Share

Bab 406

Author: Viona
Halaman Istana Embun Murai luar biasa sunyi, para penjaga menjauh.

Lyra membeku di tempat, tak yakin harus berkata apa.

Namun, Kaisar tetap tenang. Dia berkata, "Masuklah," dan dengan tangan terlipat di belakang, dia melangkah ke ruang dalam.

Lyra tak punya pilihan selain mengikutinya masuk, lalu menutup pintu di belakangnya.

Ruangan itu masih sama, meja yang sama, lampu yang sama.

Cahayanya masih redup.

Seorang pria berjubah biru berdiri di bawah cahaya lampu. Sosoknya yang tinggi dan wajahnya yang lembut membuat Lyra sedikit linglung.

Jika bukan karena penampilannya yang mengesankan dan aroma parfumnya yang samar, dia pasti akan kesulitan mengenalinya.

"Kenapa Yang Mulia datang ke sini?" tanya Lyra, benar-benar merasa dia tidak perlu datang.

Karena anak buah Ibu Suri tidak mungkin masuk ke sini, jadi mereka tidak akan tahu apa yang terjadi di dalam. Jadi dari pada membuang waktu, sebaiknya dia tidur saja.

Kaisar seolah-olah bisa mendengar pikirannya, dia menatap Lyra dan berkata den
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Niniq Aja
kapan lyra akan luluh, kaisar begitu kesepian. masa kecilnya sama menyedihkan dengan lyra.
goodnovel comment avatar
Nona
kaisar begitu sakit hati pd ayahnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 428

    Mereka yang memiliki bukti meyakinkan akan dieksekusi bersama Keluarga Serena tujuh hari kemudian. Sedangkan yang buktinya kurang kuat akan terus diperiksa dan menjalani penyelidikan lebih lanjut.Selain itu, pejabat yang sesuai akan dipilih dari berbagai kalangan untuk mengisi kekosongan posisi tersebut.Setelah perombakan besar-besaran ini, delapan sampai sembilan dari sepuluh posisi di seluruh istana akan diisi oleh orang-orang Kaisar sendiri.Setelah menyelesaikan urusan itu, para pejabat istana kembali mengusulkan kepada Kaisar bahwa sudah enam tahun memerintah tanpa memilih Permaisuri. Kini Ibu Suri dikurung di Dewan Pengawas Keluarga Kerajaan dan Enam Istana tidak ada yang memimpin, mereka mendesak Kaisar untuk segera menunjuk Permaisuri agar menstabilkan istana dan menguatkan pemerintah.Mendengar hal itu, para pejabat sipil dan militer serentak menyetujui, mereka secara sepakat menyatakan bahwa masalah penunjukan Permaisuri harus segera ditangani tanpa penundaan lebih lanjut.

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 427

    Lyra telah menghabiskan hampir seluruh tenaganya, memegang erat tangannya seolah-olah menggenggam tali penyelamat.Tangan Putri Maura terasa sakit karena genggaman yang kuat. Melihat wajahnya pucat seperti lilin, hampir pingsan, dia merasa sedikit menyesal.Dia tidak menyangka reaksi Lyra terhadap kehamilannya begitu besar. Seandainya dia tahu sejak awal, dia tidak akan mengatakan hal itu dengan begitu mudah.“Tenang dulu. Aku nggak ahli, mungkin aku sudah salah...” Dia mencoba menenangkannya.Tetapi Lyra tidak bisa tenang. Saat ini dia hanya merasa dingin, takut, dan dunia seolah akan runtuh. “Tolong aku, kumohon bantu aku...” Dia mencengkeram tangan Putri Maura dengan putus asa, mengulang permohonannya berulang kali.Jawaban Putri Maura membuatnya putus asa, “Aku nggak bisa membantumu. Aku nggak punya obat. Mereka nggak mengizinkanku membawa ramuan obat ke istana.”Lyra membeku dan menatapnya dengan kosong, tatapannya hampa tanpa sedikit pun sinar harapan. Putri Maura melanjutkan,

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 426

    Tetapi bagaimana Mario bisa menyimpulkan dari satu kalimat pengawal pribadinya bahwa wanita di samping Kaisar adalah dia?Saat dia menebak itu, betapa sengsaranya hati yang dia rasakan?Bagaimana dia menahan penderitaan karena tidak bisa melihatnya?Kaisar sengaja menyuruhnya beristirahat dua hari di Kota Layama, bagaimana menjalani hari-hari itu terasa seperti bertahun-tahun?Lyra teringat hari itu ketika dia naik ke dalam kereta kuda. Kaisar menunjuk ke arah kejauhan, berkata padanya, “Mariomu ada di sana, tapi seumur hidupmu jangan harap bisa melihatnya lagi.”Pada saat itu, apakah Mario juga sedang menatap ke arahnya?Dia memejamkan matanya. Air mata yang tak berani dia tangiskan di hadapan Kaisar akhirnya jatuh.Mungkin Putri Maura benar. Dia tidak beruntung, tetapi sekaligus beruntung.Hidup sekali, bisa memiliki cinta sejati seperti itu sudah cukup untuk tidak sia-sia. “Jangan menangis. Mulai sekarang, aku akan bersamamu. Nggak peduli seberapa pahit hidup ini, kita akan menghad

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 425

    Lyra terkejut mengetahui bahwa Putri Maura memiliki kemampuan pengobatan, suatu kejutan yang menyenangkan untuknya.Menoleh ke arah pintu, dia berbisik, “Kalau Anda nggak keberatan, hamba akan sangat berterima kasih.”“Belakangan ini, hamba merasa kurang sehat, namun semua tabib bersikeras bahwa nggak ada masalah. Hamba benar-benar bingung.”“Oh iya? Kalau begitu, aku akan memeriksamu.”Putri Maura menggenggam tangannya dan membawanya ke kamar dalam, sambil berkata, “Aku kurang terbiasa dengan panggilan formal ini. Saat nggak ada orang, ayo kita saling memanggil kau dan aku saja. Rasanya lebih santai.”Lyra melihat sikap Putri Maura yang lugas dan terbuka semakin mengingatkannya pada mendiang Selir Sienna.“Kalau Nyonya nggak keberatan, hamba senang sekali. Hamba merasa seperti bertemu teman lama, sangat menyenangkan.” Dia menekankan kata-kata bertemu teman lama untuk melihat reaksi Putri Maura, lalu merasa dirinya agak bodoh karena melakukan itu. Dia sendiri tidak tahu apa yang dia

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 424

    Jika kabar ini sampai tersebar, pasti akan menjadi bahan tertawaan orang. Setelah fajar, Lyra bangun dan mendengar dari dayang istana yang sedang menyisir rambutnya bahwa Kaisar menginap di Istana Teratai semalam.Lyra tidak berkomentar soal itu, dia bahkan berharap Kaisar menginap di tempat lain setiap malam agar tidak mengganggunya.Dia tidak ingin bertengkar dengannya lagi. Jika dia ditakdirkan untuk tetap terkurung, dia berharap mereka bisa menjaga jarak dan hidup damai.Selama sarapan, tiba-tiba terdengar sedikit keributan di halaman. Abian masuk melaporkan bahwa Selir Maura telah pindah.Berdasarkan posisinya, Lyra diwajibkan untuk keluar dan menyambutnya. Abian bertanya apakah dia ingin keluar, jika tidak dia bisa berpura-pura sakit.Lyra sudah mendengar dari Roni tentang putri itu dan merasa penasaran. Lagipula, karena mereka akan tinggal di bawah atap yang sama, menghindari pertemuan adalah sia-sia. Lebih baik pergi dan menyambutnya secara terbuka, untuk melihat seperti apa d

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 423

    Berita bahwa Kaisar menginap di Istana Teratai dengan cepat menyebar ke seluruh istana.Para selir di istana seolah-olah mendengar berita yang menggemparkan, terbangun dari tidur dengan terkejut.Sudah setengah tahun, ini adalah pertama kalinya Kaisar menginap di istana selir lain selain Lyra.Dengan keadaan ini, hanya Selir Minda yang bisa mengandalkan putri kecilnya untuk merebut sedikit kasih sayang Kaisar dari Lyra.Yang lain yang tidak memiliki anak, jangan berharap banyak.Namun, bukankah itu karena Kaisar tak berusaha kepada mereka?Jika Kaisar menolak untuk berusaha, bahkan tanah yang paling subur pun tidak akan menghasilkan buah.Di sisi lain, Selir Yuna yang pernah melahirkan seorang anak namun telah meninggal, diliputi kesedihan. Memeluk bantalnya sambil bersandar di tepi tempat tidur, dia menggertakkan giginya dalam kemarahan yang pedih sementara air mata menggenang di pelupuk matanya. Dulu, ayah dan kakak laki-lakinya adalah jenderal yang berjuang bersama Kaisar, berjasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status