Wajah tua yang lelah, mata putus asa milik Susno yang tak lain adalah ayah Raras. Dia tengah duduk sendiri di kursi kerjanya, mernungi setiap kejutan yang terjadi beberapa hari ini, bocornya Video Andini, istrinya yang terlibat skandal perjudian, belum lagi urusan perusahaan yang dalam kondisi tidak baik.Sudah seminggu Raras tidak menampakkan diri dan pulang ke rumah, terakhir saat memberikan dokumen dan Video hina milik Andini. Setelah itu tidak lagibada kabar darinya.Dalam hatinya yang paling dalam dia sangat menyayangi putrinya itu, wajah lembut yang mewarisi wajah istrinya, karakter keras yang diwarisi dari dirinya sendiri berpadu dalam diri Raras. Dari kecil dia sudah menampakkan sifat yang terlalu mandiri, tidak ingin memiliki pengawal ataupun sopir pribadi, tidak menyukai keramaian, paling benci dengan pesta, dan tidak bisa dikerasi. Dari kecil Raras lebih dekat dengan ibunya, karena dengan sang ayah mereka sering berlawanan.Kekhilafan dimasa lalu membuat hubungan ayah dan
Puskesmas sudah mulai sepi karena matahari hampir terbenam. Raras sibuk membereskan semua peralatan medis yang selesai dipakai seharian, dia cukup lelah, bahkan yang datang berobat juga berasal dari desa-desa tetangga yang sudah mengantri dari subuh." Ras, anakku sakit." Wajah Yuli terlihat murung dan gelisah.Yuli adalah bidan yang ikut menginap di rumah dinas di samping pukesmas, sekali seminggu dia pulang ke rumahnya yang berjarak enam jam dari sini. Dia memiliki anak berusia dua tahun, baru dua bulan ini dia terangkat menjadi PNS yang ditempatkan di sini."Aku ikut khawatir, mbak.""Bolehkah, Ras? aku pulang? Hatiku tidak tenang."Raras tersenyum lembut, mengangguk tanpa ragu, wajah putus asa milik Yuli langsung berbinar bahagia, dia memeluk Raras dengan erat."Terimakasih, Ras.""Sama-sama, mbak.""Kau tidak takut sendiri kan Ras? jika ada tamu dimalam hari kau harus berhati-hati," pesannya.Raras mengangguk paham.*****Hujan tidak berhenti turun mulai dari habis magrib, daerah
Puskesmas cukup ramai walaupun sudah tidak seramai tadi pagi, kebanyakan yang datang adalah ibu -ibu hamil dan balita. Di sini jarak kehamilan sangat dekat, rata-rata anak pertama dengan anak kedua dan seterusnya hanya berjarak satu tahun, kurangnya pemahaman akan pemakaian alat kontrasepsi membuat wanita tidak bisa memprogram kehamilannya sendiri.Raras memasang wajah ramah pada pasien yang ditanganinya. Beberapa dari mereka memuji kecantikan Raras, kulit seputih porselen itu sangat mencolok dibandingkan warna kulit penduduk asli setempat.Dalam senyumnya Raras tetap berfikir, puncak operasi akan berlangsung hari ini, akan ada hal tak terduga yang akan terjadi mengingat kelompok pemberontak bukan orang sembarangan. Jumlah mereka cukup banyak, mereka memiliki ketangkasan dalam memakai senjata, memahami ilmu militer dasar yang dipelajari secara otodidak.Raras menerima informasi bahwa polisi sudah berjarak lumayan dekat dengan lokasi transaksi, berdasarkan pengakuan anggota yang tertan
Hari yang dijanjikan Raras tiba, hari ini tepat enam belas hari Raras pergi ke Papua. Hari ini begitu ditunggu oleh Wisnu, dia sudah bangun sejak jam tiga dini hari, mendirikan shalat malam dan melanjutkannya dengan zikir. Sambil menunggu waktu subuh laki-laki itu meneruskan tilawahnya yang hampir khatam untuk yang ketiga kalinya dibulan ini.Pagi datang, seperti biasanya dipagi hari sampai siang adalah tugas Wisnu menjaga toko mereka, walaupun dibantu oleh dua karyawan. Wisnu tetap turun tangan melayani pembeli. Toko maju pesat dan semakin banyak pelanggan yang datang bahkan berasal dari desa-desa tetangga, Wisnu berencana menambah satu karyawan lagi karena banyaknya pembeli yang tidak terlayani.Apa saja yang dibutuhkan ada di tokonya, mulai dari barang dapur sampai barang harian dan kosmetik beserta obat-obatan ada di sana. Wisnu menghela nafas, setiap shalatnya dia mendoakan orang misterius yang telah menyampaikan rejeki Allah melalui tangan orang itu. Wisnu selalu mendoakan agar
Dua Minggu Pasca OperasiDua laki-laki bertubuh tegap dan berseragam militer mengamati tubuh yang terbaring lemah di atas bangkar. Matanya masih terpejam bahkan setelah operasi besar dilakukan, belum ada tanda-tanda wanita milik negara itu akan sadar. Setelah menjadi korban penembakan, Raras langsung dibawa kerumah sakit oleh beberapa orang aparat, dia kehilangan banyak darah karena paru -parunya bocor tertembus peluru. Operasi berjalan selama tiga jam dan melibatkan dokter terbaik yang dimiliki oleh rumah sakit di Papua. Wanita itu hampir tidak tertolong karena parahnya akibat dari tembakan yang melukai paru -parunya, namun sebuah keajaiban terjadi, dia tetap bertahan hidup walaupun secara logika dia seharusnya sudah meninggal karena kehabisan darah.Kondisi Raras sudah berangsur membaik, Proyektil peluru yang berjumlah dua buah berhasil diangkat dari paru-parunya. Dokter yang menanganinya mengatakan, butuh waktu untuk membuat dia pulih kembali setelah dia melewati masa kritis.San
Wisnu membuka tokonya lebih cepat dari biasanya, padahal waktu subuh belum masuk. Dia tidak patah semangat, dengan penuh keyakinan dia merasa Raras pasti akan kembali. Ini sudah 68 hari keterlambatan Raras berdasarkan janjinya. Seperti biasa, Wisnu menunggu sampai jam satu malam, bangun lebih cepat, mandi dan membersihkan kamar. Bahkan kamar mandi darurat dulu sudah berganti dengan kamar mandi minimalis yang memiliki bathtup sederhana bewarna biru kesukaan Raras.Yono muncul dari pintu rumah, mendekati Wisnu yang asik menyusun barang-barangnya agar lebih rapi, karena biasanya dia takkan sempat melakukannya sebab sehabis subuh pembeli sudah berdatangan.Yono mengusap wajahnya yang masih basah oleh air wudhuk, mengamati ekspresi Wisnu sekilas. Dia harus bicara, menyusun kata dengan hati -hati agar abangnya tidak tersinggung dan tidak merasa di gurui."Bang," sapa Yono hati-hati."Hmmm?" Wisnu mengangkat tabung gas dan menatanya, memisahkan tabung yang kosong dan yang masih berisi."Aba
Apa yang lebih berbahaya dari pada cinta? Saat kau merasa rindumu berakhir putus asa dan serasa kau ingin mati. Dan apa lagi yang berbahaya dari cinta, kau gelisah setiap saat memikirkan cinta yang terkadang tidak punya bahasa yang pantas untuk mengungkapkannya.Dua manusia yang terlanjur berkubang dengan cinta sama-sama menangis dengan makna yang berbeda, mengenggam tangan satu sama lain dan tak ingin berpisah lagi. Dua cinta yang berjalan seperti siang dengan terang, melekat erat seperti malam berlalu bersama dengan kelam, beriringan seperti denyut dengan nadi. Seperti Raras dan Wisnu, mereka merasa terlahir kembali, setelah berkubang derita kerinduan yang berkepanjangan.Wisnu merebahkan kepalanya di pangkuan Raras, menghirup aroma wangi yang dua bulan ini hanya disimpan di mememorinya dan sekarang tercium nyata. Jemari halus yang biasa memegang pistol dan pisau itu mengelus rambut Wisnu dengan lembut."Maafkan aku, Ras! Kau melihatku dalam keadaan begini, aku terlihat jelek dan me
Dalam pernikahan, sejatinya yang harus dicintai itu adalah kekurangan pasangan terlebih dahulu, karena setiap kelebihan akan siap diterima siapapun, namun kekurangan adalah ujian dan batu sandungan jika pasangan yang menikah tidak bisa menerima dengan rela apa yang terdapat pada pasangannya. Pernikahan bukan seberapa lama berpacaran sebelumnya, bukan tentang seberapa cinta yang dimiliki untuk memulainya, namun seberapa besar ketangguhan dalam mempertahankan dan mensyukurinya.Dua manusia yang tidak sempurna akan bersatu jiwa raga dan menyatukan visi yang sama. Sama seperti Wisnu dan Raras, mereka berbeda, dari segi apapun mereka jauh berbeda, namun kekuatan tekad dan kerelaan mereka mencintai setiap yang dianggap tak sempurna, menjadikan cinta mereka tercipta.Raras masih fokus pada dengan pisau cukur di tangannya, membersihkan setiap bulu liar yang tumbuh subur diwajah Wisnu. Tidak berapa lama, wajah itu kembali bersih seperti dulu, walaupun pipinya tirus dan mata yang cekung, tak se