Malam Tanpa Noda
Bab 64"Airi! Airi!" panggil Putra. Airi pura-pura tak mendengar. Ia berjalan lebih cepat dari biasanya. Masuk ke lift dan menutup tanpa menatap Putra.
Di dalam lift, Airi memijit keningnya. Ia tak ingin berpapasan dengan Putra. Menghindarinya bukan pilihan tepat. Putra berlari di tangga darurat dengan napas terputus-putus. Ia terus melangkah tanpa henti. Pintu lift terbuka. Putra sudah berdiri di depannya. Airi terkejut dengan kehadiran Putra. "Airi ...." Putra tersenyum. Matanya berbinar. Airi menatapnya tajam. "Kakak! Apa-apaan, sih!" ucapnya. Matanya membulat sempurna. Putra tetap memasang wajah manisnya. "Kamu dipanggil gak nengok." Napas Putra naik turun. Keringatnya membasahi wajahnya. "Oh, Kakak manggil aku. Maaf, aku tak dengar." Airi kembali melangkah menuju ruangannya. Putra mengikutinya dengan wajaMalam Tanpa NodaBab 65Di rumah Airi, seorang laki-laki bertemu dengan Bima. Lelaki itu ingin berbicara kepada orang tua Airi."Saya kemari, ingin melamar Airi sebagai istri saya. Apa Anda mau memberikan restu untuk saya," ucap lelaki itu dengan lantang.Bima dan mak Imah saling pandang. Apakah mereka berhak melakukan ini semua.***"Airi, kamu sudah pulang?" tanya Bima. Airi baru saja masuk ke dalam rumah."Sudahlah Yah. Kalau belum Airi belum kelihatan di rumah." Ia terkekeh mendengar ucapan Ayahnya."Eh, iya. Kamu mandi dulu. Ayah ingin bicara.""Ada apa? Serius banget." Airi menatap raut wajah Bima."Sudah mandi dulu. Ayah tunggu di ruang keluarga." Bima mengelus puncak kepala anaknya yang tertutup hijab."Ya, sudah. Airi mandi dulu nanti menyusul."Airi berjalan menaiki tangga. Ia heran den
Malam Tanpa NodaBab 66 Airi bergeming, melihat lelaki yang tersenyum memesona. Lelaki itu mengenakan kemeja hitam dan celana levis merek terkenal. Diikuti oleh keluarganya. Membawa beberapa parcel buah dan kue yang tersusun cantik. Tak lupa beberapa paper bag berisi pakaian muslim untuk Airi. Airi tak menyangka dengan kegilaan ini. Sejak kapan lelaki itu menyukainya. Sedangkan, Airi tak pernah tahu. Lelaki itu hanya terlihat bersahabat dan tak bermaksud macam-macam dengannya. Jawaban apa yang harus ia katakan. Menerima atau menolak lamaran tersebut.Keputusan yang sulit dan membingungkan. *** "Hai, Cantik!" sapanya dengan senyum ciri khas. Deretan gigi putih yang terawat menambah ketampanannya. "Fa-fajar kamu!" hardik Airi. Ia tak tahu harus berbicara apa. Airi tak menyangka kalau Fajar hendak melamarnya. Ia tak perna
Malam Tanpa NodaBab 67 Airi membuka pintu perlahan, sebuah paperbag berada di meja makan."Airi, ini ada paket untukmu," ucap mak Imah. Ia menyodorkan paperbag itu kearah Airi. "Ini apa, Mak?" Airi membuka dan mengeluarkannya. "Lihat saja!" Ia meninggalkan Airi sendirian di meja makan. Sebuah gamis coklat lengkap dengan kerudungnya.'Cantik,' ucapnya lirih. Ia menempelkan gamis itu ke tubuhnya.'Pas sekali,' ucapnya riang. "Kamu mandi dan bersiap-siap untuk pergi," perintah mak Imah. Ia membuatkan kopi untuk suaminya yang berada di ruang TV. "Kita mau ke mana?" Airi mengernyit heran dengan sikap ibu tirinya. "Sudah mandi! Nanti kamu akan tahu sendiri. Ayah sudah mengizinkan kamu pergi malam ini." Mengandeng Airi masuk ke kamar. Setelah mandi, memperintahkan Airi untuk duduk di meja rias. "Airi mau di apain, Mak?" "Sudah diam dan nurut sa
Malam Tanpa NodaBab 68SELAMAT MEMBACA ❤❤❤Putra datang dengan Adel dan Bram-- suami Adel. Adel adalah wanita yang dicurigai Airi sebagai kekasih Putra. Ternyata, ia adalah teman dekat Putra sewaktu kuliah.Pemuda itu meremas jarinya, suhu badannya berubah dingin. Setiap hari, ia bertemu dengan Bima. Tapi, kali ini berbeda. Maksud dan tujuan Putra untuk meminang Airi.Wajah Bima berubah sangar, ia menatap tajam Putra, tubuhnya gemetar suaranya terbata-bata."A-a-Ayah, maksud kedatangan sa-ya dan te-teman dekat saya un-untuk me- ....""Kamu mau ngomong apa lama sekali!" potong Bima. Mereka terkejut dengan suara ayah Airi. Bagaikan amukan singa."Cepat!" pekiknya.Putra terkejut, bentakkan lelaki tua itu membuat Putra menelan saliva."Ma-maaf Ayah. A-aku ...." Jantung Putra berpacu dengan cepat. Ia mengusap keningnya pelan.A
Malam Tanpa Noda Bab 69Airi dan Mak Imah berada di butik, mereka mencari kebaya untuk pernikahan Airi. Airi memilih pakaian akad nikah sederhana."Neng, ini bagus warna putih." Bu Yayah menyodorkan baju kebaya putih polos."Tapi, ini terlihat terbuka dan transparan," ucap Airi. Memperhatikan kebaya itu."Kamu pakai hijab nanti ketutup.""Tidak mau ibu, aku tidak suka. Kita cari di butik khusus hijab saja, ya." Airi mengajak mak Imah keluar butik. Ia mengandeng ibunya manja.Suara getar gawai di dalam tasnya menghentikan langkahnya. Airi mengucapkan salam."Aku belum dapat pakaiannya. Nanti, kalau sudah dapat aku kasih tahu lokasinya.""Kakak, tunggu kabarnya. Apa aku menyusul saja," ucap Putra diseberang telepon."Nanti saja. Aku belum dapat butik yang cocok.""Cepat,
Malam Tanpa NodaBab 70Mereka sampai di Kemang. Airi turun mengandeng ibunya menuju butik hijab. Langkah mereka berhenti ketika menangkap manik di dalam kaca butik. Kebaya putih yang menjuntai hingga ke kaki dan aksesories hijab beserta mahkota kecil di kepala. Airi tersenyum matanya berbinar."Neng, suka itu?" "Iya, Mak. Aku mau yang itu." Airi menatap cermin besar di fitting room. Ia teringat pernikahan dengan Faisal. Kebaya yang sama persis dan tempat yang sama ketika ia menikah dulu."Ya Allah, bantulah hamba melupakannya. Kenangan indah maupun suram. Aku harus move on." Airi berharap nama Faisal hilang tak tersisa dihatinya.Airi keluar dari ruangan tersebut, ia terkejut ketika Putra berada di depannya. Wajah Putra menatap Airi tanpa berkedip. Jantungnya berpacu dengan cepat."Bagaimana cantik tidak?" tanya Mak. Ia terkekeh melihat wajah Putra tanpa berkedip.
Malam Tanpa Noda Bab 71Faisal berjalan menelusuri gedung-gedung tinggi. Hawa panas kota Jakarta membuat ia kehausan. Pakaiannya basah akibat keringat yang bercucuran.Berusaha mencari pekerjaan yang lain.Perusahaan milik teman-temannya sudah ia datangi. Namun, tak ada satu pun yang mau menerimanya. Faisal mendesah lelah. Teringat mama Ririn yang akan kontrol di rumah sakit."Sebentar lagi mama akan kontrol. Aku harus dapat pekerjaan," lirihnya.Perut keroncongan, tadi pagi ia hanya memakan roti bungkus yang dijual di warung kelontong seharga dua ribu rupiah dan segelas air mineralkecil. Di rumah hanya ada sayur bening untuk Ririn. Ia tak menyentuh sedikitpun. Harum ayam goreng tercium di inderanya. Perut yang lapar semakin keroncongan. Sudah hampir sebulan, tak pernah menyentuh makanan itu. Ia harus berhemat untuk melanjutkan hidupnya.
Malam Tanpa NodaBab 72Faisal mengulung celana panjangnya dan membuka kemeja. Hanya kaos putih yang menempel di tubuh. Memulai pekerjaan sebagai kuli bangunan. Membawa batu bata ke lantai dua. Napasnya terputus-putus, baru kali ini merasakan pekerjaan kasar.Sang mandor menatap iba Faisal. Tak mau menganggu pekerjaan Faisal. Mandor pergi setelah menjelaskan semuanya kepada Faisal.Tetes keringat membasahi keningnya, Faisal menghapus jejak tersebut. Kaki dan tangannya kotor terkena cipratan semen.Waktu menunjukkan jam dua belas siang, Faisal duduk dipinggiran meminum air yang telah disediakan.Ia menghela napas dalam, memejamkan mata menahan lelah."Ini makanlah! Kamu butuh tenaga ektra untuk melakukan pekerjaan ini." Mandor menyodorkan sebungkus nasi kepada Faisal."Terima kasih, Pak." Faisal menerima bungkus nasi dengan bahagia. Tempe