Share

Bab 47 Intogasi kecil

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2025-10-18 10:10:10

Udara malam menerpa Bima seiring dentingan kunci yang memecah kesunyian koridor apartemennya. Jas putih dokter miliknya menempel lembap di bagian pundak, oleh-oleh tak terduga dari hujan lebat yang baru saja mencurahi pelataran rumah sakit seolah alam ikut berempati pada nasibnya. Aroma antiseptik masih berbekas di kulitnya, bukti otentik pengabdiannya atau mungkin, mantra penghalau segala hal non-medis. Entahlah. Yang jelas, parfum merek "Eau de Ruangan Operasi" ini tidak gratis.

Begitu pintu terbuka, ia melihat Lidia duduk menyantai di sofa, jari-jemarinya sigap mematikan ponsel. Gerakannya begitu cekatan, hampir-hampir mencurigakan, seperti anak SD yang tertangkap basah bermain game saat jam belajar. Rambut Lidia terurai malas, namun sorot matanya yang baru saja lepas dari layar gelap itu menyimpan sebuah cerita yang membuat alis Bima otomatis terangkat sebelah.

“Dari siapa itu?” tanya Bima, nadanya sengaja ia buat datar, mirip hasil rekaman robot, padah

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 69 Mata-Mata dan Kebocoran Rahasia

    Keheningan pekat seperti gumpalan awan mendung menggelayuti kafe rumah sakit yang seharusnya riuh di jam pagi itu. Lima jiwa duduk berkelompok di sana, suasana tegang mematung mereka di antara aroma kopi dan roti yang tak tersentuh.Ada Gerald dan Vito, dua residen yang sama-sama tampak dilanda penyesalan; Riris, seorang internship yang masih diselimuti kemarahan yang pahit; Wulan, internship yang terlihat paling terpukul dan putus asa; dan Kevin, residen senior yang kini menyalurkan empati yang dalam, berusaha menjembatani. Pertengkaran panas Gerald dan Riris tentang kecerobohan dan tuduhan saling tuding memang sudah mereda, tapi bara emosi di antara mereka jelas belum padam, hanya tertutupi abu kebisuan.Tak jauh dari mereka, di sudut yang sedikit tersamarkan oleh pilar besar, Franda, internship yang pendiam dan jarang diperhatikan, duduk bersama Kaiden, residen bedah yang ambisius dan selalu tertarik pada intrik di balik layar. Keduanya pura-pura asyik menatap jurnal medis di tanga

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 68: Harga Sebuah Pengkhianatan

    Kabar dari laboratorium datang dengan cepat dan brutal, menyelimuti suasana dengan lapisan kepedihan yang menusuk: Gerald dan Riris dinyatakan positif Sifilis. Vito dan Kevin, beruntung, mendapati hasilnya negatif. Tetapi kemenangan kecil itu terasa hampa di tengah ledakan emosi yang kini membayangi mereka. Mereka berkumpul lagi di kafe yang sama, kali ini bukan untuk kepanikan, melainkan untuk menghadapi konsekuensi pahit yang tak terelakkan.Riris duduk tegak di hadapan Gerald, tubuhnya gemetar hebat bukan karena dingin, melainkan karena amarah yang mendidih dari lubuk hatinya. Wajahnya yang biasa cerah kini terlihat pucat dan keras, penuh kekecewaan mendalam. Vito, Wulan, dan Kevin hanya bisa menyaksikan dari pinggir, terdiam dalam ketegangan yang menyesakkan.Wulan duduk tegap, memegang erat tangan Vito yang berkeringat dingin, mencoba menyalurkan kekuatan. Kevin menunduk dalam, tatapannya terkunci pada pola meja di hadapannya, menghindari kontak mata dengan siapa pun. Ia tak mamp

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 67 Kecurigaan Yang Menghancurkan

    Ketidakjujuran Bima bertahan selama dua hari penuh setelah hasil tersebut keluar. Dua hari yang dipenuhi oleh kelegaan diam-diam di pihak Bima, dan ketidaktahuan sepenuhnya di pihak Lidya. Namun, sore itu di ruang intern yang ramai, ponsel Lidya bergetar di mejanya. Itu Wulan, kawan intern-nya yang tampak cemas. Wulan tidak berbicara panjang, hanya kalimat-kalimat singkat yang menusuk langsung ke inti masalah, mengoyak ketenangan buatan."Ris dan Gerald positif, Lid. Sifilis," suara Wulan terdengar parau namun tegas dari ujung telepon, seperti pisau dingin yang menyentuh kulit. "Kau harus segera periksa. Ini menyebar cepat di antara mereka yang punya kontak dekat dengan Kevin dan Vito."Telepon terputus secara mendadak. Lidya menjatuhkan ponselnya ke meja. Gerald dan Riris? Positif Sifilis? Tubuhnya mendadak lemas, bukan karena takut tertular infeksi mematikan itu secara langsung—meskipun itu juga—melainkan karena kesadaran yang baru datang seperti sambaran petir di siang bolong: Bima

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 66: Ketakutan Diam-Diam Sang Predator

    Kabar tentang kegawatdaruratan Dian, telah menyebar di lingkaran residen dan intern, menciptakan riak kecemasan dan bisikan di lorong-lorong rumah sakit. Namun, di kalangan staf senior, informasi itu sampai ke telinga Dr. Bima dengan detail yang jauh lebih mengganggu. Bukan sekadar gagal katup jantung yang parah, melainkan diagnosis akhir yang mencengangkan: Sifilis Kardiovaskular, sebuah komplikasi langka yang menandakan infeksi telah berlarut-larut tanpa terdeteksi. Bagi Bima, diagnosis ini bagaikan bom waktu yang mengancam struktur kehidupan yang telah ia bangun dengan cermat.Meskipun ia telah berusaha keras mengendalikan hidup Lidya, memastikan setiap aspek selaras dengan citra kesempurnaan yang ia proyeksikan, ada satu variabel yang selalu luput dari kendalinya: masa lalu. Bima sangat menyadari bahwa Lidya pernah menjalin hubungan intim dengan Kevin.Ia juga tahu pergaulan bebas yang dicontohkan oleh Kevin dan Vito, kebiasaan yang kini berujung pada kondisi tragis Dian. Ketakuta

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 65: Pengkhianatan di Pagi Buta

    Pukul tujuh pagi. Matahari baru saja malas-malasan merangkak naik, menyiramkan cahayanya yang oranye kekuningan ke kamar kos Riris yang mungil melalui celah gorden yang tidak tertutup sempurna. Udara Jakarta sudah mulai hangat, tapi pagi itu terasa dingin menusuk sampai tulang sumsum. Wulan baru saja selesai mandi, membersihkan sisa lelah setelah jaga malam yang panjang dan mendebarkan di rumah sakit. Uap air masih menempel tipis di kulitnya. Di sisi lain kamar, Riris masih sibuk menyeduh kopi, wajahnya penuh tanda tanya besar, seperti seorang detektif yang kehilangan petunjuk kunci."Ris, serius? Ini kenapa mendadak sekali? Ada masalah sepenting itu di IGD sampai-sampai harus pagi-pagi gini ngajak kumpul di kosku?" Riris menyodorkan secangkir kopi mengepul ke tangan Wulan. Aroma robusta yang pekat menyebar. Sebagai sesama ko-asisten intern atau "ko-ass," mereka sudah terbiasa dengan drama yang tak ada habisnya di rumah sakit. Tapi, Wulan sampai rela-rela datang lebih pagi da

  • Malam Terlarang Bersama Dokter Pembimbingku   Bab 64: Pagi Setelah Pukulan

    Gerald berdiri di lorong sunyi di luar ruang ganti staf IGD, punggungnya menempel ke dinding keramik dingin. Ponselnya terasa licin karena keringat cemas yang membanjiri telapak tangannya. Dia harus melakukan panggilan ini, secepatnya. Jari-jarinya gemetar saat menekan nomor Vito. Panggilan pertama tidak diangkat. Gerald mencoba lagi, memaksa dirinya tetap tenang, meskipun isi perutnya terasa seperti habis bergulat dengan komodo mini.Setelah deringan keempat, suara Vito yang serak dan terganggu menyambutnya. "Halo... ada apa, Ger? Aku baru tidur dua jam," gerutu Vito."Vit, ini penting. Penting sekali. Bisa kita ketemu di kafe biasa malam ini setelah aku selesai tugas jaga?" tanya Gerald, nada suaranya lebih tegang dari senar gitar rock era 80-an."Malam ini enggak bisa.""Harus sekarang. Tolong ini penting.Sangat penting. Ajak Kevin sekalian."Vito sempat terdiam, menangkap nada kepanikan tak biasa dari suara Gerald. "Sekarang? Ini... jam e

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status