Malam Tanpa Noda
Bab 77Airi berada di dapur, ia menyiapkan makan malam untuk Putra. Setelah acara resepsi pernikahan mereka. Mereka tinggal di rumah sendiri.
Bima dan istrinya tinggal di rumah Airi. Putra sudah tiba sejak tadi. Wanita itu tak mendengar suaminya pulang. Memeluk tubuh wanita yang berpakaian gamis sederhana dan hijab instan berwarna kuning. Tangannya, ia lingkarkan ke pinggang ramping istrinya. Mencium kain yang menutup rambutnya. "Kakak, kamu sudah pulang," tanya Airi. Tangannya mengaduk tumis kangkung. "Kamu tak mendengarku pulang. Biasanya menyambut di depan pintu." "Maaf, aku tak dengar." Faisal membalikkan tubuh Airi. Ia menyentuh dagu wanita itu. "Ada apa? Kamu sepertinya bersedih," tanya Putra. Wajah Airi terlihat gelisah. "Tak apa-apa. Aku baik-baik saja."Malam Tanpa NodaBab 78 Suara ponsel Putra di meja menghentikan aksi cumbu mereka. Putra menatap nomor ponsel yang menempel di layar. "Halo, iya betul," ucap Putra. Mengernyit heran, mendengar kabar yang disampaikan melalui panggilan ponselnya."Astaghfirullahaladzim, baik saya akan ke sana." Putra menutup panggilan. Wajahnya berubah sedih. Bibirnya sulit untuk bicara. "Ada apa Kak?" tanya Airi. Feelingnya terjadi sesuatu dengan Ririn. "Tan-tante Ririn ...." Tatapan mata Putra melekat di wajah Airi. "Ada apa dengannya? Apa yang terjadi, Kak?" "Kita harus segera ke sana?" Airi segera bangkit ke kamar mengambil tas dan ponselnya. Ia mengecek pesan dan dua puluh panggilan tak terjawab dari pembantu yang mengurus Ririn. "Mama ...." ** Mereka berlari ke lorong rumah sakit. Menuju ruangan Ririn di rawat. Mata Ririn masih terpejam. Kondisi wanita
Malam Tanpa NodaBab 79Kala itu Putra berada di restoran bersama rekan bisnisnya. Ia tak sengaja bertabrakan dengan wanita yang berjalan sambil berbicara di ponsel. Pakaian yang sexy memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ternyata, ia adalah Sonia. Mereka duduk dengan jarak yang dekat. Saling membelakangi. Sonia menyebut nama Faisal ketika berbicara melalui ponselnya. Putra tak berpikir macam-macam. Nama Faisal bukan satu saja. Airi menghadiri sidang pertama Faisal memberi gambar suasana pengadilan. Putra meminta Airi mengambil gambar Sonia.[Airi, apa dia wanita yang ditusuk Faisal?] tanyanya melalui pesan aplikasi hijau dengan emot tanda tanya.[Iya, dia orangnya. Namanya Sonia] Airi menyisipkan gambar Sonia dalam jarak dekat.Putra masih ingat wanita itu. Segera datang ke restoran meminta CCTV. Menyebutkan tanggal dan waktu yang lengkap kepada petugas keamanan.
Malam Tanpa NodaBab 80"Airi, ayo kita keluar!" ajak Putra. Ia mengandeng tangan istrinya. Dingin sangat dingin telapak tangan Airi."Kamu baik-baik saja?" tanya Putra, khawatir dengan keadaan istrinya. "Aku baik-baik saja. Hanya terkejut dengan tragedi penembakan tadi." Suaranya bergetar begitu juga tubuhnya."Lebih baik kita pulang. Semoga wartawan itu selamat." Putra merangkul bahu Airi. Tubuhnya lemas karena rasa terkejut.Selama perjalanan Airi tertidur pulas dalam dekapan Putra. Supir mengendarai mobil dengan hati-hati. Ia melihat wajah lelah majikannya. **Faisal telah bebas dari tuduhan. Kasusnya terselesaikan dengan cepat. Pak Joko menjemput anaknya di kantor polisi. "Faisal!" Pak Joko memeluk tubuh kurus anaknya. Wajahnya terlihat kusam. "Papa, apa kabar?" "Alhamdulillah, baik. Akhirnya, kamu bebas,"
Malam Tanpa NodaBab 81Wajah Dinda lebih cantik dan memesona. Untuk beberapa saat, Faisal bergeming menatap keluarga baru pak Joko. Dinda mencium tangan pak Joko dan lelaki itu mengambil anaknya dari gendongan istrinya. Mereka terlihat bahagia."Bang Faisal, apa kabar?" tanya Dinda sopan.Senyum manis terukir di bibirnya "Eh, Ba-baik Din," jawab Faisal gugup. "Kok, Dinda. Dia Ibumu sekarang. Walaupun, umur kamu lebih tua dari Dinda," ucap pak Joko. Ia menepuk bahu anaknya. Faisal menatap bayi perempuan yang cantik mirip Dinda."Faisal, ini adikmu namanya Friska." Faisal mengelus kepala bayi mungil yang menjadi adiknya."Ayo masuk, Mas! Aku sudah siapkan makan siang kesukaan, Mas." Dinda mengandeng lengan suaminya. Koper yang ia bawa telah dipegang Faisal. Faisal menatap punggung papa dan ibu tirinya."Ayo, kenapa diam saja?" Dinda tersenyum manis."I-iya, Ma." Faisal meng
Malam Tanpa Noda Bab 82"Kakak, curang!" pekik Airi. Mencubit tangan Putra gemas. "Kalau kalah gak boleh nangis." "Siapa yang nangis? Kakak emang curang!" "Istriku, jangan ngambek. Nanti aku sekap. Mau?" Memeluk Airi. "Gak mau lagi malas. Kamu curang." Mencibirkan bibir. Putra mencium pipi Airi, memeluk tubuhnya dari samping. Mereka sedang bermain ular tangga. "Makin gemes sama kamu kalau lagi ngambek." "Masa iya, tadi diposisi 60 berubah jadi 80, namanya curang." "Ha ... ha ... sengaja biar cepat selesai." "Ih, bener' kan kamu curang. Aku gak salah lihat." "Ularnya pengen makan kamu," godanya. "Ular apa ular." Faisal bangkit dan membopong tubuh Airi. Rambut panjangnya tergerai indah. Putra membaringkan istrinya di atas ranjang. Mereka menautkan benda kenyal dan menyatukan hidung mereka. Napas menderu hebat. Pu
Malam Tanpa NodaBab 83Mereka tertidur hingga lupa waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Suara gedoran di pintu kamar mereka. Membuat pasangan pasutri itu terperajat."Putra, buka!""Siapa yang mengedor pintu kamar pagi-pagi begini?" tanya Putra dengan muka bantalnya.Putra membuka perlahan pintu kamar. Sebuah tangan melayang di udara mengenai pipi mulus Putra.Plak!Putra mengelus pipinya yang perih."Jam segini masih tidur! Kamu ngapain aja!""Mama. Masih gelap sudah datang saja.""Gelap apanya. Lihatlah! Matahari sudah muncul kamu masih selimutan di kamar.""Namanya pengantin baru.""Kamu sekarang kalau dikasih tahu." Menarik kuping Putra ke atas."Aduh, Mama sakit!""Mana Airi?" tanyanya."Mama, apa kabar?" tanya Airi ramah. Ia men
Malam Tanpa Noda Bab 85Suara bel di rumah Airi berbunyi sebanyak tiga kali. Airi bangkit dari tidurnya. Putra terlelap sejak pulang kerja. "Siapa malam-malam begini bertamu?" Jam menunjukkan dua belas malam. Airi menghela napas panjang. Segera mengambil hijab instan yang tergantung di dinding. "Maaf, Bu. Ada tamu. Katanya adik Bu Airi. Mohon maaf menganggu!" Penjaga rumah Airi terlihat takut dan was-was. "Gadis itu maksa saya buat bangunin Ibu." Wajahnya tertunduk. "Iya, gak papa." Airi melihat dari jarak jauh. Gadis itu berada di luar pagar dengan berjalan mondar-mandir."Suruh masuk, Pak! Itu adik saya," ungkap Airi. "Baik, Bu. Alhamdulillah, saya kira bukan adik Ibu. Orangnya maksa banget." "Iya, memang begitu orangnya. Mohon maaf, Ya." "Kak Airi!" Berlari memeluk tubuhnya. "Aku kesasar cari alamat Kakak. Peja
Malam Tanpa Noda Bab 86Prank!"Suara apa itu! Sepertinya ada maling." Risa bergegas bangkit dan berjalan pelan-pelan. Suasana gelap di ruang bawah. Seseorang berada di dapur. Menajamkan mata dan mendekatinya. "Maling!" lirihnya menutup mulut dengan tangan. Risa melangkah dengan mengendap-endap tangan memegang sapu yang berada di pojok tangga. Seseorang berdiri dekat wastafel."Gerak-geriknya mencurigakan. Seperti mencari sesuatu. Pasti dia pencuri," lirihnya dalam hati.Ia mendekati orang tersebut. Mengayunkan gagang sapu ke arah tubuh lelaki berkaos hitam. Lelaki itu menjerit kesakitan."Aduh! Sakit!" pekiknya. "Dasar maling! Berani sekali masuk ke rumah ini. Rasakan pukulan mautku!" Risa terus memukulinya tanpa rasa iba. Mengumpat dan mencaci orang tersebut."Bukannya kerja malah ngambil punya orang," makinya dengan nada tingg