Home / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 7. Kebohongan di atas Kebohongan

Share

Bab 7. Kebohongan di atas Kebohongan

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:46:31

Botak Penjilat: Tania, cepat balas pesanku!

“Hahaha!” Tania menghapus sudut matanya yang berair karena tertawa.

“Nama yang aku berikan cocok sekali.”

Ia berhenti setelah puas. Tatapannya kembali tertuju pada layar ponsel.

“Apa maksudnya coba mengirim pesan seperti ini?”

Dahinya sampai berkerut tujuh lipatan saat membaca isi pesan dari Gilang sekali lagi.

‘Kenapa tiba-tiba Gilang menanyakan tentang Rafael?’

“Padahal sebelum ini kamu berselingkuh, tapi tidak berniat menjelaskan sama sekali. Maumu apa?!”

Jari Tania bergerak mengetikkan pesan balasan. Ia terdiam sesaat kemudian.

“Kenapa aku harus membalas pesan darinya?” Tania merutuk penuh kemarahan.

Untuk apa? Tania merasa tidak memiliki kewajiban untuk membalas pesan Gilang.

Ia mematikan kembali layar ponselnya, lalu menyimpan benda pipih itu di dalam tas.

‘Aku tak mau lagi berhubungan dengan Gilang!’

Taksi yang mengantar Tania berhenti perlahan. Rupanya ia sudah sampai di tujuan.

“Terima kasih, Pak,” ucap Tania seraya memberikan ongkos.

Ia melangkah turun dengan kotak kue dan juga paper bag di tangan. Di depan pintu, Tania disambut oleh sang adik.

“Wah, Kakak bawa apa?” Tyo memasang senyum lebar.

Tyo sudah SMA, tapi dia masih bertingkah seperti bocah.

“Kue,” sahut Tania sambil memberikan kotak itu pada sang adik.

Tania membiarkan Tyo membawa lari kuenya, sementara ia sibuk membuka sepatu.

“Kamu sudah pulang Tania?” Suara Anggi menyapa Tania.

Ibunya itu langsung bergerak menuju ke dapur. “Ibu panaskan makanannya, ya.”

Tania langsung menolak. “Enggak usah, Bu. Aku sudah makan di luar. Mau langsung tidur. Capek.”

Kaki Tania melangkah cepat menuju kamarnya. Sayang, ia dihentikan oleh Agus–sang ayah.

“Tania, kue apa yang kamu bawa?” Agus memicing curiga saat anak bungsunya–Tyo membuka kotak kue itu.

Ada tulisan selamat yang terpotong karena kuenya tersisa setengah.

“Aku diangkat menjadi pegawai tetap, Yah,” sahut Tania.

Ia ingin mencoba terlihat antusias, tapi tak bisa. Tania bahkan sudah tak merasa ingin bekerja lagi.

Lebih baik Tania membantu di kedai milik keluarganya. Dia lebih senang melakukan itu daripada bekerja.

Tania berkuliah di jurusan yang sama dengan Gilang. Bahkan ia bekerja di tempat Gilang. Semua yang ia lakukan semata agar bisa terus bersama Gilang.

Sekarang, setelah Tania tak ingin bersama dengan Gilang lagi, rasanya ia tak mau melakukan apa pun.

“Bagus kalau begitu!” Agus menjawab sambil mengangguk senang.

Terlihat jelas jika Agus menyukai kabar yang dibawa putrinya.

“Kamu bisa terus bekerja. Kejarlah dulu karirmu sebelum menikah.”

Tania membisu. Ada dua hal yang tidak ia sukai dalam kalimat sang ayah–karir dan menikah.

“Ayahmu benar, Tania. Kamu juga masih 22 tahun. Masih banyak waktu.” Anggi menimpali.

“Kalau kamu kesulitan bicara dengan Gilang, biar Ibu yang bicara nanti.”

Tania menghela keras. Tawaran dari Anggi tidaklah begitu berguna bagi Tania saat ini.

‘Apa harusnya aku jujur saja sekarang?’

Padahal tadi pagi, Tania masih berusaha menutupinya.

Namun, sekarang dia merasa hubungannya dengan Gilang mungkin memang harusnya benar-benar berakhir.

“Aku sudah putus, Bu,” ucap Tania, dalam bisikan.

Suara Tania pelan, tapi seluruh keluarganya bisa mendengar dengan jelas.

“Apa? Kenapa?” Anggi langsung mendekat. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang teramat sangat.

“Kalian bertengkar? Dia menyakiti kamu?”

Rentetan pertanyaan menyerbu Tania. Anggi terus bertanya kenapa, bagaimana, dan sejak kapan.

“Tania lelah, Bu. Bisa bicara besok lagi?” Tania mencoba melarikan diri.

Ia melangkah ke kamar, tapi teriakan sang ayah menghentikan Tania.

“Apa Gilang selingkuh?”

Tania tersentak. Langkahnya terhenti. Seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan lagi. Ia membatu.

“Gilang mengkhianati kamu?”

Apa yang Agus katakan sangat tepat, sampai-sampai Tania tidak tahu bagaimana cara mengelak.

Benar, Gilang mengkhianatinya. Cowok itu berselingkuh dan menghancurkan hatinya, tanpa sisa.

“Tidak,” jawab Tania pelan. “Kita cuma … enggak cocok.”

Tania harus memasang wajah meyakinkan di depan orang tuanya. Ia tak mau Agus dan Anggi mencium kebohongan yang ia katakan.

“Kita udah coba bicara, tapi memang enggak bisa dilanjutin.”

Agus dan Anggi memicing bersamaan. Keduanya seperti menaruh kecurigaan yang sama besar untuk Tania.

“Kalian sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun. Tidak mungkin bisa berpisah semudah ini,” ujar Anggi.

“Coba minta Gilang datang ke sini besok, biar Ayah dan Ibu bicara dengannya.”

Kali ini, Tania memekik frustasi. Ia tidak bisa tetap tenang setelah mendapatkan permintaan sulit itu.

“Kami sudah putus! Aku tidak mau bertemu dengannya lagi!”

Anggi sampai mengelus dada. Pertama kalinya wanita paruh baya itu mendapati putrinya berteriak.

Tania tersadar oleh tatapan kaget dari Agus dan Anggi. Segera ia menarik napas dalam untuk mengendalikan diri.

“Maaf,” lirih Tania, pelan. “Aku cuma tidak mau berhubungan dengan Gilang lagi.”

Tania memikirkan cara tercepat untuk keluar dari keadaan ini. Ia mengucap satu kebohongan.

“Aku sudah punya lelaki lain.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 209

    “Kami sudah memberikan kamu kesempatan!” Sonya balas menjerit. Wajahnya memerah, penuh kemarahan. Seolah Tania telah melakukan hal paling buruk padanya. Padahal, Tania hanya menjadi seorang menantu. “Kamu bisa tetap tinggal sampai anak itu lahir!” sambung Sonya. “Jangan terus menuntut dan bersikap kurang ajar!”Brak!Gelas di atas meja bergetar. Isi gelasnya tumpah. Setelahnya, terrdengar gemeletuk keras rahang yang beradu. Agus berdiri dengan sorot mata mematikan. “Yang kamu teriaki itu anakku!” balas Agus tak kalah keras. Tania langsung berdiri. Ia menepuk lembut lengan sang ayah, berusaha menenangkan. Namun, Agus menepis tangan Tania. Agus yang terlampau emosi jadi mengabaikan Tania. Tania yang kebingungan, menoleh pada sang ibu, meminta bantuan. Namun, Anggi diam tak bergerak dari tempatnya. Anggi yang sebelum ini mendukung Tania, jadi kehilangan keinginan untuk terus memberikan suaranya untuk sang putri.“Bu!” Tania menegur Anggi, membuat ibunya terpaksa bergerak. Anggi te

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 208

    Tania menatap kedua orang di depannya lekat. Ia tertegun sesaat sebelum akhirnya bergeser memberikan jalan. “Siapa, Tania?” Anggi menyusul melihat ke depan pintu. Di sana, sudah berdiri Sonya, dengan Julian yang duduk di kursi roda. “Si-silakan masuk!” Sonya mendorong kursi roda Julian mengikuti langkah Tania. Mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu. “Silakan duduk dulu. Saya akan ambilkan minuman.” Anggi bergerak cepat. Kakinya melangkah menuju dapur, menyiapkan teh hangat dan makanan kecil. Tania ditinggalkan di ruang tamu bersama Julian dan Sonya. Hatinya mendadak dipenuhi tanya. Apa kiranya yang Julian dan Sonya inginkan dengan datang ke rumahnya?“Ayah mertua sudah sembuh?” Tania mencoba membuka pembicaraan. Meski canggung setengah mati, ia berusaha untuk membuka mulutnya. “Saya bersyukur kesehatan Ayah mertua sudah lebih baik.”“Cih!” Julian meludah jijik.Dengan keterbatasan ekspresi juga gerakan, Julian tetap meremehkan Tania. Tatapannya sinis, bibirnya menggumam mengeje

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 207

    “Enggak apa-apa, Bu.” Tania mencoba mengerti. “Nanti Tania coba bicara sama Rafael buat lebih berusaha lagi,” janji Tania. Namun, malam itu, Rafael tidak kembali. Rafael menghubungi Tania lewat handphone Dika. Takut Tania tidak percaya, Rafael berniat melakukan video call sepanjang malam. Namun, Tania menolak. Ia ingin beristirahat. “Aku yakin kamu akan menjaga dengan baik kesempatan yang aku berikan,” ucap Tania pada Rafael. Tania memberikan peringatan lembut yang membuat Rafael langsung terdiam. Rafael dengan sadar diri berjanji kalau tidak akan ada yang terjadi. Malam itu, Tania tidur nyenyak. Saat bangun di pagi hari, ia mendapati Dika mengirim banyak gambar. Itu adalah foto Rafael setiap jam. Bibir Tania mengulas senyum tipis. “Ia benar-benar ingin membuktikan.” Tania melangkah ke kamar mandi dengan hati riang. Karena sudah tidak bekerja, Tania menghabiskan harinya membantu Agus dan Anggi di kedai. Malam hari, Tania mendapat kabar jika Rafael tidak pulang lagi. Rafael te

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 206

    “Kamu benar mau berhenti?” Fera langsung bertanya. “Kenapa? Apa karena Grand Velora mau bangkrut?” Tasya menyela. Wajahnya dipenuhi ketakutan.Baik Tasya maupun Fera, keduanya sama-sama cemas, sama-sama bingung. Tania yang menyadari kekhawatiran keduanya, tidak mau membuat keadaan semakin keruh. “Rafael sudah mengatasinya,” sahut Tania. Meski baru memulai, tapi Tania yakin Rafael akan menyelesaikan semuanya. Ia tidak meragukan Rafael sama sekali. “Benarkah?” Fera bertanya heran. Dahinya berkerut dalam. “Pak Rafael akan tetap di Grand Velora? Aku kira Pak Rafael juga sudah mengundurkan diri.” Rupanya Fera juga mendengar desas-desus itu. Tania tidak langsung menjawab. Ia menarik napas dalam sembari memikirkan kalimat yang tepat. Rafael memang ingin berhenti, tapi bantuannya di Grand Velora saat ini, seolah mengaburkan keputusan itu. Tania pun tidak mau memberi harapan palsu pada Fera dan Tasya. Namun, ia juga tidak bisa menampik kenyataan. “Grand Velora pasti akan kembali seper

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 205

    “Pak Rafael memanggil saya?” Nico ditarik kembali ke Grand Velora. Tania bahkan melihat Rachel yang datang bersama Nico. Sepertinya Rafael memang sengaja meminta keduanya kembali. “Untuk sementara, kamu yang menggantikan posisi saya sebagai direktur–”Nico mengangkat tangan menyela. Wajahnya terlihat gugup, juga ragu. Tiba-tiba saja dia dipanggil ke Grand Velora secara mendadak. Belum sempat Nico menebak apa yang terjadi, ia sudah dihadapkan dengan perintah seperti ini. Bahkan dalam mimpi saja, Nico tidak berani memimpikan posisi direktur.“Maaf, Pak Rafael. Saya pikir ini terlalu terburu-buru.” Nico mencoba meminta Rafael berpikir ulang. Tentu saja Nico sudah mengetahui keadaan Grand Velora. Belum lama ini, ia bahkan sudah membahasnya dengan Rachel. Sebagai orang yang pernah berada di Grand Velora sebelumnya, tentu saja ia peduli. Grand Velora, juga Grandee Hotel Group yang sedang berada di ujung tanduk. Tak ada satu pegawai pun yang tidak mendengar desas-desus itu. “Saya yakin

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 204

    “Kenapa kamu di sini?” Rafael menghela. Kedatangan Dika membuat suasana menjadi semakin canggung. Tania mulai menyesali keputusannya untuk mengajak Rafael. Rafael yang berusaha menghindar dari semua hal yang berhubungan dengan keluarga Dharmawan, jadi malah bertemu kembali dengan mantan asistennya. Jelas bukan reuni yang diharapkan oleh Rafael. “Saya masih bekerja di sini, Pak Rafael,” jawab Dika. “Saya berusaha meski sangat berat. Saya tidak bisa terus mengisi posisi kosong Pak Rafael,” sambung Dika. Suara Dika terdengar bergetar. Pria itu sedang menatap penuh harap pada Rafael sekarang. Rafael tegas menggeleng. “Aku tidak akan kembali.” Terdengar tarikan napas kaget. Seisi lobi seakan terkejut. Keadaan semakin tegang dengan suara berbisik di sana-sini. Tania menggigit bibirnya erat. Sekarang, ia sudah melakukan dua kesalahan. Pertama, membawa Rafael bersamanya. Kedua, membuat Rafael menjadi pusat perhatian. “Itu saja yang ingin saya sampaikan, Bu Manajer!” Tania senga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status