Home / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 5. Direktur di Meja Makan

Share

Bab 5. Direktur di Meja Makan

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:46:12

“Tidak masalah kalau aku dipecat.”

Tania tidak peduli. Tujuan awalnya bekerja di Grand Velora adalah untuk mendapatkan uang yang akan dipakai sebagai biaya pernikahan.

Sekarang, Tania sudah tidak ingin menikah. Siapa juga yang mau menikah dengan seorang lelaki hidung belang? Pastinya bukan Tania!

“Tania!”

Tania baru saja berdiri, tangannya mengepal, niatnya sudah bulat untuk mendatangi Romi dan mengungkap segalanya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang begitu ia kenal.

“Maaf, saya datang terlambat!”

Rachel melambaikan tangan dari pintu restoran, tersenyum lebar sambil berjalan mendekat. Bersamanya, ada seorang pria yang membuat napas Tania tercekat—Rafael.

Direktur baru Grand Velora–juga pria yang semalam tidur dengannya.

“Kenapa … dia ada di sini?”

Sekelebat ingatan menghantam pikirannya. Sentuhan panas, desahan samar, dan tatapan tajam Rafael di atas ranjang.

Bahkan tadi pagi Rafael sudah memanggilnya secara pribadi ke ruang direktur. Kenapa sekarang pria itu muncul lagi?

“Kenapa masih di sini? Ayo, kita bergabung dengan yang lain.” Rachel menepuk pundak Tania ringan sebelum mengajaknya melangkah bersama.

Tania berusaha mengendalikan ekspresinya, tetapi tubuhnya terasa menegang seketika. Dengan langkah kaku, Tania kembali ke tempatnya.

“Pak Direktur ingin bergabung dalam perayaan kita.” Rachel memberikan pengumuman singkat sebelum masuk ke dalam perayaan.

Seketika, seisi meja berdiri. Tania dan teman-temannya menyambut Rafael dengan senyum canggung dan ucapan terbata.

“Silakan duduk, Pak.” Rachel mempersilakan Rafael.

Tania tidak bisa menolak saat Rachel memberikan kursi kosong tepat di sampingnya untuk Rafael.

“Divisi kita mendapat kehormatan karena Pak Rafael ikut bergabung.” Rachel memberikan senyum lebar.

Saat ini, Rachel menjadi satu-satunya orang yang tersenyum lebar di meja mereka.

Rachel mempersilakan Rafael untuk mengucapkan beberapa patah kata sebagai pembuka.

Namun, Rafael hanya mengangguk singkat. “Saya hanya mampir sebentar, karena saya sangat sibuk.”

Tania mengernyit tak bersuara. Hanya hatinya yang mencela. ‘Kalau sibuk kenapa ikutan?!’ Protesnya dalam hati.

“Terima kasih karena sudah menyempatkan diri, Pak Direktur.” Rachel berucap manis. “Saya dan juga staff saya, Tania, sangat berterima kasih.”

Lalu, tangan Rachel mendorong kotak kue dan sebuah paper bag besar yang sebelum ini dia bawa.

“Selamat, Tania. Kami berharap kamu bisa terus berkontribusi dalam Grand Velora.”

Terdengar tepuk tangan riuh. Tania pun mengucapkan terima kasih.

Saat kue dipotong untuk dibagikan, Tania jadi bingung harus memberikan potongan pertama pada siapa.

Secara hierarki, harusnya Tania memberikannya pada Rafael lebih dulu. Namun, dia begitu enggan melakukannya.

“Pak Direktur,” panggilan sopan itu membuat seisi meja menoleh.

“Saya tidak menyangka Pak Direktur juga datang ke restoran ini.”

Tania menahan napas. Di depannya ada sosok Romi, juga Marcella. Keduanya menyapa Rafael, bahkan ada Gilang di belakang mereka.

Tatapan Tania seketika tertuju pada Gilang. Cowok itu–mantan kekasihnya, berpura-pura tidak melihatnya.

Seolah mereka tidak pernah menjalin hubungan. Seperti orang yang bahkan tidak saling mengenal.

“Apa Pak Direktur juga sedang merayakan pengangkatan pegawai baru?” Tanya Romi, ramah.

Saat itu, Rafael tidak langsung menjawab. Ia melirik Tania sesaat sebelum menghela singkat.

“Apa ada yang ingin Pak Romi tanyakan sampai menghampiri saya di luar jam kerja seperti ini?”

Romi terhenyak sesaat. Raut wajahnya berubah penuh penyesalan.

“Maaf, kami sudah mengganggu waktu Bapak.” Tangan Romi menarik lengan istrinya untuk berpamitan.

Pasangan itu undur diri, meninggalkan Gilang yang tampak terlalu bodoh karena tidak menyadari ketegangan yang terjadi.

“Maaf, Pak Direktur, apa Bapak mau bergabung dengan perayaan di meja saya juga? Saya adalah Manajer Front Office yang baru,” ucap Gilang tanpa tahu malu.

Semua orang yang ada di meja Tania menahan napas. Mereka tahu lirikan tajam Rafael untuk Gilang. Namun, Gilang begitu tidak peka sampai terus saja bicara.

“Saya akan siapkan kursi khusus untuk Pak Direktur. Pak Romi dan Bu Marcella juga–”

“Bu Rachel,” ucap Rafael seraya beranjak dari kursinya. Dia mengabaikan Gilang sempurna, seolah Gilang tak terlihat di depannya.

“Saya ucapkan selamat untuk staff baru di divisi Anda.”

Rachel ikut berdiri, mengucapkan terima kasih dan mengantar Rafael yang berpamitan.

Di saat yang sama, Gilang tanpa putus asa terus mengejar Rafael, membuat semua orang melihatnya muak.

“Mantanmu benar-benar seorang penjilat!” Ucapan ketus Keisha mendapat sebuah tepukan teguran dari Lia.

“Jaga bicaramu,” bisik Lia pelan. Ia menunjuk Tania yang sekarang masih sibuk menatap Gilang tak percaya.

Tania jelas mendengar apa yang Keisha katakan. Ia pun tak membantah, karena apa yang Keisha ucapkan itu benar.

Seorang Gilang bukan hanya tukang selingkuh, tapi juga penjilat. Tania merasa jijik, juga bodoh karena baru menyadarinya sekarang.

“Maaf, untuk gangguan singkatnya. Ayo kita lanjutkan,” ujar Rachel saat dia kembali ke meja.

Tania, Lia, dan Keisha mengangguk dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa pun.

Tania melanjutkan pembagian kue. Ia bersyukur karena kali ini dia memberikan potongan pertamanya pada Rachel.

Mereka bertepuk tangan lagi. Meja Tania kembali penuh dengan ucapan selamat.

“Terima kasih untuk kue dan hadiahnya, Bu Rachel.” ucap Tania.

Ia menepikan kue juga hadiah yang diberikan Rachel karena mereka berniat memesan makanan.

Saat meletakkan paper bag pemberian Rachel di bawah kursi, Tania tak sengaja menjatuhkan isinya.

Ia melihat isi paper bag itu. Kotak hadiah yang tampak tidak asing.

“Ini ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 21

    “Ah, sudah sampai.” Tania mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk ke arah jendela. Sedikit beruntung karena mereka tiba di rumah Anggi pada waktu yang tepat. Tania bisa mengalihkan pembicaraan. Ia kewalahan karena Rafael terus bertanya kapan dan di mana mereka akan bertemu dengan Bryan nanti. Tania langsung turun ketika mobil berhenti. Ia gegas mengetuk pintu setelahnya. Wajah Tania menjadi tiga kali lebih cerah saat melihat Zayne di depannya. Saat bersama Zayne, tak akan ada lagi pembicaraan tentang pekerjaan. “Kalian mau makan malam dulu di sini?” Anggi menawarkan ramah. Tania langsung menggeleng, karena ia tahu Rafael tak akan mampu menolak. Rafael tak pernah mengatakan tidak pada apapun yang kedua orang tua Tania katakan. “Nanti ngerepotin, Bu. Tania sama Rafael juga belum nyiapin apa-apa. Mungkin akhir pekan nanti, atau Ibu pilih aja waktunya. Asal kasih tau ke Tania lebih awal.”Anggi dengan berat hati mengangguk.

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 20

    “Iya, aku mau lantainya berlapis marmer. Buat semewah mungkin.”Tania meringis sekilas saat ia mendengar suara Rafael. Baru saja Tania membuka pintu, tapi ketegangan dalam ruangan itu sudah sampai padanya. Rafael benar-benar serius saat mengatakan jika ia ingin membuat tingkat yang lebih tinggi dari pelanggan VIP. Suaminya itu benar-benar menyiapkan segalanya. Helaan napas Tania terdengar berat. Ia teringat kembali dengan kejadian beberapa hari lalu saat dirinya bertemu dengan Bryan. Kecupan itu, dan juga penolakan kontrak yang dibuat oleh Bryan. Tania masih merasa kesal sampai hari ini. “Sayang?” Rafael langsung menghampiri Tania. Seketika, lamunan Tania selesai. Ia harus fokus pada Rafael yang sedang ada di depannya, atau sang suami bisa mencium keanehan. “Apa aku mengganggu? Kamu belum selesai bekerja?” Rafael langsung menggeleng. Ia menunjuk Dika yang memang selalu berada di sampingnya untuk melanjutk

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 19

    “Apa kamu sedang mengancamku?” Wajah Tania berubah penuh kemarahan. Ia tidak suka pada Bryan yang menggunakan cara kotor seperti ini. Bryan menjebaknya! “Tidak, Sayang.” Bryan membelai pipi Tania lembut. “Aku tidak sedang mengancam, hanya memastikan jika kamu akan terus ada di sisiku.”Tania melotot tak percaya. Tepat saat ia berniat membalas ancaman Bryan, terdengar suara teriakan dari luar. “Maaf!” Meski baru pertama kali bertemu, Tania tahu jika itu adalah suara Erik. Pria itu di luar sana seolah memberitahu jika ia sudah dekat. Jika mereka sudah dekat, Erik dan Farah tentu saja. Tania bergegas duduk kembali di tempatnya. Ia mengabaikan Bryan sempurna, seolah tak pernah terjadi apapun di antara mereka sebelumnya. “Aku benar-benar minta maaf.” Erik masih saja memohon meski pintu ruang VIP sudah dibuka oleh Farah. Tania dan Bryan menoleh bersamaan dari tempat duduk mereka masing-masing. De

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 18

    “Ternyata kamu adalah orang yang licik, Mr. Ziv,” sindir Tania. Makanan di depannya terabaikan. Ia sibuk memandang Bryan dengan tatapan tajam. “Aku menyebutnya penuh strategi, bukan licik.” Bryan melebarkan senyum. Senyum yang membuat Tania segera mengalihkan pandang. Ia sungguh tak ingin Bryan melihatnya terpesona oleh senyum itu. Lelaki itu benar-benar memanfaatkan ketampanannya dengan baik. “Aku terus menunggu pesan darimu.” Bryan mengangkat tangan, menunjukkan bekas jahitan di sana. “Padahal aku sengaja membuat ini agar kamu peduli, tapi kamu sama sekali tak menghubungi aku.”Bryan memiringkan kepalanya. Pria itu menilik ekspresi wajah Tania. Mati-matian Tania berusaha agar tak terlihat tegang. Namun, apa daya. Mata elang Bryan berhasil menangkap kegelisahannya. “Ini masih sakit, Tania.”Bryan terus membuat Tania terpojok. Ia akhirnya menghela sebelum balas menatap Bryan. “Itu sudah

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 17

    “Selamat pagi Mr. Ziv, saya ingin mengajukan kerja sama untuk wine eksklusif—”Tania menghela lelah. Ia sudah merangkai kata dengan baik, sekarang tinggal mengirimkan pesannya. “Kurasa aku harus menanyakan tentang keadaan tangannya juga. Ini bukan bentuk perhatian, tapi hanya kepedulian antar sesama manusia.”Setelah menambahkan pertanyaan pada pesan yang dikirim, Tania kembali duduk di kursinya. Ia menunggu tidak sabaran. Jari-jemari Tania mengetuk meja berkali-kali. Baru semenit, tapi terasa seperti sejam. Kenapa Bryan belum juga membalas pesannya? Apa Bryan sibuk? Ini kan jam istirahat. Farah bahkan sedang makan di luar. “Apa ia mengabaikan aku?!” Benak Tania penuh dengan tuduhan. Ia mulai membayangkan jika Bryan sengaja melakukan itu agar Tania merasa kesal. Dan sungguh, Bryan berhasil. “Apa aku harus menelponnya?” Jari Tania berhenti di atas tombol hijau. “Haruskah?” Tanpa menunggu, Tania me

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 16

    “Penjualan wine Grand Velora naik pesat.” Laporan itu membuat senyum Tania merekah sempurna. Ia sedang berada di ruang meeting. Mereka sedang melakukan rapat bulanan seperti biasa. “Semua berkat Bu Tania, yang berhasil mendapatkan kontrak eksklusif dengan Mr. Ziv.” Di kursi utama dalam ruangan, Rafael mengulum senyum senang. Tania ikut merasa puas. Setelah bertahun-tahun, akhirnya ia diakui di dalam Grand Velora. Bukan karena statusnya sebagai istri Rafael, tapi karena usahanya sendiri. “Kalau begitu, kita harus membuat rencana yang lebih besar.” Rafael meminta peserta rapat untuk memberikan ide. Banyak manajer mengacungkan tangan dan menyampaikan usul. Namun, belum ada satu yang benar-benar membuat Rafael tertarik. Karena waktu istirahat sudah tiba, Rafael mengakhiri rapat dan meminta agar ide-ide dari rapat hari ini ditampung dan disampaikan padanya lewat Dika. “Tania, tetap di sini.” Rafael meminta Tania tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status