Share

Bab 74

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2025-05-24 10:39:28

Bab 74

Disebuah gerai furnitur, Dira sedang melihat-lihat beberapa macam kasur yang akan digunakan untuk mengisi rumah barunya. Ia membiarkan Nadiya memilih sendiri ukuran dan warna kasur yang disukainya.

"Kita beli yang kecil aja ya, Mas? Kan kamarnya ada dua, jadi kita beli ukuran kecil buat kamar masing-masing." Nadiya menatap Dira setelah melihat beberapa macam kasur yang digelar di lantai.

"Yang kecil? Kenapa ngga yang besar aja sekalian?" Dira tidak setuju dengan usulan Nadiya.

"Kebesaran Mas. Kan kita tidurnya sendiri-sendiri?" balas Nadiya mengingatkan.

Dira tercengang mendengar jawaban Nadiya. "Oh tidur sendiri-sendiri ya? Mas kira tidurnya sekalian berdua," balas Dira sambil mengulum senyum.

"Jangan mulai deh, Mas!" kesal Nadiya lagi.

"Enggak. Tapi kan siapa tahu nanti kedepannya kita bakal terus sama-sama. Terus kasur yang satunya bisa dipakai buat anak-anak kita nanti. Ngga akan sia-sia kalau beli yang besar."

Nadiya terdiam. Benar juga saran dari Dira. Akan tetapi, ia tid
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 74

    Bab 74Disebuah gerai furnitur, Dira sedang melihat-lihat beberapa macam kasur yang akan digunakan untuk mengisi rumah barunya. Ia membiarkan Nadiya memilih sendiri ukuran dan warna kasur yang disukainya."Kita beli yang kecil aja ya, Mas? Kan kamarnya ada dua, jadi kita beli ukuran kecil buat kamar masing-masing." Nadiya menatap Dira setelah melihat beberapa macam kasur yang digelar di lantai."Yang kecil? Kenapa ngga yang besar aja sekalian?" Dira tidak setuju dengan usulan Nadiya."Kebesaran Mas. Kan kita tidurnya sendiri-sendiri?" balas Nadiya mengingatkan.Dira tercengang mendengar jawaban Nadiya. "Oh tidur sendiri-sendiri ya? Mas kira tidurnya sekalian berdua," balas Dira sambil mengulum senyum."Jangan mulai deh, Mas!" kesal Nadiya lagi."Enggak. Tapi kan siapa tahu nanti kedepannya kita bakal terus sama-sama. Terus kasur yang satunya bisa dipakai buat anak-anak kita nanti. Ngga akan sia-sia kalau beli yang besar."Nadiya terdiam. Benar juga saran dari Dira. Akan tetapi, ia tid

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 73

    Bab 73Sarah tak bisa lagi berbuat apapun sebab Edo selalu saja menunggunya di ruangan. Ia bak mati gaya. Dendamnya untuk Kavi masih tersimpan rapi dalam hati sedangkan Edo sudah menolak permintaannya berkali-kali.Siang itu, dokter sudah mengizinkan Sarah pulang. Kondisinya sudah lebih baik dan diperbolehkan sedikit beraktivitas. Meskipun masih harus banyak istirahat tapi tidak harus selalu bedrest seperti sebelumnya."Akhirnya kamu bisa pulang," ujar Edo senang. "Kita ke rumahku. Biar rencana pernikahan kita bisa langsung disiapkan."Sarah melengos. Ia tak tertarik dengan pernikahan. Yang ada dalam benaknya hanya bagaimana caranya untuk mencelakai Kavi, yang menurutnya bisa saja sewaktu-waktu mengejar Nadiya kembali."Kenapa? Kamu ngga suka kita nikah?" Edo menyahuti setelah melihat respon Sarah. Ia mendekat ke bibir ranjang, lalu duduk di sana."Terserah mau nikah apa enggak! Aku ngga tertarik!" ketus Sarah."Astaga kamu masih marah karena aku menolak mencelakai laki-laki itu? Apa

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 72

    Bab 72Perjalanan kembali ke rumah Dira berubah suasana. Tidak ada lagi obrolan santai, apalagi bercandaan ringan, yang ada hanya kebisuan yang menyelimuti seluruh kabin mobil setelah insiden ciuman itu.Namun, Dira tak membiarkan hal itu terjadi. Ia kembali berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Nadiya ngobrol santai."Kita mau ke apartemen apa langsung ke rumah baru?" tanya Dira memecah suasana. Ada rasa canggung sebenarnya, tapi Dira tak mau larut. Ia harus mengubah suasana yang dingin menjadi hangat kembali.Nadiya menoleh sekilas, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke luar jendela. "Terserah Mas aja.""Aku ada meeting habis ini. Kita ke apartemen dulu aja ya?"Nadiya terdiam sejenak. Tiba-tiba saja ia teringat akan kejadian mengerikan yang terjadi di apartemen itu. Ia lantas menggeleng cepat. "Tidak. Tidak mau! Aku mau ke rumah baru aja langsung."Dira tampak aneh dengan reaksi Nadiya. Tidak biasanya. "Kenapa kamu?"Nadiya menggeleng. "Aku takut." Ia meremas tangannya den

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 71

    Bab 71Di dalam keheningan malam Nadiya terjaga dari tidurnya. Ia melihat sang suami sedang tidur meringkuk di sisi ranjang sambil memeluk guling pembatas yang ia tata sebagai sekat. Istri Dira itu tak punya pilihan lain. Sekat itu terpaksa dipasang untuk meyakinkan dirinya bahwa hatinya benar-benar rela membuka lembaran baru dengan lelaki yang ada di sampingnya itu.Nadiya tersenyum samar. "Maafkan aku, Mas. Aku sengaja seperti ini. Aku tidak mau mudah luluh menerimamu yang nantinya berujung kamu sia-siakan seperti sebelumnya. Aku mau kamu benar-benar berjuang untuk mendapatkan hati dan cintaku dengan sepenuh hati," batin Nadiya dengan tatapan tak lepas dari wajah yang sedang terlelap itu.Tangan Nadiya terarah ke atas kepala Dira. Jemarinya mengusap lembut pucuk kepala laki-laki yang masih sah menjadi suaminya itu. "Tidur yang nyenyak ya? Mimpi indah," lirih Nadiya.Keesokan harinya, Nadiya dan Dira bersiap untuk kembali ke kota. Pekerjaan Dira tak bisa ditinggalkan begitu saja. Dua

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 70

    Bab 70Suasana rumah Bu Halimah terasa ramai. Berbeda dengan biasanya yang hanya ada dirinya sendiri. Hari ini, suami beserta anak-anaknya berkumpul di rumah dan itu membuatnya merasa senang."Nak Dira kapan balik? Kita akan menyewa Vila, apa kalian mau ikut?" Bu Halimah membuka obrolan saat semuanya selesai makan."Ayah berencana menyewa Vila untuk kita staycation di sana. Kalau kalian mau ikut, pasti akan terasa ramai." Pak Yusuf menimpali. Ia sengaja menciptakan momen bersama agar anak dan menantunya itu dapat menikmati waktu secara intim.Nadiya dan Dira saling beradu pandangan. Keduanya tak berani memastikan bisa ikut atau tidak sebab ada kerjaan yang harus diselesaikan dan tak bisa ditinggal."Besok Dira harus balik, Pa. Ada meeting sama klien. Nadiya juga kan mau nyari sekolah ya, Sayang?" Dira beralasan. Ia tidak mau mengganggu acara sepasang pengantin baru itu. Biarkan mereka berekspresi mencari kebahagiaannya sendiri tanpa kehadiran orang lain.Nadiya tampak bingung dengan u

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 69

    Bab 69Nadiya terkekeh mendengar pertanyaan Dira. Ia merasa geli dengan permintaan suaminya yang terdengar aneh itu."Selamanya? Mana bisa! Kan perjanjiannya kita coba jalin hubungan dulu beberapa bulan? Ya berdoa saja aku bisa menerima seutuhnya setelah apa yang sudah menimpaku." Nadiya tersenyum kecut. Bagaimana pun, semua yang terjadi tidak bisa dilupakan begitu saja. "Pasti. Mas yakin kamu pasti bisa menerima Mas layaknya pasangan pada umumnya. Mas janji, akan tunjukkan perubahan yang memang membuatmu yakin kalau Mas bisa jadi pasangan yang baik buat kamu.""Bagus, berusahalah. Aku akan melihat bagaimana kamu berjuang untukku," jawab Nadiya santai. Ia sengaja berkata demikian untuk melihat seberapa besar perjuangan suaminya itu."Pasti itu. Apapun akan Mas perjuangkan buat istri." Dira menatap wajah di sampingnya dengan senyum tulus yang terkembang di wajahnya.Nadiya mengalihkan pandangannya. Ditatap seperti itu membuatnya risih. Malu juga sebab tak biasanya ia mendapati tatapan

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 68

    Bab 68Edo pergi setelah mengirim gambar pada Sarah. Ia sudah tak mau lagi menuruti kemauan wanita pujaannya itu. Sudah cukup tindakannya mencelakai laki-laki calon mertua Kavi hingga menyebabkan nyawanya melayang.Kehadiran anak dalam rahim Sarah membuat Edo seakan banyak instrospeksi diri. Ia ingin menjadi ayah yang baik untuk anaknya. Kelakuannya yang banyak minusnya, berharap bisa diperbaiki setelah ia resmi menyandang gelar bapak."Kok cepet? Gimana? Sudah selesai? Gimana dia?" cecar Sarah saat Edo kembali ke hadapannya. Wajahnya penuh dengan raut harap akan kabar baik. Ah tidak, bukan kabar baik melainkan kabar Kavi telah celaka."Aku sudah menabraknya tapi dia pandai melindungi diri. Mobilku dihindarinya," jawab Edo santai. Ia berlalu begitu saja menuju sofa yang ada di sudut ruangan."Lalu? Tidak kamu kejar?" sengit Sarah keras."Kamu pikir aku apa? Sekali ngga kena ya sudah, jangan dikejar. Yang ada malah aku dihajar warga!" Edo mengalihkan pandangannya dari wajah Sarah. Mata

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 67

    Bab 67Sarah meremas tangannya dengan tangan yang lain. Ia kesal, rencana yang dikiranya sudah berhasil, rupanya malah hancur tak bersisa hanya karena kelalaiannya.Ah tidak, bukan lalai. Sarah kalah tanggap sebab kondisi tubuh yang lemah karena pendarahan. Ia tidak membaca isi pikiran Kavi saat membawanya ke rumah sakit."Tidak. Tidak bisa. Ini tidak bisa dibiarkan!" desis Sarah. Emosinya kembali naikk ke ubun-ubun.Kaki Sarah perlahan melangkah turun, mengabaikan rasa sakit yang mulai datang menyapa. Ia tidak peduli, seberapa nyeri itu datang meremas perutnya. Sarah tetap melangkah.Sarah ingin bebas. Ia tidak bisa diam saja dan hanya melihat yang terjadi tanpa mampu berbuat apapun. Tak peduli pada rasa nyeri itu, ia tetap melangkah. Menggunakan kakinya untuk berjalan dan mengabaikan semuanya. "Jatuhlah kamu anak sialan!" umpat Sarah kesal.Apa yang dijaganya ini rupanya tidak membuahkan hasil. Sarah frustasi. Ia lelah rebahan di atas ranjang tanpa ada sesuatu yang berarti. Apalagi

  • Malam Pernikahan Yang Terenggut    Bab 66

    Bab 66Pernikahan yang diharapkan akan berjalan lancar dan tenang, mendadak berubah jadi tegang dan panas. Suara Bu Halimah yang meninggi itu membuat siapapun yang hadir seketika memusatkan perhatian padanya.Mata Bu Halimah nyalang menatap Kavi yang sedang berdiri di ambang pintu rumah. Ia berjalan dengan tergesa menuju laki-laki mantan calon menantunya itu. Kenangan beberapa bulan lalu kembali berputar di kepalanya. Rasa malu, sedih dan emosi kembali muncul jadi satu dalam hatinya."Bu, sudah. Jangan pakai kekerasan. Ngga perlu teriak-teriak," ucap Pak Yusuf menenangkan wanita yang kini sah menjadi istrinya. Ia menarik tangan Bu Halimah agar tak melakukan tindakan kekerasan pada lelaki yang sedang berdiri di depan itu."Diam, Pak. Sudah, jangan halangi saya. Saya tidak mau dia hadir dan merusak semuanya.""Bu, Mas Kavi sudah izin Nadiya sebelum datang kemari," lirih Nadiya setelah mendekati ibunya. Ia pun tidak mau kekerasan terjadi di sini, mengingat Kavi dengan dirinya masih berhu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status