Share

Bab 341

Author: Viona
Roni mengamatinya dari atas ke bawah, sorot matanya yang suram tak menunjukkan emosi apa pun. "Kenapa kau berkata begitu? Bukannya abu Selir Lyra sudah dikunci oleh Yang Mulia?"

"Kalau Yang Mulia masih nggak percaya, mana mungkin beliau menyimpannya dengan sangat hati-hati?"

"Kau diminta untuk terus menyelidiki, itu hanya karena beliau masih belum bisa menerimanya."

"Sebentar lagi sudah Tahun Baru, akan ada begitu banyak kegiatan. Jangan takut mengganggunya, kau malah harus membuatnya sibuk."

"Buat Yang Mulia sibuk, sibuk tanpa henti hingga dia nggak akan bisa fokus pada hal lain."

Mata Toni langsung berbinar. "Itu ide yang bagus. Tuan, Anda memang pintar."

"Hati-hati di jalan, Tuan." Roni dengan malas mengepalkan tinjunya dan kembali duduk di kursinya.

Toni tidak mempermasalahkan sikap tidak sopan itu, dia berterima kasih, dan bergegas pergi.

Tiga hari kemudian, sebuah laporan kemenangan tiba di ibu kota dari perbatasan barat laut, setelah menempuh jarak empat ratus kilometer.

Mario
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 344

    Apa pun tujuan Kaisar menempatkan Pangeran Andre di sini, dia pasti juga mengirim seseorang untuk mengawasinya secara diam-diam.Mungkin Kuil Dewa Selatan ini sendiri adalah jaring tak kasat mata.Awalnya, jaring ini dimaksudkan untuk mengurung Pangeran Andre, tetapi sekarang mereka yang telah menemukannya.Ini benar-benar seperti berjalan sendiri ke dalam perangkap."Kirana, cepat, kemasi barang-barangmu! Ayo pergi sekarang." Lyra merasa cemas, dia memaksakan diri untuk duduk walaupun masih lemah.Namun, tubuhnya masih dalam masa pemulihan, hanya berdiri saja sudah membuatnya merasa pusing dan hampir terjatuh. "Sudah larut malam, dan Anda masih lemah, bagaimana bisa berjalan jauh?" Kirana menopangnya, meletakkan bantal di belakangnya, dan membiarkannya duduk bersandar di kepala tempat tidur. "Saya tahu apa yang Anda takutkan, tapi Guru sungguh orang yang baik. Beliau nggak akan menyakiti kita."Guru Wandira melafalkan doa dengan lembut, lalu berbicara dengan pelan dan tenang. "Nyonya

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 343

    Matahari terbenam, memenuhi langit dengan cahaya senja.Di senja yang perlahan menyelimuti, lonceng Kuil Dewa Selatan berdentang, bergema di antara pegunungan bersama kicauan burung-burung yang kembali pulang.Lyra perlahan membuka matanya dan melihat sosok tinggi dalam jubah abu-abu-putih, bermandikan cahaya kuning yang hangat, berdiri di depan tempat tidurnya."Nyonya, Anda sudah sadar?"Suaranya yang jernih dan lembut seperti bunyi lonceng dari kejauhan, memancarkan ketenangan dan ketidakpedulian seseorang yang telah menembus dunia fana.Lyra sesaat tidak dapat menyesuaikan diri dengan cahaya, lalu menyipitkan mata untuk melihat wajah pria itu.Pria itu secara kebetulan juga membungkuk untuk menatapnya.Ketika pandangan mata mereka bertemu, Lyra terkejut melihat wajah yang mirip seperti Kaisar.Dia terlonjak berteriak ketakutan dan berusaha untuk duduk, tetapi tubuhnya yang masih lemah hanya bisa terangkat sedikit, lalu jatuh kembali. "Jangan takut, Nyonya. Saya di sini. Ini Guru W

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 342

    Dia berpikir, sungguh tak ada wanita lain di dunia ini yang begitu tak berperasaan.Bagaimana mungkin wanita yang tampak rapuh seperti itu memiliki hati yang begitu dingin dan keras?Setelah lima tahun bersama, lebih dari seribu delapan ratus hari, dia bisa pergi begitu saja dan mati begitu cepat.Apakah dia benar-benar tidak peduli padanya?Bukankah katanya, jika seorang wanita sudah memberikan tubuhnya kepada seorang pria, maka hatinya pun akan menyusul, tak akan berpaling lagi?Mengapa dia tidak seperti itu?Mengapa dia begitu berbeda dari yang lain?Sebenarnya wanita macam apa dia?Sepertinya dia tak pernah bisa benar-benar memahaminya dari awal hingga akhir.Namun, bagaimanapun juga, hatinya sungguh kejam.Itu tak terbantahkan.Dia begitu marah hingga menggertakkan gigi, lalu membalikkan piring pangsit dengan ayunan tangannya. Toni terkejut, lalu menyadari bahwa Kaisar sedang memikirkan Selir Lyra lagi, dan segera mencoba mengalihkan perhatiannya."Kalau Yang Mulia nggak mau maka

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 341

    Roni mengamatinya dari atas ke bawah, sorot matanya yang suram tak menunjukkan emosi apa pun. "Kenapa kau berkata begitu? Bukannya abu Selir Lyra sudah dikunci oleh Yang Mulia?""Kalau Yang Mulia masih nggak percaya, mana mungkin beliau menyimpannya dengan sangat hati-hati?""Kau diminta untuk terus menyelidiki, itu hanya karena beliau masih belum bisa menerimanya.""Sebentar lagi sudah Tahun Baru, akan ada begitu banyak kegiatan. Jangan takut mengganggunya, kau malah harus membuatnya sibuk.""Buat Yang Mulia sibuk, sibuk tanpa henti hingga dia nggak akan bisa fokus pada hal lain."Mata Toni langsung berbinar. "Itu ide yang bagus. Tuan, Anda memang pintar.""Hati-hati di jalan, Tuan." Roni dengan malas mengepalkan tinjunya dan kembali duduk di kursinya. Toni tidak mempermasalahkan sikap tidak sopan itu, dia berterima kasih, dan bergegas pergi.Tiga hari kemudian, sebuah laporan kemenangan tiba di ibu kota dari perbatasan barat laut, setelah menempuh jarak empat ratus kilometer. Mario

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 340

    …Atas bujukan Roni, Kaisar akhirnya kembali ke Istana Langit Emas.Roni juga mengkremasi jasad itu hingga menjadi abu, lalu memasukkannya ke dalam guci, dan membawanya ke kamar Kaisar.Kaisar menyembunyikan guci dan boneka manusia salju itu bersama-sama di dasar lemari pakaiannya, dan menguncinya dengan dua kunci tambahan.Meskipun itu terasa mengerikan, namun semua orang mengira bahwa masalah itu akhirnya bisa selesai.Namun, dia diam-diam memberi tahu Toni agar menyelidiki keberadaan Lyra, dan juga untuk menindak lanjuti Selir Rinda dan Ibu Suri.Toni bertanya mengapa, karena Roni telah mengonfirmasi semuanya, dan Selir Rinda juga telah diinterogasi berulang kali.Bahkan para penjaga yang bertanggung jawab menjaga Istana Pengasingan itu juga sudah disiksa di Pengadilan Istana.Semua bukti menunjukkan bahwa Lyra telah meninggal, dan jasad hangus itu memang dirinya.Apa lagi yang perlu diselidiki? Namun, Kaisar tidak setuju. Dia berpendapat bahwa Roni mungkin juga telah ditipu oleh L

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 339

    Angin utara menderu-deru, suara terompet perang berbunyi.Jubah merah di punggung Mario berkibar-kibar tertiup angin, bagaikan darah panas yang mengalir deras di tubuhnya, bagaikan gelombang tak menentu yang bergejolak di hatinya.Dia pikir bahwa keputusan yang dulu dia buat di ruang belajar selatan adalah keputusan tersulit dalam hidupnya.Dia pikir bahwa dengan mengakui segalanya kepada Kaisar, kehidupan Lyra di istana akan menjadi lebih mudah.Dia pikir jika Kaisar sangat ingin mempertahankan Lyra, maka dia akan melindunginya.Kini, semua pikirannya itu menjadi sia-sia.Lily kekasihnya telah mati!Mati di dalam sangkar emas yang dibangun untuknya oleh pria yang mengaku tak bisa hidup tanpanya.Dia teringat hari itu di jalanan istana saat Lyra mengantarnya pergi.Dia telah memintanya untuk hidup dengan baik, apa pun yang terjadi. Tanpanya, dia tak akan pernah memiliki keberanian untuk kembali ke ibu kota. Lyra dengan berlinang air mata berjanji kepadanya bahwa dia akan makan dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status