik

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:46:22

“Kenapa Tania?” Rachel menegur Tania yang sejak tadi menunduk di bawah meja.

“Kamu lihat apa?” Rachel ikut menyusul menunduk.

Sang manajer yang memang duduk di samping Tania menggantikan Rafael, jadi penasaran.

“Tidak ada apa-apa, Bu Rachel,” sahut Tania cepat.

Ia memasukkan kembali kotak hadiah ke dalam paper bag dan duduk tegak di kursinya.

“Kita sudah siap memesan makanan. Kamu mau pesan apa?” Tanya Rachel.

Saat itu, Tania tidak bisa berpikir banyak. Ia hanya meraih buku menu, dan memesan apa pun yang dilihatnya pertama kali.

Pikiran Tania penuh dengan dugaan kotak hadiah yang baru saja ia lihat. Kotak hadiah itu, ia mengingatnya. Itu adalah kotak yang sama dengan kotak yang ia lihat di atas meja sang direktur.

Kotak hadiah berwarna hitam dengan pita emas. Bahkan ukurannya pun sama persis. Tania sangat yakin.

‘Tapi kenapa Bu Rachel yang memberikannya?’ Tania hanya bisa bertanya dalam hati.

‘Apakah hadiah itu titipan? Atau kebetulan saja kotaknya sama?’

Tak mau terlalu percaya diri, Tania menyimpulkan jika kotaknya mungkin serupa. Untuk apa Rafael memberikan hadiah khusus padanya?

“Sebelum makan, ayo kita foto dulu,” ajak Keisha.

Keisha meminta izin pada Rachel untuk mengambil foto bersama. Mereka mengambil beberapa foto sebelum duduk kembali.

“Nanti kirimkan ke saya, ya.” Rachel menunggu Keisha mengangguk sebelum ia mengucapkan terima kasih.

Makanan mereka datang tak lama kemudian. Suara obrolan berubah menjadi denting peralatan makan.

Mereka berbincang santai sesaat sebelum akhirnya satu-persatu berpamitan.

“Makasih ya, Tania!” Keisha menjadi rekan kerja terakhir yang berpamitan, menyisakan Tania dengan Rachel.

“Bu, apa Bu Rachel mau pesan lagi?”

Tania bingung harus bertanya atau tidak. Mau mengusir juga tidak mungkin. Jadilah dia memilih untuk menawarkan Rachel memesan.

“Tidak,” tolak Rachel. “Ayo kita ke kasir.”

Tania kesulitan mengejar langkah Rachel. Dia harus merapikan sisa kue dengan cepat, juga meraih paper bag yang ada di bawah kursi.

Saat Tania sudah sampai di kasir, Rachel sudah membayar bill untuk meja mereka.

“Bu, harusnya saya yang–”

Rachel menyela dengan sebuah senyum. “Tak apa. Saya membuatnya menjadi makan bersama untuk staff room service yang dimasukkan dalam tagihan perusahaan.”

Tania jadi tak enak hati. Ia ingin membantah, tapi Rachel tak memberinya kesempatan bicara.

“Kamu sudah menjadi bagian dari perusahaan juga. Tidak usah merasa sungkan, cukup bekerja dengan baik seperti biasanya.”

Mau tak mau, Tania mengangguk. Kalau sudah begini, dia tak bisa memaksa lagi.

“Saya berharap banyak padamu, Tania. Apalagi kamu bukanlah pegawai biasa.”

Tania menautkan alis sesaat. ‘Bukan pegawai biasa?’

Ia sedikit bingung. Apakah Rachel sedang membicarakan saat Tania berhasil melayani seorang tamu penting dari Negeri Tiongkok yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik?

Atau saat Tania menolong seorang lansia dari Filipina dengan alergi makanannya?

“Yang penting kamu betah di Grand Velora.” Rachel menepuk bahu Tania lembut. Ia mengajak Tania berjalan ke luar restoran.

“Kamu pulang naik apa?” Tanya Rachel.

Keduanya memandang langit yang ternyata sudah berubah gelap.

“Mau pulang bersama saya?”

Tawaran Rachel membuat Tania canggung. Ia belum pernah ditawari pulang dengan atasan. Bahkan, ia tidak tahu jika rumah mereka searah.

“Terima kasih, Bu Rachel. Saya tidak mau merepotkan,” tolak Tania halus.

Tania memikirkan alasan yang tidak akan menyinggung Rachel. “Sudah malam. Bu Rachel juga pasti lelah. Saya bisa naik taksi dari sini.”

Pandangan Tania tertuju pada mobil yang lalu lalang di hadapan mereka.

“Ah, itu ada satu!”

Kebetulan sekali sebuah taksi melintas di depan Tania. Ia langsung menyetop taksi tersebut dan naik tanpa ragu.

“Terima kasih untuk hari ini, Bu Rachel!” Tania berpamitan sopan.

Ia melangkah masuk ke dalam taksi, lalu menunduk sopan sekali lagi sebelum taksi berjalan pergi.

Di dalam taksi, Tania menghela sesaat. Ia mengeluarkan kembali kotak hadiah yang ada di dalam paper bag. Ia sangat penasaran dengan isinya.

“Astaga ….” Tania memandang tak percaya.

Di tangannya ada sebuah dress cantik berwarna navy, warna kesukaan Tania.

“Kok bisa? Apa Bu Rachel tahu warna favoritku?” Tania merasa tidak pernah mengatakan itu pada Rachel.

“Apa ini benar-benar dari Bu Rachel?”

Jika Tania mencoba mengingatnya, tak sekali pun Rachel mengatakan jika ia yang memberikan hadiah itu.

Rachel hanya membawakan kue dan hadiah, lalu berucap jika keduanya untuk Tania.

“Tidak,” ucap Tania seraya menggeleng cepat. “Pasti dari Bu Rachel.”

Tania mengembalikan dress itu ke dalam kotak. Ia menyimpannya kembali, sebelum menyadari getaran di handphone miliknya.

Tangannya meraih handphone dari dalam dalam tas. Ada sebuah pesan masuk terpampang di layar, dari Gilang.

My Love: Kamu dekat dengan Pak Direktur?

“My Love apanya?” Tania menggerakkan jarinya kasar. Ia menekan tombol hapus kuat-kuat, mengganti nama kontak Gilang.

“Aku punya nama yang lebih cocok untukmu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 175

    “Aku punya bayi di sini!” Tania sengaja menegaskan agar Rafael tidak salah paham.Tania tak ingin Rafael merasa senang karena ia sedang dongkol. Semakin Rafael tersenyum, semakin Tania geram.“Cepat!” gerutu Tania. Rafael bergegas. Tak lama, ia sudah kembali dalam pakaian kering. Tania memicing. Ia ingin mengusir Rafael, tapi di rumah orang tuanya ini, Tania tak mungkin melakukannya. “Aku tidur di luar aja.” Rafael yang peka dengan tatapan tajam Tania, langsung beranjak. Tania berseru memanggil Rafael, tapi suaminya itu sudah terlanjur keluar. Meski enggan, Tania menyusul Rafael. Bisa jadi masalah jika keluarga Tania mendapati Rafael tidur di luar. Tania bisa diceramahi sampai kiamat. Apalagi Tania tidak akan mengucapkan alasannya. “Balik ke kamar,” ucap Tania sambil menyenggol lengan Rafael. Rafael sudah memejamkan mata, terlihat lelah. Namun, mendengar perintah dari Tania, Rafael gegas berdiri. Mereka berjalan beriringan ke kamar. Tepat setelah mereka masuk, Tania meminta Ra

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 174

    “Kenapa cemberut begitu?” Rafael baru pulang dan ia mendapati Tania sedang mengerutkan dahi. Padahal Tania sudah berusaha untuk biasa saja, tapi jengkel yang ia rasakan tak bisa Tania tahan. Dalam hati, Tania jelas tahu jika Rafael tidak melakukan kesalahan apa pun.Bukan Rafael yang merencanakan itu semua. Itu hanya orang tua Rafael yang sampai sekarang belum menerima Tania. “Apa ada masalah?” Rafael bertanya dengan tatapan menyelidik. Tania memasang wajah datar. Ia tak berniat menjawab sama sekali. Melihat respon Tania, Rafael bertanya lagi. “Apa aku melakukan kesalahan?” Saat itu, ujung hidung Tania bergetar sedetik. Namun, Rafael menyadarinya. “Salahku, ya?” Rafael mulai mengingat-ingat apa yang hari ini ia lakukan. “Aku hanya ada di kantor seharian, memeriksa dokumen. Rasanya aku enggak melakukan apa pun.” Rafael bergumam sendiri. Rafael mulai menjabarkan pada Tania apa saja yang sudah ia lakukan. Tania tak menyahut sama sekali, membuat Rafael stres sendiri. “Aku enggak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 173

    “Maafkan aku!” Tania berujar panik. Ia merasa malu karena mengomentari lukisan tepat di depan sang pelukis. Untung saja Tania mengatakan kalau lukisannya cantik!“Aku tidak tau kalau ini adalah pameran Bu Anna.” Tania masih terus meminta maaf. Sementara Anna membalas dengan tawa kecil. Senyumnya merekah sempurna. Tangannya menepuk lengan Tania lembut. “Kamu enggak melakukan kesalahan apa pun. Kamu malah memujiku,” sahut Anna. “Ah iya, kamu datang ke sini bersama suamimu, kan?” Saat Anna menyebut nama Rafael, tiba-tiba saja Rafael muncul di samping mereka. Tania terkejut sesaat. Rafael bukan hanya memiliki pendengaran super, tapi juga kemampuan berpindah tempat dengan sangat cepat. Sebelum ini, Tania melihat Rafael ada di sudut, sedang mengobrol. Sekarang, Rafael sudah ada di sisinya, menggenggam tangan Tania mesra. “Nah, ini Pak Rafael.” Anna berseru dengan senyum lebar sempurna. “Aku ingat kemarin ada tawaran dari Grand Velora.” Anna meraih tangan Tania lembut. “Aku baru ing

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 172

    “Kamu bilang apa barusan?” Kedua mata Tania membulat tak percaya. Dika mengangguk. Pria itu meyakinkan Tania jika apa yang dikatakannya benar.“Aku bersumpah apa yang kudengar itu benar.” Dika berucap serius. Namun, Tania masih memicing. Ia menatap Dika curiga, setengah bingung. Semuanya tidak masuk akal. Rafael kan sudah menikah dengannya, semua orang di negeri ini tahu jika mereka adalah suami istri. Lalu kenapa?“Siapa wanita yang dijodohkan dengan Rafael? Beritahu aku namanya.” Tania berusaha berucap tenang. Padahal, ia marah setengah mati. Bisa-bisanya, orang tua Rafael menjodohkan Rafael yang jelas-jelas sudah menikah dengannya?!‘Apa itu bahkan masuk akal?!’Dika mengelus bulu kuduknya yang meremang. Tania memang tidak meneriakkan kemarahan, tapi aura menusuk yang keluar dari dirinya membuat suasana berubah dingin mencekam. “Natasha Marie Tanudibya,” jawab Dika pelan. Tania tertegun sesaat. Ia berusaha mengingat di mana ia pernah mendengar nama itu. “Dia anak pemilik Man

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 171

    “Buatmu,” ucap Rafael saat masuk ke dalam kamar lama Tania. Rafael membawakan Tania sebuah cake cokelat berukuran sedang. Tania menerimanya dengan antusias. “Yang itu buatmu. Habiskan saja. Untuk yang lain udah aku simpan di luar,” sambung Rafael. Wajah Tania berubah sumringah. Ah, ia harus mengakui jika ucapan ibunya benar. Mungkin ia memang beruntung memiliki seorang suami seperti Rafael. Rafael bahkan pulang tepat waktu. “Apa pekerjaanmu enggak sibuk?” tanya Tania. Rafael hanya mengangkat bahu. Ia menghampiri Tania, membantu Tania memotong kue. “Kamu udah baikan?” Rafael malah mengalihkan pembicaraan. Tania balas memandang tidak senang. Ia ingin pertanyaannya dijawab. “Sedikit.” Rafael menjawab. Namun, ia dengan sengaja menyuapkan kue untuk Tania. Tentu agar Tania tidak bertanya atau mengomel. Tania tak bisa bicara dengan mulut penuh. Dan Rafael berhasil. Di kunyahan pertama, Tania tidak bisa merasa kesal lagi. Kuenya sangat enak, membuat Tania tak mampu menahan senyum.

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 170

    Tania membelalak. “Ibu tau darimana?!”Otak Tania sempat menuduh Rafael. Namun, hatinya langsung menolak. ‘Enggak mungkin Rafael!’ bantah Tania dalam hati. Tania yakin Rafael bukanlah orang yang akan dengan mudah menceritakan masalah mereka. Apalagi masalah ini akan mempengaruhi penilaian Anggi padanya. “Tak penting Ibu tau dari siapa.” Anggi menolak untuk bicara. “Penting!” Tania menyela. “Dari mana Ibu tau kabar bohong kayak gitu?” Tania sengaja membantah kebenaran. Ia membuat ekspresi wajahnya semeyakinkan mungkin, agar Anggi tidak curiga. “Grand Velora enggak pakai target tamu,” sahut Tania penuh percaya diri. “Lagipula, Tania kan bukan sales. Kenapa harus kejar target?” sambung Tania. Anggi langsung mendelik. Ia menatap Tania penuh rasa curiga. Tania menghadapi tatapan penuh tuduhan dari Anggi tanpa berkedip. Ia tidak akan menunjukkan keraguan sama sekali. “Benarkah?” Anggi sejenak terlihat linglung. Tania memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Kepalanya mengangguk,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status