Kini mereka telah selesai berbelanja. Mona lekas mengirim pesan pada suaminya. Ia bertanya dimana lokasi Arka, wanita itu bergegas ke tempat sang lelaki berada kala Arka memberitahu keberadaannya."Pah!" panggil Gaia, gadis itu berlari seraya menjinjing barang belanjaannya, ia mendekati sang Papa lalu mencium pipi Ghibran. "Duh, maaf ya. Kakak lama belanjanya ya," ujar Gaia mengajak berbicara adiknya yang disambut senyuman Ghibran membuat perempuan itu gemas lagi dan mencium balita tersebut lagi. "Udah, ayo pesan makanan, pasti kalian lapar," seru Arka seraya melirik Gaia dan sang istri.Mona lekas mendekat lalu mengambil Ghibran dari gendongan sang suami. Ia meminta Arka agar memesankan makanan untuknya, sedangkan Gaia langsung memilih sendiri. Dara masih berdiri memandangi keluarga kecil temannya ada rasa iri yang hinggap di hati. "Kenapa kamu di sana, ayo sini duduk! Kamu pilih makanan apa yang mau kamu pengen. Nanti Mas Arka yang mesennya, aku gak nerima penolakan ya," ujar Mo
***Sebulan berlalu, rumah tangga Kean dan Aurel sangat harmonis. Apalagi kala mengetahui wanita itu telat datang bulan, ia bergegas membeli tespack dan langsung mengecek. Senyuman bahagia terukir di bibirnya, dia lekas menyiapkan makanan untuk bekal sang suami, dia memang sering ke perusahaan Arka buat membawakan hidang pada Kean. "Rajin amat sih, Mbak, samperin laki yang lagi kerja," cecar salah satu karyawan yang baru satu minggu bekerja di perusahaan Arka. "Emang kenapa, apa ganggu kerjaan yang lain! Enggak, kan, saya cuma dateng pas jam istirahat, terus pergi pas sudah habis jam kerja suami saya. Yang punya perusahaan aja gak protes kok," sembur Aurel menatap sinis perempuan yang memandangnya tak suka. "Eh, Mbak, itu Pak Kean udah nungguin," ujar salah satu karyawati yang baru saja melihat perdebatan itu. "Oke, makasih ya," kata Aurel yang dibalas anggukan karyawati itu.Aurel terus menggerutu kala masuk ke ruangan suaminya. Membuat Kean mengeryitkan alis memandang Aurel, pri
Akhirnya Kean berinisitif sendiri, merogoh ponsel dan bertanya pada google. Senyuman itu terukir jelas kala tau arti garis dua tersebut. Ia segera menaruh handphone lalu memeluk sang istri tak lupa mendaratkan kecupan di pipi."Sayang, kamu hamil," ucap Kean dengan nada senang, yang dibalas anggukan Aurel. "Iya, Mas! Bentar lagi kita bakal menjadi orang tua," sahut Aurel dengan gembira, Kean lalu melepaskan pelukkan. "Kalau gitu nanti aku izin aja sama Bos, biar bisa antar kamu ke rumah sakit," ujar Kean yang membuat Aurel semakin mengembangkan senyuman. "Kalau gitu aku pamit pulang ya, kamu semangat kerjanya biar cepet selesai," celetuk Aurel yang langsung diacungi jempol oleh Kean. "Assalamualaikum," kata Aurel lalu dijawab Kean, wanita itu langsung melangkah pergi. "Maaf, Mbak, tadi saya bohong. Biar kalian gak terus berantem," seru salah satu wanita yang mendekati Aurel membuat perempuan itu menoleh. Aurel tersenyum lalu mengangguk. "Saya paham kok, makasih ya. Sekarang saya
[Sayang, kapan pulang? Apa acaranya belum selesai. Kenapa lama banget,] - ArkaLelaki itu mengirim pesan pada istrinya. Ia sangat bosan, akhirnya memilih menonton televisi. Dia malas keluar, karna beberapa kali Dara sengaja menggoda membuat Arka risih.[Sebentar, Mas. Aku lagi di jalan, mau mampir ke minimarket dulu beli sesuatu,] - Mona.Setelah membalas pesan sang suami. Mona mengajak Gaia untuk membeli sesuatu. Sehabis berbelanja, kala keluar dari minimarket Gaia bertabrakan dengan seseorang."Aduh ...," pekik Gaia, jatuh terduduk di lantai. "Eh, maaf," ucap orang itu lalu membantu Gaia berdiri. "Maaf, ya. Tante tadi gak liat karna main handphone," kata wanita itu seraya memandang cemas Gaia yang tengah menepuk-nepuk pakaian. "Kakak." Mona terkejut melihat orang yang menabrak anaknya. "Mona," pekik Dinda terkejut lalu mendekat dan memeluk erat Mona. "Kamu apa kabar? Duh udah lama kita gak ketemu," seru Dinda dengan nada bergetar, mata wanita itu berkaca-kaca."Baik, Ka. Kakak
"Kamu itu terlalu berpikir positif sama Dara," gerundel Arka lalu memilih menaruh handphonenya dan duduk tenang memandang televisi. Mona terus berbincang dengan sang Kakak. Sedangkan Gaia sesekali ikut menimpali, ia lebih fokus ke hidangan yang mengugah selera. Kala melirik jam, Mona bergegas pamit dengan Dinda karena sudah terlalu lama di luar."Ka, udah terlalu lama nih. Aku pamit pulang ya, pasti Mas Arka bakal terus mengoceh kalau aku gak pulang sekarang," ujar Mona yang dibalas anggukan paham Dinda."Ya udah, kalau gitu hati-hati." Mona mengangguk sebagai jawaban, mereka pamit dan Mona berserta anaknya langsung pergi."Mama, Papa pasti marah lho. Lama banget Mama ngobrol sama Tante," celetuk Gaia yang dibalas anggukan Mona, ia tengah mengirim pesan pada suaminya."Ya gimana dong, Gaia. Mama sama Tantemu itu udah lama banget gak ketemu, pas ketemu lama ya wajar dong," balas Mona membela dirinya.[Mas, aku lagi OTW pulang nih,] - Mona"Kenapa lama banget sih balesnya, bahkan gak d
"Hoekkk." Aurel langsung menutup mulutnya lalu berlari ke kamar mandi, ia memuntahkan isi perut yang baru saja dimasukan lagi sarapan. "Ahh ... kenapa mual banget," keluh Aurel, wanita itu memandang pantulan wajahnya di kaca, terlihat sangat pucat. "Padahal cuma bau daging, kenapa bisa bikin mual begini. Dulu kan gak pernah," gumam Aurel pelan lalu segera mencuci wajahnya dan melangkah ke dapur lagi untuk meminum air hangat. "Kamu kenapa, Rel. Kok pucet banget," seru sang Mama yang baru saja pulang dan pergi ke dapur untuk menyeduh kopi. "Gak tau, Mah, aku mual banget pas buka kulkas dan tercium bau daging. Padahal biasanya enggak lho, kenapa hidungku jadi sensitif gini," lontar Aurel membuat sang Mama mengangguk paham. "Wajar, emang bumil kaya gitu kok," balas sang Mama yang membuat Aurel memandang wajah wanita itu."Terus aku gimana dong, padahal mau buat sesuatu, Mah, tapi buka kulkas aja mual banget," tutur Aurel kala sang Mama tengah menyeduh kopi. "Nanti Mama ambilin, kamu
"Mas!" panggil Mona kala membuka pintu lalu terlihat Arka yang terlelap di kasur. "Ternyata lagi tidur, mendingan tidurin Ghibran dulu deh," gumam Mona pelan lalu menutup pintu dan menaruh Ghibran di box bayi.Senyuman bahagia terukir kala melihat wajah menawan sang buah hati. Ia membelai sayang pipi gembul anaknya. Lalu bergegas memilih membersihkan badan terlebih dahulu ke bilik mandi. Suara gemercik air terdengar, menandakan Mona tengah membersihkan diri. Arka terbangun ia memandang pintu kamar mandi. Senyum kecil terukir kala mendengar istrinya tengah bersenandung."Kebiasaan banget kalau mandi selalu nyanyi," gumam Arka pelan, lalu meraih hanphone dan menyeringai kala membaca deretan pesan dari Mona.Arka lekas pura-pura masih terlelap kala melihat pintu bilik mandi terbuka. Mona dengan santai mengambil pakaian lalu memakainya di kamar. Ia dengan santai melakukan itu karna dia pikir sang suami masih tidur. Sedangkan Arka membuka matanya perlahan hendak mengintip aktifitas Mona,
"Gak papa tega, yang penting kamu aman gak digangguin dia lagi. Lagian Mas membiayai ini itu sebelum ia menikah dengan suaminya," lontar Arka membuat Mona terdiam. "Maaf, Mas," kata itu yang keluar dari bibir Mona membuat Arka menghela napas lalu tersenyum dan mengangguk. "Ya udah, mendingan sekarang kita makan aja," ajak Arka menarik lengan Mona lalu duduk di kursi dan memerintahkan agar sang istri yang memasak. "Mama, Gaia juga laper. Buatin juga ya, kangen masakan Mama," pekik Gaia lalu ikut duduk disamping Papanya, membuat Arka menoleh lalu mengacak-acak rambut Gaia. "Hayooo ... ikut-ikutan aja," ucap Arka lalu disambut tawa Gaia. "Biarin dong Pah, aku kan juga kangen," celetuk Gaia dibalas anggukan Arka membenarkannya. "Kalian ini," sembur Mona menggelengkan kepala melihat suami dan anaknya."Ayo Mah! Buatin kami makanan yang enak," pinta keduanya kompak membuat Mona terkekeh lalu mengangguk dan mulai sibuk memasak sesuatu. Kala masakan hendak selesai, Dara tergopoh-gopoh