Home / Romansa / Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar / Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

Share

Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

Author: Backin_parade
last update Last Updated: 2025-02-04 20:23:25

Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu.

"D-Damian?"

"Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"

Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."

Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.

••••

Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.

Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mendekati Damian.

"Perlu saya bantu?"

Langkah Damian terhenti. Namun, ia terdiam sejenak sembari memandang Nayra. Ia tidak terkejut, ia sudah hafal dengan tatapan iba Nayra saat ini.

"Kamu bersedia menjadi satu kaki saya?"

"Hanya sampai ke mobil."

Nayra kemudian berdiri di samping Damian dan dengan ragu memegang lengan Damian. Tampak tak acuh, Damian kemudian kembali melangkahkan kakinya.

Tiba di parkiran bawah tanah hotel, Nayra yang sebelumnya mengemudikan mobil milik Damian pun turun lalu membukakan pintu untuk Damian.

"Saya mengantar sampai di sini. Seperti yang saya katakan sebelumnya, tolong lupakan pertemuan hari ini dan sebelumnya."

Saat Nayra hendak melangkah pergi, Damian menahan tangan Nayra dan secepat kilat menarik Nayra hingga masuk ke dalam mobil dan jatuh ke atas pangkuannya. Nayra bergegas meraih pintu, tapi Damian justru mengangkat tubuhnya menjauh dari pintu dan langsung menutup pintu. Nayra kemudian langsung turun dari pangkuan Damian, hendak turun dari pintu yang lain. Namun, Damian langsung menarik bahunya hingga ia berbalik. Tubuh Nayra membeku sesaat saat Damian menarik keras pinggangnya.

"Kamu terlalu keras kepala." Damian melayangkan sebuah komentar.

Nayra mengerjap, ia melihatnya dengan jelas. Tatapan tajam yang menusuk dan menciptakan perasaan takut di hatinya.

"Apa mau kamu yang sebenarnya?" Nayra berusaha bertanya di tengah perasaan takut yang semakin kuat itu.

"Kamu yakin bisa mengabulkan jika saya mengatakan apa keinginan saya?"

"Bertanya bukan berarti saya akan mengabulkan harapan kamu. Tapi harapan saya... kamu menghilang dari hidup saya."

Damian tertawa kecil. "Menghilang?"

"Pertemuan kita adalah kesalahan dan itu salah saya, saya sudah minta maaf dan urusan kita selesai."

"Tidak akan selesai semudah itu."

Dengan kedua tangannya, Damian kembali memindahkan Nayra ke atas pangkuannya dalam posisi duduk menyamping. Akan tetapi Nayra sempat mengaduh saat kepalanya tak sengaja terbentur atap mobil. Melihat hal itu membuat Damian tersenyum kecil dan mengusap kepala Nayra.

"Yang saya inginkan ada di sini, di hadapan saya," ujar Damian.

Perhatian Nayra teralihkan oleh kedatangan mobil yang parkir tepat di seberang tempat mereka. Wajah Nayra mengernyit, menyadari bahwa mobil itu tampak tak asing.

"Julian?" gumam Nayra.

Damian menoleh ke belakang, melihat Julian yang sudah tiba karena panggilannya.

Nayra hendak turun, tapi Damian langsung merengkuh pinggangnya dengan kuat.

"Lepaskan saya atau saya akan teriak!"

Damian tiba-tiba tersenyum, dengan satu tangannya ia menarik satu sisi gaun yang dikenakan oleh Nayra hingga robek dan memperlihatkan salah satu bahu Nayra. Sebelum Nayra bereaksi, Damian langsung menerjang bibir Nayra. Melumatnya dengan kasar, meraupnya dengan terburu-buru ketika pemberontakan Nayra datang. Dan ketika Nayra berhasil mendorong Damian, wanita itu langsung menampar wajah Damian dengan keras.

"Kamu berani keluar dengan keadaan seperti ini? Bagaimana tanggapan calon suami kamu jika melihat kamu turun dari mobil saya dalam keadaan setengah telanjang?"

Nayra langsung menarik gaunnya yang sobek untuk menutupi pundaknya.

"Bajingan..." lirih Nayra.

Damian mengambil ponsenya dan menghubungi seseorang. Di luar, Julian yang berdiri di samping mobil mengeluarkan ponselnya dan menerima panggilan.

"Tunggu di sana, saya memiliki urusan untuk diselesaikan."

Nayra menatap tak percaya setelah melihat siapa yang baru saja berbicara dengan Damian. Tapi rasa terkejutnya disambut senyuman tipis oleh Damian.

"Saya yang panggil dia ke sini," ujar Damian.

"Psikopat!" gumam Nayra.

"Kamu tinggal pilih, keluar sekarang dan biarkan saya membunuh Julian atau tetap di sini dan saya akan melepaskan Julian. Kamu bebas memilih."

Tangan Nayra terkepal, hanya dari ucapan Damian ia bisa mengerti tujuan Damian yang sebenarnya.

"Kamu sakit hati dengan keluarga kamu karena kamu merasa dibuang, kamu merasa bahwa Julian sudah mengambil semuanya dari kamu. Kamu ingin balas dendam, itu sebabnya kamu menggunakan saya untuk menghancurkan Julian?"

"Seberapa istimewanya kamu untuk bajingan itu... mari kita lihat."

Damian kembali menerjang bibir Nayra, tapi Nayra langsung mendorong dan menampar wajah Damian. Akan tetapi pukulannya kali ini mengenai luka di kepala Damian hingga darah kembali keluar dan menyusuri bagian samping wajah pria itu.

Damian membuka pintu dan langsung menarik perhatian Julian. Nayra yang tidak takut jika Julian melihatnya pun refleks menunduk sembari memegang pundak Damian.

"Ini kesempatan terakhir kamu untuk melarikan diri."

Nayra bergeming. Bagaimana mungkin ia berani keluar jika ada Julian di sana.

"Ini yang terakhir," gumam Nayra dalam hati.

Sebuah seringai muncul di wajah Damian, pintu tertutup, menelan kesempatan terakhir yang didapatkan oleh Nayra. Damian mendorong Nayra ke samping, menyudutkan Nayra pada pintu hingga refleks Nayra menahan dada pria itu. Damian membawa dirinya pada Nayra, telapak tangannya yang lebar menyentuh rahang lembut Nayra.

"Buka mulut kamu saat saya datang," bisik Damian, terdengar seperti ancaman.

Ketika wajah Damian mendekat, Nayra segera menutup matanya. Ia tak ingin melihatnya, petaka yang datang menghampirinya. Tubuhnya terbujur kaku tapi jantung berdetak begitu cepat ketika hembusan napas pria itu yang terasa panas menyapa wajahnya. Nayra mencengkram kuat kemeja pria itu hingga sesuatu yang hangat menyusup di antara bibirnya. Tubuh Nayra tersentak ke depan ketika tengkuknya di tekan dan refleks ia membuka sedikit mulutnya, menyambut lumatan yang datang setelahnya.

Nayra melakukannya, hal paling gila yang tak pernah ada dalam bayangannya. Ia berselingkuh, membiarkan pria lain memiliki tubuhnya di depan calon suaminya sendiri. Namun, kesadaran semacam itu hanya bertahan untuk sesaat ketika ia mulai terbuai oleh sentuhan yang memaksa pria berdarah dingin itu. Di antara rasa takut itu, Nayra menerima semua yang diberikan oleh Damian.

Ponsel beberapa kali berdering. Julian yang masih menunggu mulai merasa terganggu dengan pergerakan mobil di seberangnya yang terlihat tak wajar. Ia baru sadar jika ada orang di mobil itu.

"Orang gila mana yang main di parkiran hotel," gumam Julian.

Mencoba bersikap tak acuh, tapi ekor matanya menangkap siluet seorang wanita yang sudah memperjelas bagaimana posisi kedua orang yang tengah bermain gila di dalam mobil itu. Sudut bibir Julian tersungging, sekilas membayangkan bahwa dia bisa melakukan hal itu dengan Nayra ketika sudah menikah nanti. Tapi sesaat kemudian ada hal yang mengganggu Julian, siluet wanita itu terasa tak asing baginya.

Memandang sekitar yang sangat sepi, Julian lantas melangkahkan kakinya menuju mobil seberang. Nayra yang melihat hal itu langsung menarik kepala Damian menjauh darinya.

"Damian," tegur Nayra dengan wajah yang ketakutan, tapi justru dibalas senyuman tipis oleh pria itu.

Damian meraih pinggang Nayra dan membaringkan Nayra, membuat dirinya kini menguasai wanita itu dari atas. Damian melihatnya, Julian yang semakin mendekat hingga ia bermain sedikit lebih keras dan membuat Nayra mencengkram kuat lengannya.

Ketika Julian sampai di samping mobil, dengan sengaja Damian menurunkan kaca jendela. Sebuah seringaian ia perlihatkan pada Julian yang menatapnya dengan jijik. Namun, sayang sekali Julian tak bisa melihat siapa wanita yang tengah bersama dengan Damian saat ini. Jika ia tahu, sudah pasti akan ada yang mati di sana hari itu.

Marah karena merasa sudah dipermainkan, Julian kembali ke mobilnya sembari mengumpat dan ia pergi begitu saja. Menyisakan tawa kecil Damian yang masih ingin bermain-main dengan calon adik iparnya yang malang.

Damian adalah kehancuran yang seharusnya tak pernah Nayra datangi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 72 : Akhir Kesabaran Tuan Sylvester

    Tengah malam itu Damian dan Haedar tiba di rumah yang sempat didatangi oleh Nayra sebelum menghilang. Akan tetapi rumah itu dalam keadaan gelap gulita."Rumah kosong," gumam 0 listrik di sana masih terhubung.Prang!!!Haedar buru-buru kembali ke depan setelah mendengar suara pecahan kaca. Ia menatap tak percaya saat menemukan Damian merusak rumah orang sesuka hatinya."Orang gila," gumam Haedar.Damian masuk melalui jendela dan Haedar pun menyusul. Damian mengeluarkan ponselnya dan menghidupkan senter, sesaat kemudian lampu menyala dan Haedar mendekati Damian."Ini ilegal," ujar Haedar."Saya tidak meminta kamu untuk masuk," sahut Damian tak acuh.Haedar langsung membuang muka.Damian kemudian mengambil langkah, berniat memeriksa lantai dua. Sementara Haedar menyusuri lantai satu. Seolah yakin bahwa tak ada siapapun yang menghuni rumah itu. Ketika Damian memeriksa setiap ruangan di lantai dua, langkah Haedar terhenti di dapur. Ia memeriksa perabotan yang ada di rumah itu dan menemukan

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 71 : She's Gone

    Mobil Damian memasuki halaman rumah, tapi kala itu ia menyadari jika mobil Nayra tidak ada. Pak Diddy membuka pintu, Damian keluar dari mobil seraya menghubungi ponsel Zizan. Panggilan berdering, tapi hingga peringatan dari operator terdengar, tak ada yang menerima panggilan itu."Zizan di mana?" tegur Damian pada Pak Diddy."Terakhir saya bertemu Zizan itu tadi pagi, Tuan."Damian kemudian berganti menghubungi Nayra, tapi ponsel Nayra mati. Damian lantas kembali menghubungi Zizan, tapi ponselnya sudah dimatikan. Hal itu tentunya memicu kecurigaan Damian. Kembali menghubungi seseorang, kali ini Damian menghubungi Haedar. Kala itu sebuah panggilan masuk ke ponsel Pak Diddy."Cari tahu di mana istri saya!""Tuan," tegur Pak Diddy."Zizan ada di rumah sakit," lanjut Pak Diddy.Tanpa pikir panjang, Damian kembali ke mobil. Begitupun dengan Pak Diddy.•••••Pak Diddy menghampiri Damian yang kala itu berada di ruang tunggu di depan ruang ICU di mana Zizan mendapatkan perawatan."Apa yang me

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 70 : Jebakan Sang Mantan

    Haedar memasuki ruangan Damian setelah sebelumnya mendapatkan perintah untuk datang ke kantor. Satu hal yang ada dalam pikiran Haedar saat ini, dia mungkin akan dipukuli lagi dan masuk rumah sakit lagi. Akan tetapi keberadaan Nayra di sana cukup mengejutkan bagi Haedar. "Dia mau lihat gue mati digebukin suaminya?" ujar Haedar dalam hati, ia tersenyum tak percaya. Berpikir jika Nayra mengadu dan Damian akan membantainya hari ini. "Kamu ingin duduk atau berdiri, lakukan sesuka kamu," tegur Damian yang duduk dengan angkuh di samping Nayra. "Ada perlu apa?" sahut Haedar, terlihat tak acuh. Karena Haedar tak ingin duduk, Nayra lantas berdiri dan berbicara. "Saya yang memiliki keperluan dengan kamu." Sebelah alis Haedar terangkat. "Kamu mau apa lagi?" gumamnya dalam hati. "Saya ingin minta maaf," ujar Nayra. Haedar tertegun, terpaku memandang Nayra. Merasa telinganya tak berfungsi dengan baik. "Sikap saya kemarin sangat keterlaluan, saya minta maaf." Haedar menjatuhkan pandanganny

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 69 : Bersekutu

    Nayra memasuki ruang kerja Damian saat pria itu tengah berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon."Saya mengerti." Kalimat terakhir yang bisa didengar oleh Nayra sebelum Damian mengakhiri pembicaraan.Nayra mendekat, menarik atensi Damian."Perlu bicara sesuatu?" tegur Damian.Nayra mengangguk, tampak ragu."Kamu bisa bicara sekarang.""Kamu udah tahu soal Haedar Ibrahim." Nayra memberikan jeda yang cukup panjang guna menekan perasaan gugupnya."Tapi kamu justru nggak pernah mengatakan apapun tentang orang itu," lanjut Nayra."Saya mendengar itu dari mama."Nayra mengangguk. "Tadi... saya menemui Haedar."Damian tak kaget, ia bisa menduga setelah mendapatkan kabar dari sang ibu mertua bahwa Nayra sudah tahu masa lalu si Agen 1."Lalu?""Semua kenangan saya, semua ingatan saya tentang orang itu nggak tersisa sedikitpun. Tapi ucapan saya tadi seperti agak kasar. Kalau kamu kasih izin, saya ingin menemui Haedar sekali lagi."Damian mendekat, berdiri tepat di hadapan Nayra. "Se

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 68

    Nadine kembali ke ruangannya setelah melakukan aktivitas di luar kantor. Tapi saat ia kembali, sudah ada Nayra yang menunggunya."Nayra, kamu di sini?"Nayra bergeming, wajahnya terlihat tak ramah."Kamu ada perlu sama mama?""Mama duduk dulu," sahut Nayra, terdengar dingin.Nadine lantas duduk berhadapan dengan putrinya. Hanya melihat wajah Nayra, Nadine merasa bahwa ada masalah yang cukup serius."Kamu mau bicara apa?""Haedar Ibrahim, jelasin semuanya ke aku, Ma."Nadine langsung memalingkan wajah, terlihat tak nyaman untuk melanjutkan pembicaraan."Aku udah ketemu dengan orang itu, dia mengaku sebagai anak dari orang yang udah bunuh papa. Tapi aku nggak punya ingatan apapun tentang orang itu. Karena sekarang aku udah tahu, nggak ada yang perlu mama tutupi dari aku. Aku minta ke Mama, tolong jujur. Aku berhak tahu."Nadine mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. "Nayra... sekarang kamu sudah berkeluarga, mama rasa akan lebih baik kamu nggak tahu lebih banyak lagi.

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 67 : Bahagia Yang Tak Bertahan Lama

    Zizan menyambut Nayra dengan senyuman lebarnya yang secerah langit pagi itu."Halo, Bu Bos. Sehat? Udah tiga hari saya dianggurin.""Memang kerjaan kamu cuma ngintilin saya?" Nayra sedikit mencibir."Ya, kan memang saya dibayar buat ngintilin Bu Bos. Kalau Bu Bos nggak kemana-mana, saya jadi pengangguran."Nayra tersenyum tipis. "Ketahuan banget kalau jomblo."Zizan memberikan tatapan sinis dan berucap, "jomblo gini-gini juga banyak yang ngantri.""Terserah kamu aja."Zizan tersenyum simpul dan langsung membukakan pintu untuk Nayra."Langsung ngantor, kan, Bu Bos?""Iya.""Siappp!"Zizan bergegas membawa ke tempat tujuan. Terlihat suasana hati Nayra yang sangat baik hingga Zizan kerap ikut tersenyum kecil."Kayaknya Bu Bos lagi seneng banget, udah baikan sama Big Bos ya?"Nayra menatap penuh selidik. "Memangnya kapan saya sama suami saya berantem?""Big Bos kalau lagi marah itu jelas banget. Nggak usah banyak omong, dari matanya aja udah kelihatan kayak mau makan orang."Nayra mengang

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 66 : Kata Maaf Yang Dinanti

    Tiga hari berlalu, baik Nayra maupun Damian belum ada yang meninggalkan rumah. Dan selama tiga hari pula, tak ada pembicaraan di antara mereka. Damian hanya akan berbicara untuk menyuruh atau melarang Nayra, sedangkan Nayra tetap bertahan dengan hubungan dingin mereka tanpa ada niatan untuk menjelaskan situasi yang terjadi. Nayra berpikir Damian akan menegurnya dengan keras, tapi laki-laki itu justru diam dan bersikap dingin. Malam itu sebuah panggilan datang dari Nadine ketika Nayra tengah berada di kamar. "Halo, Ma." "Nayra, kamu sama suami kamu nggak ke kantor lagi?" Nayra terdiam sejenak, ia bahkan tak bisa memberitahu ibunya tentang situasinya saat ini. "Nggak, Ma. Aku ada di rumah." "Kalian... bertengkar?" Nadine terdengar berhati-hati. "Aku juga nggak tahu," gumam Nayra sembari sekilas menggaruk keningnya. "Maksud kamu apa, Nayra? Bicara yang jelas." Nayra bingung harus menyebut situasinya bagaimana, pada nyatanya tidak ada pertengkaran di antara mereka. "Uda

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 65 : Hukuman

    Pagi itu Nadine mengunjungi Sukma di penjara untuk kali pertama semenjak Sukma menjadi penghuni rutan."Mbak Nadine."Nadine bergeming, tetap duduk di tempat ia menunggu. Sempat merasa prihatin dan percaya jika Sukma tidak bersalah, kini pandangan Nadine berbeda setelah bertemu dengan Ibrahim."Saya datang ke sini hanya untuk menanyakan sesuatu pada kamu." Nadine membuka pembicaraan tanpa basa-basi."Mbak Nadine mau tanya soal apa?""Kemarin saya bertemu dengan Ibrahim."Sukma tampak kaget. "Ibrahim? Supir Mbak Nadine yang waktu itu?""Dia sudah bebas dan kamu tahu apa yang saya dengar dari orang itu?"Sukma terlihat was-was. "Dia bilang sesuatu ke Mbak Nadine?""Apa kamu terlibat dengan kecelakaan yang menimpa Mas Adi?"Sukma tertegun sesaat. "M-maksud Mbak Nadine apa?""Ibrahim mengatakan jika kamu yang menyuruh dia untuk mencelakai Mas Adi. Tolong kamu jangan berbohong.""Itu nggak masuk akal, Mbak. Mana mungkin aku mau mencelakai Mas Adi.""Itu cukup masuk akal. Bahkan suami kamu

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 64 : Dia Dengan Sikap Antagonisnya

    "Damian?"Nayra mematung saat menemukan Damian sudah berdiri di hadapannya. Tentu saja ia bingung, bagaimana Damian bisa tahu jika dia ada di sana. Dalam kebingungan Nayra, Damian mendekat. Menarik tangan Nayra sedikit kasar hingga dompet milik Haedar terjatuh dari tangannya. Tak ada suara, hanya tatapan tajam yang sangat dingin menghakimi Nayra.Terlalu terkejut sekaligus takut, Nayra hanya berdiam diri ketika Damian menarik tangannya. Ia bahkan tak bisa mengkhawatirkan Haedar ketika ia menemukan sisi bengis Damian yang tiba-tiba kembali.Hening, tak ada yang berbicara di sepanjang perjalanan. Sikap dingin Damian dan diamnya kini menjadi hal yang lebih menakutkan dibandingkan dengan ucapan kasar pria itu. Bahkan sesampainya di rumah, tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulut Damian.Genggam pada pergelangan tangan Nayra sedikit menyakitkan, seolah datang sebagai peringatan. Dan ketika Damian membawa Nayra ke kamar, kala itu dari lantai bawah Julian memperhatikan keduanya."Mere

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status