Raras tak lagi menoleh ke belakang, mobilnya melaju kencang memecah keheningan malam yang dingin dan gelap. Wisnu memeluknya erat melepasnya dengan kalut, Raras membalas pelukan itu, dia berjanji akan kembali dalam keadaan hidup, melanjutkan pernikahan mereka dan menjadi orang biasa. Raras meyakinkan Wisnu dan meminta suaminya mendoakan keselamatannya, menghibur suaminya bahwa dia adalah wanita yang tak pernah sial dalam melawan musuh.Dua jam kemudian Raras sampai di bandara, pesawat khusus sudah menunggunya, bahkan sekarang masih jam dua dini hari. Raras merapatkan jaket kulitnya, wajah dingin, datar, tegas tak tersentuhnya kembali terpasang dengan baik.Misi kali ini adalah menyelidiki kelompok pemberontak yang mendapatkan senjata secara ilegal yang diselundupkan dari perbatasan oleh beberapa orang yang dicurigai salah satu dari mereka adalah pejabat pemerintah pusat.Raras membawa identitas sebagai bidan desa yang akan menginap selama dua minggu di pedalaman perbatasan, mengumpulk
Hari ini jadwal Wisnu ke rumah sakit, Aryo yang kebetulan libur mengantarnya menggunakan mobil juragan desa, mobil tua yang cukup layak dibawa berjalan jauh. Tiga hari dia sudah berpisah dengan Raras, selalu menyelipkan nama istrinya disetiap doa-doanya, dia memiliki keyakinan bahwa Raras akan pulang dalam keadaan utuh, keyakinan itu yang harus dipupuknya supaya dia tidak menjadi pesimis.Aryo membantu Wisnu masuk ke dalam mobil, semua itu mengingatkan Wisnu dengan semua kenangan bahagia dan romantisnya bersama Raras. Bagaimana saat Raras memeluknya, mengangkat berlahan dan menarik masuk kedalam mobil dengan posisi Raras mendarat lebih dahulu, wanita itu memperlakukannya dengan lembut dan hati-hati, selalu menerbitkan senyum cerah setiap saat kepada Wisnu, kebahagiaan sederhana itu hanya Raras yang bisa menciptakannya. Hari-hari penuh canda tawa yang mereka lalui selama ini takkan pernah dilupakan Wisnu, Raras tidak hanya cantik wajahnya, tapi cantik juga hatinya, dia adalah manusia y
Wajah tua yang lelah, mata putus asa milik Susno yang tak lain adalah ayah Raras. Dia tengah duduk sendiri di kursi kerjanya, mernungi setiap kejutan yang terjadi beberapa hari ini, bocornya Video Andini, istrinya yang terlibat skandal perjudian, belum lagi urusan perusahaan yang dalam kondisi tidak baik.Sudah seminggu Raras tidak menampakkan diri dan pulang ke rumah, terakhir saat memberikan dokumen dan Video hina milik Andini. Setelah itu tidak lagibada kabar darinya.Dalam hatinya yang paling dalam dia sangat menyayangi putrinya itu, wajah lembut yang mewarisi wajah istrinya, karakter keras yang diwarisi dari dirinya sendiri berpadu dalam diri Raras. Dari kecil dia sudah menampakkan sifat yang terlalu mandiri, tidak ingin memiliki pengawal ataupun sopir pribadi, tidak menyukai keramaian, paling benci dengan pesta, dan tidak bisa dikerasi. Dari kecil Raras lebih dekat dengan ibunya, karena dengan sang ayah mereka sering berlawanan.Kekhilafan dimasa lalu membuat hubungan ayah dan
Puskesmas sudah mulai sepi karena matahari hampir terbenam. Raras sibuk membereskan semua peralatan medis yang selesai dipakai seharian, dia cukup lelah, bahkan yang datang berobat juga berasal dari desa-desa tetangga yang sudah mengantri dari subuh." Ras, anakku sakit." Wajah Yuli terlihat murung dan gelisah.Yuli adalah bidan yang ikut menginap di rumah dinas di samping pukesmas, sekali seminggu dia pulang ke rumahnya yang berjarak enam jam dari sini. Dia memiliki anak berusia dua tahun, baru dua bulan ini dia terangkat menjadi PNS yang ditempatkan di sini."Aku ikut khawatir, mbak.""Bolehkah, Ras? aku pulang? Hatiku tidak tenang."Raras tersenyum lembut, mengangguk tanpa ragu, wajah putus asa milik Yuli langsung berbinar bahagia, dia memeluk Raras dengan erat."Terimakasih, Ras.""Sama-sama, mbak.""Kau tidak takut sendiri kan Ras? jika ada tamu dimalam hari kau harus berhati-hati," pesannya.Raras mengangguk paham.*****Hujan tidak berhenti turun mulai dari habis magrib, daerah
Puskesmas cukup ramai walaupun sudah tidak seramai tadi pagi, kebanyakan yang datang adalah ibu -ibu hamil dan balita. Di sini jarak kehamilan sangat dekat, rata-rata anak pertama dengan anak kedua dan seterusnya hanya berjarak satu tahun, kurangnya pemahaman akan pemakaian alat kontrasepsi membuat wanita tidak bisa memprogram kehamilannya sendiri.Raras memasang wajah ramah pada pasien yang ditanganinya. Beberapa dari mereka memuji kecantikan Raras, kulit seputih porselen itu sangat mencolok dibandingkan warna kulit penduduk asli setempat.Dalam senyumnya Raras tetap berfikir, puncak operasi akan berlangsung hari ini, akan ada hal tak terduga yang akan terjadi mengingat kelompok pemberontak bukan orang sembarangan. Jumlah mereka cukup banyak, mereka memiliki ketangkasan dalam memakai senjata, memahami ilmu militer dasar yang dipelajari secara otodidak.Raras menerima informasi bahwa polisi sudah berjarak lumayan dekat dengan lokasi transaksi, berdasarkan pengakuan anggota yang tertan
Hari yang dijanjikan Raras tiba, hari ini tepat enam belas hari Raras pergi ke Papua. Hari ini begitu ditunggu oleh Wisnu, dia sudah bangun sejak jam tiga dini hari, mendirikan shalat malam dan melanjutkannya dengan zikir. Sambil menunggu waktu subuh laki-laki itu meneruskan tilawahnya yang hampir khatam untuk yang ketiga kalinya dibulan ini.Pagi datang, seperti biasanya dipagi hari sampai siang adalah tugas Wisnu menjaga toko mereka, walaupun dibantu oleh dua karyawan. Wisnu tetap turun tangan melayani pembeli. Toko maju pesat dan semakin banyak pelanggan yang datang bahkan berasal dari desa-desa tetangga, Wisnu berencana menambah satu karyawan lagi karena banyaknya pembeli yang tidak terlayani.Apa saja yang dibutuhkan ada di tokonya, mulai dari barang dapur sampai barang harian dan kosmetik beserta obat-obatan ada di sana. Wisnu menghela nafas, setiap shalatnya dia mendoakan orang misterius yang telah menyampaikan rejeki Allah melalui tangan orang itu. Wisnu selalu mendoakan agar
Dua Minggu Pasca OperasiDua laki-laki bertubuh tegap dan berseragam militer mengamati tubuh yang terbaring lemah di atas bangkar. Matanya masih terpejam bahkan setelah operasi besar dilakukan, belum ada tanda-tanda wanita milik negara itu akan sadar. Setelah menjadi korban penembakan, Raras langsung dibawa kerumah sakit oleh beberapa orang aparat, dia kehilangan banyak darah karena paru -parunya bocor tertembus peluru. Operasi berjalan selama tiga jam dan melibatkan dokter terbaik yang dimiliki oleh rumah sakit di Papua. Wanita itu hampir tidak tertolong karena parahnya akibat dari tembakan yang melukai paru -parunya, namun sebuah keajaiban terjadi, dia tetap bertahan hidup walaupun secara logika dia seharusnya sudah meninggal karena kehabisan darah.Kondisi Raras sudah berangsur membaik, Proyektil peluru yang berjumlah dua buah berhasil diangkat dari paru-parunya. Dokter yang menanganinya mengatakan, butuh waktu untuk membuat dia pulih kembali setelah dia melewati masa kritis.San
Wisnu membuka tokonya lebih cepat dari biasanya, padahal waktu subuh belum masuk. Dia tidak patah semangat, dengan penuh keyakinan dia merasa Raras pasti akan kembali. Ini sudah 68 hari keterlambatan Raras berdasarkan janjinya. Seperti biasa, Wisnu menunggu sampai jam satu malam, bangun lebih cepat, mandi dan membersihkan kamar. Bahkan kamar mandi darurat dulu sudah berganti dengan kamar mandi minimalis yang memiliki bathtup sederhana bewarna biru kesukaan Raras.Yono muncul dari pintu rumah, mendekati Wisnu yang asik menyusun barang-barangnya agar lebih rapi, karena biasanya dia takkan sempat melakukannya sebab sehabis subuh pembeli sudah berdatangan.Yono mengusap wajahnya yang masih basah oleh air wudhuk, mengamati ekspresi Wisnu sekilas. Dia harus bicara, menyusun kata dengan hati -hati agar abangnya tidak tersinggung dan tidak merasa di gurui."Bang," sapa Yono hati-hati."Hmmm?" Wisnu mengangkat tabung gas dan menatanya, memisahkan tabung yang kosong dan yang masih berisi."Aba