Share

Bab 92

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-05-18 22:12:46

“Tu-tunggu!” Tania menahan tangan Rafael.

Ia menarik kembali cincin yang ada di tangan Rafael, mencegah pria itu membuangnya.

Tania bukan cewek matre, tapi ini lima miliar, loh. Lima miliar! Ia tidak bisa membiarkan uang sebanyak itu dilempar ke jalanan.

“Kamu suka?” tanya Rafael.

Tania menggeleng. “Akan aku simpan!”

Tania tahu jika dirinya sedang melakukan hal yang tidak sesuai. Hatinya tidak selaras dengan otaknya. Tania tidak ingin menerima pemberian Rafael, tapi ya tidak dibuang juga!

‘Cincin ini lima miliar. Denda pembatalan kontrak sepuluh miliar. Kurang lima miliar lagi.’

Tania menggeleng keras. Ia harus mencubit pipinya sendiri. Bisa-bisanya otak Tania memikirkan jalan licik begitu.

“Aku tidak masalah jika kamu membuangnya,” ucap Rafael santai.

Mendengar itu, Tania hanya menghela. Ia bukannya ingin tahu seberapa banyak uang Rafael. Tania sudah bisa menebak, pasti setinggi gunung!

“Karena kamu lebih penting,” sambung Rafael.

Seketika, Tania membatu. Ia tertegun tidak pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 99

    “Maaf aku enggak bisa kasih hadiah yang lebih bagus,” lirih Tania. Ia jadi menyesal sekarang. Padahal Rafael memberikannya cincin berlian seharga miliaran, tapi Tania cuma membeli mainan anak-anak yang tak sampai seratus ribu. “Kupaskan buah itu untukku.” Rafael tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan. Sebelah tangannya yang tidak digips menunjuk menuntut. Rafael sudah mengabaikan tabnya. Pria itu sedang meminta perhatian Tania. “Sebentar. Aku cari pisaunya dulu.” Tania berjalan ke pantry. Ia membuka sebuah lemari kecil, tapi hanya menemukan piring dan peralatan makan di sana. Saat Tania hendak keluar untuk bertanya, Dika langsung membantunya. Tak lama, seorang perawat membawakan pisau buah untuk Tania. “Terima kasih,” ucap Tania pada Dika dan perawat yang membantu. Ia segera kembali ke ruang rawat, lalu mencuci apelnya di wastafel. Tania kembali duduk di samping Rafael dan mulai mengupas apel lalu memotongnya kecil-kecil.“Ini.” Tania menyodorkan sepiring apel pada Rafael. Pr

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 98

    Pacar: Asistenku akan mengantarmu.Tania menghela berat. Ia terbangun di pagi hari dengan perhatian Rafael yang membuatnya sesak. Tania terus saja merasa malu pada Rafael. Jari Tania bergerak. Ia berniat untuk menuliskan penolakan, tapi pesan Rafael masuk bahkan sebelum Tania sempat menekan tombol kirim.Pacar: Dia sudah di depan rumahmu. “Aku jadi tidak bisa menolak,” keluh Tania. Ia terpaksa beranjak dari ranjang. Tania bersiap cepat. Ia tak ingin Dika menunggu lama. “Makan dulu, Tania,” panggil Anggi dari ruang makan.Anggi sudah menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga, tapi baru Tania saja yang siap berangkat. “Aku masih kenyang, Bu,” tolak Tania. Ia sudah tidak berselera makan sejak kemarin. Makanan yang diberikan Dika semalam saja, hanya berhasil Tania makan tiga sendok. “Makan dulu.” Anggi memaksa. “Kamu harus punya tenaga buat kerja.”Tania terpaksa menurut. Ia duduk di kursi dan hanya mengisi piringnya dengan setengah porsi biasa. “Nanti, kamu mau menjenguk te

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 97

    “Jadi dia sengaja nabrak aku?” Suara Tania bergetar. Ia tidak tahu sudah separah apa kebencian Gilang padanya. Apa yang membuat pria itu sampai ingin menghilangkan nyawa Tania. “Padahal dia pernah menjadi orang yang paling aku sayangi.” Tania tak bisa menutupi rasa kecewanya. Masa lalu tentang hubungan mereka terkadang membuat Tania sakit. Ia sudah tak ada rasa, tapi perihnya masih tersisa. “Kamu hampir mati,” sinis Rafael.Dingin suara Rafael menyadarkan Tania jika ia sudah melakukan kesalahan. Kesalahan Tania yang paling fatal: masih peduli pada Gilang. “Maaf, aku sudah membuatmu terluka.” Tania menyesali lagi kebodohannya.Rafael menghela keras. “Bukan salahmu!” Tania hanya bisa menunduk dalam. Ia terlalu malu untuk berucap lebih banyak. Ruang rawat itu hening, sampai seseorang mengetuk pintunya.“Pak Direktur!” Dika masuk setelah Tania membuka pintu.Keringat bercucuran dari dahi sang asisten. Sepertinya, Dika langsung berlari saat Rafael mengabarinya. “Bagaimana keadaan Pa

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 96

    “Kamu boleh tutup mata kalau capek!” gerutu Tania. “Masa harus aku ajari?”Tania ingin marah, tapi ia juga bersyukur. Keadaan Rafael yang tidak parah membuat Tania merasa tenang.“Kamu sudah menghubungi adikmu? Bagaimana dengannya?” Rafael mengingatkan Tania.Tania tersentak sesaat. Ia baru ingat alasan yang membuatnya sampai jadi begini. “Belum!” Tania meraih handphone di dalam tasnya. Ia langsung memeriksa benda pipih itu dan mendapati pesan dari ibu dan adiknya. Mereka berdua ternyata baik-baik saja. “Maaf!” Tania menutup wajahnya malu.Air mata meleleh lagi dari kedua matanya. Padahal Tania baru berhenti menangis, tapi ia sudah merengek lagi sekarang. “Aku bodoh. Harusnya aku tidak langsung percaya dengan ucapan Gilang. Dia kan buaya pembohong,” sesal Tania. Rafael menghela pelan. Pria itu berdehem keras untuk menarik perhatian Tania. “Jangan menangis.” Rafael berdecak pelan. Ia berusaha duduk, hendak mengulurkan tangan. Namun, Tania langsung mencegahnya. “Aku sudah tidak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 95

    Dinnn!Klakson berbunyi nyaring. Teriakan dan pekikan terdengar bersahutan. Tania merasakan tubuhnya berguling di jalan sebelum akhirnya berhenti.“Tania ….” Suara Rafael lirih terdengar. Tania membuka matanya perlahan. Ia mendapati dirinya di dalam pelukan Rafael. “Kamu baik-baik saja?” Rafael melepaskan pelukannya. Pria itu meringis, membiarkan tubuhnya terbaring di jalan. Tania yang masih syok tidak langsung bergerak. Ia menarik napas dalam sebelum bisa menyadari keadaan sekitar.“Ada kecelakaan!” Teriakan demi teriakan mulai merayap masuk ke telinga Tania. “Cepat tolong!” Sebuah tangan terulur untuk Tania. Ia masih memandang bingung, mencoba untuk mengingat semua yang terjadi. “Kamu enggak apa-apa, Mbak?” Seorang wanita membantu Tania duduk. “Mobil yang nabrak udah kabur tadi!”Kerumunan menjadi semakin ramai, dan Tania jadi merasa sesak. Saat itu, tangan Rafael meraih tangan Tania. Tania baru menoleh. Ia mendapati dahi Rafael yang dengan darah yang mengalir. Wajah pria i

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 94

    “Kenapa kamu memberikannya pada orang lain?!” Rafael mendesis tidak terima. Wanita pejalan kaki yang baru saja dihentikan Tania jadi kabur karena takut. Tania mendengus kesal. Ia menoleh, menatap Rafael tajam. “Kamu mau buat aku mati muda?!” Tania balas membentak.“Aku bisa kena diabetes kalau memakan semua cokelat darimu!” keluh Tania. Bahkan, di rumahnya saja, semua makanan pemberian Rafael menumpuk di kulkas, juga di meja makan. Di Grand Velora, Lia dan Keisha sudah menolak dengan halus karena terus-terusan diberi oleh Tania. Fera dan Tasya malah langsung menggeleng. “Ck!” Rafael jadi tidak membalas ucapan Tania lagi. Sebagai gantinya, ia menarik Tania kembali ke wilayah Grand Velora. Sebelah tangan Rafael terangkat, memanggil petugas keamanan Grand Velora mendekat. “Bagikan ini,” ucap Rafael pada petugas itu. Satu kantong besar cokelat diserahkan Rafael. Pria itu lalu menarik Tania kembali ke tempat mobilnya terparkir. Di dalam mobil, Tania melirik Rafael sekilas. Ia mend

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 93

    “Kakak bawa pulang makanan terus! Baru gajian?” Tyo meledek saat Tania masuk ke rumah dengan bungkus makanan di tangannya. Sudah beberapa hari ini Tania tidak pernah pulang dengan tangan kosong. Pacarnya, alias Rafael, terus saja memberikan makanan pada Tania. Tania ingin menolak, tapi tidak bisa. Rafael selalu menitipkannya pada orang lain, membuat Tania jadi tidak enak hati pada orang yang dititipi. “Kamu boros sekali, Tania!” Anggi ikut berkomentar. “Harusnya kamu menabung sedikit gajimu.”Tania mendengus kesal. Ia meletakkan semua makanan itu di meja makan. “Itu dari pacarku,” aku Tania. Tania bukan orang yang boros. Ia memang suka jajan, tapi tidak sebanyak itu. “Pacar Kakak yang mukanya kayak artis itu?” Tyo memekik tak percaya. “Aku pikir Kakak bohong!”Dalam satu gerakan cepat, Tania berhasil membuat Tyo tercekik. Ia mencengkram leher kaos Tyo, membuat adiknya itu memekik ketakutan. “Ibu!” Tyo merengek meminta bantuan pada Anggi. Tania jadi semakin kesal pada Tyo. Ia m

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 92

    “Tu-tunggu!” Tania menahan tangan Rafael.Ia menarik kembali cincin yang ada di tangan Rafael, mencegah pria itu membuangnya. Tania bukan cewek matre, tapi ini lima miliar, loh. Lima miliar! Ia tidak bisa membiarkan uang sebanyak itu dilempar ke jalanan. “Kamu suka?” tanya Rafael. Tania menggeleng. “Akan aku simpan!” Tania tahu jika dirinya sedang melakukan hal yang tidak sesuai. Hatinya tidak selaras dengan otaknya. Tania tidak ingin menerima pemberian Rafael, tapi ya tidak dibuang juga!‘Cincin ini lima miliar. Denda pembatalan kontrak sepuluh miliar. Kurang lima miliar lagi.’ Tania menggeleng keras. Ia harus mencubit pipinya sendiri. Bisa-bisanya otak Tania memikirkan jalan licik begitu. “Aku tidak masalah jika kamu membuangnya,” ucap Rafael santai. Mendengar itu, Tania hanya menghela. Ia bukannya ingin tahu seberapa banyak uang Rafael. Tania sudah bisa menebak, pasti setinggi gunung!“Karena kamu lebih penting,” sambung Rafael. Seketika, Tania membatu. Ia tertegun tidak pe

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 91

    “Aku malas pergi bekerja,” lirih Tania.Ia bangun dengan ingatan menyesakkan tentang apa yang terjadi kemarin. Tania berusaha melupakannya, tapi Rafael mengirimkan pesan padanya tanpa henti. Pacar: Sudah makan?Pacar: Selamat beristirahat.Pacar: Aku di depan rumahmu.Tania menghela. Rafael ternyata keras kepala juga. Padahal tak ada satu pun pesan yang Tania balas. Sambil melawan rasa malas, Tania masuk ke kamar mandi. Ia bersiap sangat lama sampai Anggi menegurnya. “Kenapa baru siap sekarang? Kamu bisa terlambat kerja. Masuk pagi, kan?” gerutu Anggi. Anggi menyiapkan sarapan cepat, tapi Tania sedang tidak berselera. Anggi yang melihatnya jadi gemas sendiri. “Cepat!” decak Anggi, kesal. Namun, Tania tetap santai. Ia mengunyah makanannya lambat-lambat. Sengaja, Tania ingin menunda waktu untuk bertemu dengan Rafael.“Lebih baik kamu pesan ojek online saja, Tania. Pagi begini pasti macet!” Anggi masih saja ribut meminta Tania bergegas. “Kalau berhenti kerja aja gimana, Bu?” celet

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status