Beranda / Romansa / Malam Pertama dengan Dosenku / Menjadi Sandera sang Mantan

Share

Menjadi Sandera sang Mantan

Penulis: Nia Kannia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 12:30:43

PoV Kaivan

Dia duduk di sisiku. Sedikit menempel pada tubuhku. Aku merasakan tubuhnya yang sedikit bersandar di tubuhku.

Aku tak bisa menggeser tubuh agar sedikit menjauh darinya. Tali di kedua sisi tidak bisa ditarik lagi.

Tanpa kata dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku menggerak-gerakkan bahuku agar dia mengangkat kepalanya dari sana.

"Kamu tahu gak, sih. Aku udah lama nungguin masa-masa ini. Maaf untuk kesalahanku dulu, Mas." Dia berkata lagi tanpa beban. Seolah tidak sedang terjadi apa pun.

"Jangan seperti ini, Ki. Lepaskan aku dan biarkan aku pergi dari sini. Kita bukan suami istri lagi, kita sudah resmi cerai." Aku mengingatkan.

"Kamu benar, Mas, pengadilan sudah meresmikan perceraian kita." Dia mengelus perutnya yang buncit. "Tapi aku hamil anakmu." Dia menatapku.

Ucapannya membuatku membeku untuk beberapa saat. Tidak. Kinan tidak mungkin hamil anakku. Saat bersamaku dia selalu meminum pil KB tanpa jeda setiap hari. Jadi, tidak mungkin hamil.

"Itu gak mungkin, kamu se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Icha Majhaf
kinan menggila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Tertangkap Basah

    "Aku geser kalau kamu baring, Yang. Benaran," jawab Kaivan pelan.Alya tak menjawab, tetapi akhirnya pelan-pelan merebahkan tubuh di sisi Kaivan dengan membelakangi tubuh sang suami. Sesuai janjinya Kaivan menggeser tubuhnya pelan, memberi tempat yang cukup pada Alya untuk ikut mengistirahatkan diri.Sementara itu, Kaivan yang tadi terlentang, kini mengubah posisi miring menghadap tubuh sang istri. Perlahan tangannya terulur menggapai pinggang Alya dan sedikit menarik untuk membuat lebih rapat. Alya sedikit menggerakkan tagannya untuk menepis, tetapi Kaivan cepat menghalau dengan setengah berbisik," Biar kamu gak jatuh, Yang."Tak ada respons ataupun penolakan Alya. Napas Alya terdengar lebih berat, tetapi mulai teratur.Beberapa detik berlalu. Mereka masih sama-sama menjemput kantuk yang seperti enggan untuk datang.“Sayang,” bisik Kaivan kemudian, nyaris seperti gumaman sebelum tidur. “Kalau kamu tanya apa aku menyesal … jawabannya, iya. Tapi bukan menyesal karena mengucap talak un

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menguasai Hati

    "Duh, refleksnya jelek banget, lemah banget ya aku. Kamu malah gak jadi tidur, Yank." Kaivan yang masih terduduk di lantai tertawa nyengir menatap pada Alya yang sudah ikut berlutut di lantai.Kaivan masih menata kekuatannya sendiri untuk bangkit. Ia berusaha duduk, tangannya bertumpu pada lantai kayu yang dingin. Napasnya sedikit memburu pelan, lebih karena kaget daripada sakit.“Mas, gak apa-apa?” tanya Alya masih terlihat cemas. Tangannya meraih bahu pria itu, menopangnya."Aku nggak apa-apa, Yang." Kaivan cepat-cepat berkata, meski getaran halus masih terasa di suaranya. “Cuma kaget aja, bisa-bisanya lupa kalau aku belum jalan normal."Alya bergeming. Mengulum senyum agar tak terbit. Sebenarnya ingin tertawa karena kalimat sang suami. Namun, berusaha ia tahan."Makanya jangan keras kepala, deh, Mas,” omel Alya lirih. “Harusnya jam segini tuh tidur, bukan kelayapan," lanjutnya lagi sambil merangkul bahu Kaivan dan membantunya berdiri.Kaivan menatap mata Alya. Dan untuk sesaat, wak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kenangan

    Alya sudah menarik selimut dan mulai memejamkan mata. Beberapa waktu terakhir, ia merasa kesulitan untuk tidur. Sehingga lingkaran di kelopak matanya mulai terlihat meski samar. Di saat yang sama, Kaivan sudah berdiri di depan pintu. Pria itu memutar pelan handel pintu. Tidak terkunci. Dengan langkah pelan sekali ia masuk dan menutup pintu lagi. Namun, ia duduk di meja kerja, membuka laptopnya yang sudah cukup lama tak tersentuh. Sejak pensiun, Kaivan memang jarang membuka laptop. Namun, hari ini Kaivan membukanya karena memiliki tujuan tertentu. Kaivan membuka beberapa email perusahaan yang juga terhubung di laptopnya. Matanya fokus menatap layar. Jarinya yang masih sedikit kaku karena kebas. Namun, berbanding terbalik dengan pikirannya yang lebih dulu terbang ke bagian ruang lebih dalam. Di mana ada Alya yang juga belum mampu memejamkan mata. Alya mengerutkan dahi. Merasakan kehadiran seseorang di ruangan itu dan membuatnya bangkit, kemudian melangkah keluar. Kaivan meno

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menggapai Hati

    Malam sudah nyaris menjemput larut. Semua penghuni sudah kembali ke kamar masing-masing. Kecuali Alya yang masih betah berdi diri di taman kecil sisi kiri rumput. Hanya ada satu lampu taman kecil yang menyala redup yang menjadi temannya. Menerangi sebagian permukaan air kolam yang dulu dibuat Kaivan.Alya duduk di bangku kayu itu, masih dengan cardigan tipis menyelimuti tubuhnya. Udara malam tak begitu dingin, tetapi hatinya masih terasa begitu dingin. Gemuruh di dalam dadanya masih enggan reda.Tangannya menggenggam sesuatu—kotak kecil dari kayu tua. Sudah bertahun-tahun tidak ia buka. Namun, malam ini entah kenapa langkah kakinya membawanya ke laci tempat benda itu disimpan.Ia membukanya perlahan. Di dalamnya ada lipatan kertas dari sepucuk surat lama yang ia tulis untuk Kaivan dulu ketika memutuskan pergi dari rumah—dan berujung tragedi penusukan pada Kaivan di kamar kostnya. Alya tidak membuka surat itu. Namun, ia membuka satu surat lagi. Surat balasan yang ditulis Kaivan setel

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Luka yang Belum Sembuh

    Kaivan masih terduduk di sofa ketika akhirnya Alya keluar dari kamar. Napasnya masih belum teratur sepenuhnya. Ia menoleh ketika pintu yang baru saja tertutup kembali menimbulkan bunyi. Beberapa saat yang lalu, untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar menyelesaikan sesuatu yang selama ini belum berani ia selesaikan. Melepas Aira. Namun, sekarang yang tersisa hanya keheningan dalam diri. Melepaskan Aira, bukan berarti bisa membuat Alya kembali begitu saja. Tangannya bergetar menekan tongkatnya ke lantai. Ia menggenggam erat tongkatnya, lalu bersandar lebih dalam di sofa. Kaivan menutup mata sebentar, menenangkan dirinya dari gejolak emosi barusan. Mencoba memahami perasaan yang kini benar-benar dilanda sepi. Langkah kaki ringan terdengar mendekat. Perlahan. Kaivan membuka mata. Alya kembali masuk dengam membawa nampan berisi makan siang yang tadi Kaivan pesan. Pria itu mencuba tersenyum untuk menyambut kedatangan sang istri kembali. Namun, Alya tak membalas segaris pun. Di

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Menyesalkah Kaivan?

    Azzam yang tengah menoleh ke sekeliling, berhenti pada tuspin panjang di jilbab sang istri. "Sayang, pinjam tuspinmu sebentar, ya." Azzam menunjuk dengan matanya. Rahma mengangguk meskipun itu adalah tuspin kesayangannya yang ia beli saat liburan ke Turki. "Awas, jangan rusak ya. Mas tanggung jawab kalau rusak. Kamu tahu kan ini aku belinya di mana?" Azzam tersenyum. "Iya, kalau perlu setelah masalah ini selesai, kita ke Turki lagi." Azzam mulai menunduk fokus menatap lubang kunci, lalu memasukkan tuspin itu ke sana. Beberapa saat kemudian terdengar kerincing dari dalam. Dengan gerakan cepat Azzam kembali memasukkan kunci dan memutarnya. Klik! Akhirnya pintu terbuka. Azzam mendorong daun pintu itu cepat, disusul Rahma dan Alya yang masuk bersamaan. Mata Alya langsung menyapu ruangan, lalu terhenti pada sosok Kaivan yang terduduk di lantai. Tubuh pria itu terlihat gemetar, dengan napas tidak beraturan. Tongkatnya tergeletak beberapa senti dari tangan. Di sampingnya, Aira be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status