Share

Bab 9

Author: Viona
Yuna menunduk menatap gadis bisu yang sedang berlutut di lantai itu dengan ekspresi yang bercampur aduk, lalu berkata, "Bangunlah. Aku ambil risiko sebesar ini bukan untukmu."

Lyra menopang lututnya dan perlahan berdiri, rasa sakit membuat kakinya gemetar tak terkendali.

Selir Yuna lalu berkata, "Yang Mulia memperlakukanmu dengan sangat berbeda, bukankah menyenangkan bisa jadi selir di istana dengan pakaian mewah dan makanan enak? Mengapa kamu harus merendahkan dirimu sendiri seperti ini?"

Lyra menggeleng pelan, tatapannya tenang namun tegas.

Selir Yuna melihat sikap tegasnya, jadi dia merasa tenang dan berbisik, "Yang Mulia nggak mudah ditipu. Dia meninggalkan Raka di sini untuk berjaga. Mungkin kamu bisa lolos dari waktu istirahat siang, tapi aku khawatir kamu nggak akan bisa melarikan diri nanti malam. Nanti aku akan cari cara untuk suruh orang menyelamatkanmu."

Lyra pun menyatukan kedua telapak tangannya dengan penuh terima kasih dan membungkuk padanya.

Tampaknya Dewa Pohon Kesemek benar-benar mengabulkan permohonannya. Padahal tadi pagi dia masih khawatir tentang bagaimana cara menghindari Kaisar selama istirahat siang, tetapi Selir Yuna malah berinisiatif membantunya dan berkata asalkan dia benar-benar ingin meninggalkan istana, para selir di istana akan berusaha keras membantunya.

Meskipun dia tahu niat para wanita itu tidak tulus, namun dia tetap bersyukur.

Selama dia bisa meninggalkan istana dengan selamat, dia bersedia memuja semua wanita itu sebagai dewa.

Tidak lama kemudian, Tabib Arya Mananta dari Balai Pengobatan Istana yang diundang oleh kasim akhirnya datang. Lyra mengikuti pengaturan Selir Yuna dan berbaring di ranjang sambil berpura-pura tidak sadarkan diri.

Setelah Tabib Arya melakukan pemeriksaan, dia memberikan akupunktur, dan meresepkan obat untuk menghangatkan tubuhnya. Dia pun mengatakan bahwa Lyra akan segera sadar.

Lyra harus bangun, dia tidak bisa terus berpura-pura pingsan, karena Kaisar hanya memberinya dua pilihan, bangun dan kembali ke Istana Langit Emas untuk melayaninya, atau mati dan jenazahnya akan dikirim pulang ke Keluarga Serena.

Dia tidak bisa mati, jadi dia harus bangun.

Dia bahkan sempat curiga, apa Kaisar tahu dia hanya berpura-pura, jadi dia sengaja berkata seperti itu?

Tetapi jika Kaisar tahu dia hanya berpura-pura, kenapa dia membiarkannya begitu saja?

Selir Yuna bahkan bilang, kaisar memperlakukannya dengan berbeda, dan jika dia mau tinggal di istana, dia bisa menikmati kasih sayang Kaisar.

Memikirkan hal ini, Lyra tersenyum pahit dalam hatinya. Jika kasih sayang Kaisar berarti mempermalukan dan menginjak-injak dirinya sampai hampir mati, maka lebih baik tidak mendapatkannya.

Lagipula, dia juga tidak menginginkannya sejak awal. Yang dia inginkan adalah dunia yang luas di luar istana, cinta sejati selamanya, dan kebebasan seperti burung-burung yang terbang di angkasa.

Dia teringat kata-kata Roni dan menguatkan diri hatinya untuk bertahan sebentar lagi. Jika semuanya berjalan dengan baik, dia dapat melihat orang yang telah lama dia rindukan di gerbang istana pada lusa pagi.

Setelah lima tahun tidak bertemu, mungkinkah pemuda berpakaian bagus dan menunggang kuda yang gagah itu telah berubah sekarang?

Dia percaya, apapun perubahannya, dia pasti akan bisa langsung mengenalinya.

...

Di Istana Langit Emas, Kaisar berdiri cukup lama di depan ranjangnya, tetapi akhirnya tidak jadi duduk di atasnya.

Dayang baru itu merapikan ranjang dengan sangat baik, tidak ada yang salah dengan pekerjaannya. Aroma dupa yang menenangkan itu pun sudah pas, tidak terlalu kuat atau terlalu ringan. Namun semua itu bukannya membuat tenang, malah membuatnya gelisah.

Semuanya jelas baik-baik saja, tetapi terasa salah.

Dia pun kembali ke ruang hangat di bagian depan istana dengan wajah muram, lalu bersandar pada bantal di ranjang dekat jendela selatan.

Toni tidak berani mengatakan apa pun, dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh Kaisar agar hangat, lalu keluar dengan perasaan khawatir sambil memegang tongkatnya.

Semua orang tahu Kaisar sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi mereka harus melakukan semuanya dengan tenang dan diam-diam.

Sebagai Wakil Kepala Kasim, Damian Manu, datang dengan ekspresi licik dan berbisik di dekat Toni, "Bagaimana ini? Lyra bahkan belum pergi, tapi Yang Mulia sudah semakin sulit dilayani. Kalau dia beneran pergi, siapa yang sanggup melayaninya?"

"Jangan sembarangan bicara!" Toni lanjut berkata, "Raka baru saja dimarahi, apa kamu juga mau cari masalah? Siapa bilang kalau Yang Mulia marah karena Lyra?"

"Itu sudah jelas banget." Damian lanjut berkata, "Aneh sekali. Dia itu Kaisar. Jadi dia bisa saja memerintahkan Lyra untuk nggak keluar. Tapi, Yang Mulia malah diam saja. Mereka berdua jadi sama-sama menderita seperti ini. Sungguh menyusahkan."

Toni meliriknya tajam dan berkata, "Kok malah kamu yang panik? Kalau kamu memang khawatir, kenapa kamu nggak masuk saja dan coba menghibur Yang Mulia? Atau kamu bisa cari cara untuk redakan kecemasan Yang Mulia. Kalau Yang Mulia senang, aku akan berikan posisiku sebagai Kepala Kasim."

"Nggak berani, aku nggak berani. Kamu terlalu serius, aku kan cuma asal bicara."

Damian mengangguk dan membungkuk, dia tersenyum canggung dan berjalan pergi. Tapi saat dia berbalik, mata sipitnya tiba-tiba menyala penuh semangat.

Orang yang berani mati akan sukses, dan yang takut mati akan hidup susah. Siapa tahu, dia benar-benar bisa bantu Kaisar selesaikan masalahnya. Kalau berhasil, mungkin saja posisi Kepala Kasim akan jadi miliknya.

Di ruang hangat, Kaisar tidak tahu sudah berapa lama tertidur. Dia lalu mendengar Toni memanggilnya dari luar, "Yang Mulia, ada berita dari Istana Teratai kalau Putri Andita sakit. Dia terus menangis dan nggak bisa makan apa pun. Selir Minda minta Anda pergi menjenguknya."

Kaisar membuka matanya dan menyadari bahwa di luar hari sudah gelap. Dia meregangkan lehernya yang pegal dan berkata dengan suara pelan, "Kenapa dia bisa sakit lagi?"

Semenjak Kaisar naik tahta selama lima tahun, dia hanya memiliki satu putri. Dia adalah harta karun kesayangan seluruh Komplek Istana. Bila dia menderita sedikit saja, semua orang di istana akan ikut khawatir.

Toni lalu datang untuk membantu Kaisar mengganti pakaian, dan memerintahkan untuk menyiapkan tandu untuk pergi ke Istana Teratai.

Berita itu segera dikirim ke Istana Anggrek, dan Selir Yuna berkata kepada Lyra, "Mumpung Yang Mulia sedang pergi, cepat selesaikan pekerjaanmu dan langsung kembali ke kamarmu. Selir Minda telah mempertaruhkan putri kecilnya demi kamu, jadi kamu harus berjuang, jangan buat kesalahan."

Lyra sudah beristirahat sepanjang sore, jadi tubuhnya telah pulih. Dia pun berpamitan kepada Selir Yuna dan kembali ke Istana Langit Emas bersama Raka.

Raka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan dengan hati-hati membantunya sepanjang perjalanan, takut dia akan jatuh karena lemah.

"Lyra, bertahanlah sedikit lebih lama. Setelah besok, kamu akan meninggalkan istana dan bisa bersatu kembali dengan keluargamu."

Lyra mengangguk, hatinya terasa hangat, dia bahkan tidak merasa kedinginan saat angin dingin bertiup menerpa wajahnya.

Semua orang menyemangatinya untuk terus bertahan, jadi tentu saja dia akan bertahan.

Selama dia bisa melewati malam ini dengan selamat, sisa hari esok akan lebih mudah.

Sebab istana akan memberi setiap orang waktu sehari untuk serah terima tugas, mengurus prosedur, berkemas, dan berpamitan dengan teman-teman. Jika ada cukup waktu, Kepala Pelayan biasanya juga akan mengadakan jamuan perpisahan.

Jika tidak ada masalah, maka besok dia tidak perlu lagi pergi ke Istana Langit Emas untuk bertugas.

Di Istana Teratai, putri kecil yang terus-menerus menangis, langsung berhenti begitu dia berada dalam pelukan Kaisar. Dia mulai berusaha mencari susu dalam pelukannya.

Kaisar menggendongnya di pangkuan dan menyuapinya setengah mangkuk daging cincang dan puding telur dengan tangannya sendiri, lalu memberinya setengah gelas susu kambing.

Ketika putri kecilnya itu merasa kenyang, dia menggunakan tangan kecilnya yang gemuk untuk menarik kancing emas pada jubah naganya untuk dimainkan.

Selir Minda dan sekelompok dayang istana tercengang dan berkata, "Putri Andita sudah rewel seharian, tapi dia malah baik-baik saja begitu melihat Yang Mulia. Ini sungguh kasih sayang antara ayah-anak!"

Kaisar terdiam, entah bagaimana pikirannya melayang pada adegan Lyra berlutut di lantai untuk membuka kancing jubahnya.

Dia menoleh ke arah langit dari jendela, lalu melepas kancing emas dan memberikannya kepada putri kecilnya. Dia lalu menyerahkan putri kecilnya itu kembali pada Selir Minda dan berkata, "Aku mau pulang dulu, kamu jaga dia baik-baik, jangan sampai dia telan kancing itu."

Selir Minda menggendong putrinya, hatinya merasa cemas, tetapi dengan senyum lembut di wajahnya, dia berkata, "Putri Andita berhenti menangis ketika melihat Yang Mulia, sepertinya dia sangat merindukan Yang Mulia. Gimana kalau Yang Mulia menginap? Jadi kalian berdua bisa lebih dekat."

Kaisar sedikit mengernyit, matanya tampak tajam dengan penuh selidik.

Selir Minda sontak menjadi takut hingga kakinya lemas, namun dia tetap berusaha tegar.

"Aku masih ada urusan negara." Kaisar mencubit wajah kecil sang putri, lalu berjalan keluar. "Di luar udaranya dingin, jangan keluar."

"Baik, sampai jumpa, Yang Mulia." Selir Minda memperhatikannya meninggalkan gerbang istana. Dia lalu segera melambaikan tangan kepada seorang kasim junior, "Pergi dan lihat, apakah gadis itu masih ada di Istana Langit Emas."

Kasim junior itu menerima perintah dan langsung pergi. Selir Minda saat ini masih merasa ketakutan sambil menggendong putri kecilnya itu.

Demi gadis itu, dia tega membuat putrinya kelaparan seharian. Entah berhasil atau tidak, yang penting dia sudah berusaha sekuat tenaga.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 130

    Kaisar merasakan tangan kecil di telapak tangannya menegang sejenak, seolah ingin menariknya keluar, tetapi dia terlalu malu untuk benar-benar menariknya keluar.Sepertinya Lyra masih menolaknya.Namun, ini hal yang wajar.Setelah kejadian sebelumnya, dia tidak berharap Lyra akan langsung menerimanya sepenuh hati.Damian berkata bahwa dia harus bersabar.Lagipula, dia punya banyak waktu, jadi dia tidak keberatan menunggu sedikit lebih lama.Memikirkan hal itu, dia berkata dengan lembut, "Aku hanya khawatir kau akan kedinginan, jadi aku memintamu untuk kembali dan beristirahat lebih awal. Jangan khawatir, kita akan tetap tidur terpisah."Lyra benar-benar merasa terkejut. Sejak bertemu Kaisar, dia tidak pernah sebaik ini.Namun, siapa yang peduli? Selama dia tidak dipaksa tidur dengannya, tidak ada masalah.Mari kita lalui malam ini saja dulu.Dia mengikuti Kaisar ke kamar dengan patuh, membantunya mandi dan berganti pakaian, lalu berbaring di tempat tidur Kaisar.Kaisar belum mengantuk

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 129

    Kaisar lanjut berkata, "Kalau ibumu bersedia meninggalkan Keluarga Serena, aku akan mengambil keputusan untuknya. Jika dia nggak mau, aku akan meminta Toni memperingatkan semua orang di keluarga itu untuk nggak menindasnya. Bagaimana kalau begitu? " Lyra sebenarnya ingin membujuknya, tetapi sebelum dia melakukan apa pun, Kaisar malah berinisiatif untuk menenangkannya dan berbicara dengan lembut kepadanya. Sebagai seorang Kaisar, dia tidak bisa meminta lebih banyak untuk seorang selir menteri. Lyra hanya bisa mengangguk dan berterima kasih padanya. Kaisar sangat senang karena dia berperilaku baik dan patuh, dan amarahnya pun mereda. Begitu amarahnya mereda, dia merasa lapar, lalu berteriak ke luar untuk memberi tahu Damian agar menyiapkan makan malam. "Aku belum makan seharian." Dia mengusap perutnya dan berkata, "Kamu pasti juga lapar, tunggu sebentar untuk temani aku makan, lalu tidurlah yang nyenyak. Setelah pertemuan besok pagi, aku akan menyuruh Toni pergi ke rumahmu." Lyra m

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 128

    Lyra menarik napas dalam-dalam, mengatur ekspresinya, dan melangkah maju dengan hormat sambil menundukkan kepala. Dia berlutut dan bersujud tiga langkah darinya.Kaisar tidak menyangka Lyra akan datang. Jantungnya berdebar kencang. Mata elangnya menatap Lyra dari atas ke bawah.Setelah beberapa saat, dia mendengus dan berkata, "Bukannya kau nggak mau berurusan denganku lagi? Kenapa kau ke sini lagi?"Sebelum Lyra bergerak, Damian tersenyum dan mengambil kesempatan, lalu berkata, "Hamba sudah memberi tahu bahwa Yang Mulia sudah menghukum Bangsawan Andrian. Oleh karena itu, Lyra datang untuk berterima kasih kepada Yang Mulia.""Benarkah?" Kaisar sama sekali tidak mempercayainya. Dia mengubah posisinya, menekuk satu kaki, dan meletakkan lengan di atasnya. Jari-jemarinya yang ramping dengan santai memainkan untaian manik-manik cendana merah. Terakhir kali dia memberikan untaian manik doa miliknya kepada Damian, dia lalu menggantinya dengan untaian manik-manik cendana merah dan baru menggu

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 127

    Lyra sedikit terkejut, lalu mencibirnya.Dia berkata tidak akan masalah membunuhnya, tetapi pada akhirnya dia hanya dilucuti gelarnya.Meskipun pencabutan gelarnya memang merupakan hukuman yang sangat berat bagi Bangsawan Andrian, apa itu bisa menebus penderitaan ibunya?Gelarnya dicabut, tetapi dia tetap bisa hidup mewah, tetapi ibunya sudah kehilangan satu jarinya.Ibunya telah menunggu putrinya kembali selama lima tahun ini, tetapi sekarang dia malah mengalami penderitaan seperti itu.Bagaimana dengan rasa sakit di hati ibunya?Ibunya yang malang pasti sedang menangis saat ini, ‘kan?Mungkin Bangsawan Andrian marah dan terhina karena pencabutan gelarnya, dan dia akan kembali melampiaskan amarahnya kepada ibunya lagi.Sedangkan, istri pertama dan para selir lainnya dalam keluarga, entah bagaimana mereka akan mempermalukan dan menyiksa ibunya.Kaisar memperlakukan Bangsawan Andrian dengan begitu santai, seharusnya itu karena dia masih berguna baginya, dan mustahil baginya untuk membun

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 126

    Ternyata Fiona yang masuk membawa nampan berisi teh dan camilan."Lyra, Kaisar khawatir kamu akan lapar, jadi memintaku membawakan teh dan camilan untukmu." Sambil berbicara, dia meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur.Lyra tidak berkata apa-apa, menatapnya dengan mata merah.Fiona melirik ke luar dan berkata dengan keras, "Cepat makan, jangan sampai kamu lapar."Setelah itu, dia segera menarik tangan Lyra dan memasukkan bola kertas kecil ke tangannya.Lyra tertegun, dan sebelum dia sempat bertanya lebih lanjut, Fiona sudah melangkah pergi, "Lyra, cepat makan, aku akan datang lagi untuk membersihkannya nanti."Ucapnya sambil menutup pintu dan pergi.Lyra menggenggam bola kertas itu erat-erat, jantungnya berdebar kencang, dia berlari ke balik pintu, menyandarkan punggungnya ke pintu, dan membuka bola kertas itu dengan tangan gemetar.Hanya ada empat huruf dengan goresan tegas dan penuh semangat, [Hatiku setegar batu karang!] Tenggorokan Lyra tercekat, dan air matanya p

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 125

    Bangsawan Andrian akhirnya menyadari bahwa dia bukan hanya gagal mendapat untung, tetapi juga sudah membuat Kaisar marah. Dia segera bangkit dan bersujud memohon belas kasihan, "Yang Mulia, mohon ampuni hamba. Hamba bingung dan salah memahami kehendak Yang Mulia. Hamba bersalah. Mohon maafkan hamba, Yang Mulia!""Memaafkanmu?" Kaisar mencibir, "Kalau aku memaafkanmu, bukannya itu berarti aku membiarkanmu berbuat sewenang-wenang? Melindungi kejahatanmu? Apa menurutmu ini adil untuk Lyra dan ibunya?"Bangsawan Andrian tertegun dan berkata dengan was-was, "Ibunya hanyalah seorang selir, dan dia juga...""Kau masih berani berdalih?" Kaisar berkata dengan marah, "Sepertinya kau nggak menyesal sama sekali dan nggak sadar sama kesalahanmu. Pengakuanmu ini jelas tak tulus!""Nggak, bukan begitu Yang Mulia. Hamba benar-benar menyesal dari lubuk hati. Hamba sadar kalau hamba salah. Mohon maafkan hamba, Yang Mulia." Bangsawan Andrian berulang kali meminta maaf dan menoleh memanggil Lyra, "Anak b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status