Home / Romansa / Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar / Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

Share

Bab 6 : Obsesi Sang Psikopat

Author: Backin_parade
last update Last Updated: 2025-02-04 20:20:13

Damian menghampiri Nayra dan langsung menarik tangan wanita itu.

"Sekali lagi, kamu yang datang ke tempat saya."

"Saya calon adik ipar kamu."

"Silakan kamu menikah dengan Julian, itu bukan urusan saya."

Ingin rasanya Nayra melakukan sesuatu pada wajah Damian yang arogan itu. Tapi kini tangannya justru gemetar karena ketakutan.

"Apa mau kamu sebenarnya? Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya."

"Saya? Saya hanya ingin mengambil milik saya."

"Saya bukan milik kamu!" tandas Nayra.

"Tapi tubuh kamu milik saya."

"Psikopat gila!"

Nayra menepis kasar tangan Damian. Tangan Damian kemudian merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang di hadapan Nayra. Nayra tak peduli, ia membuka pintu dengan kasar.

"Julian..."

Pergerakan Nayra terhenti, ia menoleh ke tempat Damian.

"Ini saya..."

Damian tersenyum tipis seolah tengah ingin mengejek Nayra.

"Saya hanya ingin bilang—"

Ucapan Damian terhenti ketika Nayra kembali menutup pintu dan mendekatinya. Damian kemudian mencondongkan tubuhnya, memposisikan wajahnya berhadapan langsung dengan wajah tertekan Nayra. Sekali lagi ia tersenyum, seolah tengah bermain teka-teki tentang apa yang ia inginkan.

Tangan Nayra yang gemetar terangkat, meraih tali yang mengikat bathrobe yang dikenakan oleh Damian. Ia tahu apa yang diinginkan oleh pria itu. Ia tahu ancaman itu tidak akan berakhir sampai di sana. Tapi Nayra tak ingin hancur seperti ini. Ia belum siap jika Julian harus tahu sekarang. Nayra menarik tali bathrobe itu hingga terbuka. Sebuah seringaian kemudian muncul di wajah Damian.

"Istri kamu..."

Nayra meraih wajah Damian, memejamkan matanya dan mencium bibir pria itu.

"Dia cantik."

Damian tersenyum, membuang ponselnya ke lantai dan menggunakan tangannya untuk menahan salah satu rahang Nayra. Ia mendorong tubuh Nayra hingga menempel pada pintu. Meraup bibirnya yang manis, memagutnya dengan rakus seolah-olah apa yang ada pada wanita itu adalah miliknya.

Ketika keduanya kembali bertemu pandang, Damian kembali tersenyum dan seolah berbicara dengan matanya hingga Nayra berjalan menuju ranjang. Damian memungut ponselnya, melihat sambungan telepon sudah berakhir. Ia menyusul Nayra sembari membuang bathrobe yang masih tersangkut di bahunya. Ponsel terlempar ke atas ranjang, Damian duduk di tepi ranjang dan menarik pinggang Nayra sehingga wanita itu duduk menyerong di atas pangkuannya.

"Mau bagaimana lagi. Kita sudah memulai, mustahil untuk diakhiri."

Damian menyingkirkan rambut yang menutupi leher Nayra. Ia kemudian menenggelamkan wajahnya pada leher Nayra. Menghirup aroma tubuh wanita itu yang terasa manis, menyapukan permukaan bibirnya pada kulit leher yang membuat Nayra bereaksi.

Tubuh Nayra tersentak ketika ia merasakan gigi Damian menyapa lehernya, menyematkan tanda kepemilikan di sana. Namun, ketika Damian lengah, Nayra meraih dasi pria itu yang tergeletak di tepi ranjang.

Damian kembali memandang Nayra dengan tatapan yang lebih lembut. "Hati saya sedang kacau, kamu harus menghibur saya."

Satu tangan Nayra menyentuh dada Damian, bergerak ke atas dengan lembut. Sedikit dorongan Nayra berikan hingga Damian dengan suka rela berbaring di ranjang. Tapi saat itulah Nayra tiba-tiba melilitkan dasi yang ia ambil pada leher Damian dan langsung mencekik pria itu. Nayra sengaja menduduki perut Damian untuk menghalangi pergerakan laki-laki itu.

"Kamu pikir saya perempuan murahan yang akan selalu melayani kamu setiap kamu butuh! Dasar psikopat gila!"

Nayra menarik dua ujung dasi itu ke arah berlawanan dengan kuat. Mulanya Damian melawan, tapi setelahnya ia justru tertawa meski lehernya sedang tercekik dan kesulitan untuk bernapas. Nayra berusaha tak peduli, justru menganggap itu sebagai kesempatan. Nayra terus mencekik Damian hingga Damian terbatuk karena kehabisan napas. Tapi tetap saja, meski seperti orang terkena asma, Damian tetap tertawa.

Nayra kemudian menghentikan aksinya, merasa heran dengan orang gila di hadapannya dan lilitan pada leher Damian otomatis melonggar. Pria itu memandang Nayra dengan sisa senyum tipis di wajahnya.

"Tidak jadi bunuh saya? Kalau saya tidak mati hari, kamu akan menyesal. Selagi ada kesempatan, silakan bunuh saya."

Tangan Nayra sedikit gemetar. Tak peduli seberapa besar keinginannya untuk menyingkirkan Damian, ia tidak berani untuk membunuh orang.

"Tolong biarkan saya pergi."

"Kalau kamu pergi seperti ini, saya akan menderita sendirian. Bunuh saya jika kamu mau."

Air mata tiba-tiba terjatuh dan membasahi dada Damian. Nayra tak menangis, hanya saja ia tengah putus asa dan ketakutan. Ia ingin membunuh pria itu tapi ia tak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Ia ingin pria gila berhenti menjadi gila.

"Aneh, kamu justru terlihat cantik saat menangis."

Tangan Nayra yang gemetar terangkat dan menampar wajah Damian, bukan hanya sekali tapi tiga kali dengan tamparan yang keras seolah ia tengah berusaha untuk menyadarkan pria gila itu.

"Kalau Julian tahu, kamu akan mati," ujar Nayra dengan putus asa.

"Bukan saya, tapi Julian yang akan mati. Kamu pikir saya belum pernah membunuh orang?" Sudut bibir Damian tersungging.

"Keturunan terakhir keluarga Sylvester bukan orang suci."

Damian langsung bangkit, hampir membuat Nayra terjatuh ke belakang jika saja Damian tidak segera meraih pinggang wanita itu. Damian menarik dasi di lehernya dan membanting Nayra ke samping menggunakan satu tangannya. Ia kemudian mengangkat kedua tangan Nayra di atas kepala lalu mengingatnya.

"Kamu tidak sadar, saya tinggal lama di luar negeri."

Keduanya sempat terdiam dan saling pandang hingga getar ponsel Damian mengalihkan perhatian pria itu. Damian meraih ponselnya, tapi kala itu Nayra beringsut ke samping, mengambil vas bunga. Dan saat Damian kembali menghadap ke arahnya, Nayra langsung menghantamkan vas bunga itu pada kepala Damian. Membuat ponsel di tangan Damian terjatuh.

Nayra tampak kaget ketika vas bunga di tangannya hancur setelah mengenai kepala Damian. Ia tidak memiliki niat untuk mencelakai Damian, ia hanya ingin memberikan rasa sakit agar perhatian pria itu teralihkan. Darah segar tiba-tiba mengalir ke bagian samping wajah Damian, darah yang lumayan banyak dan pada akhirnya membuat Nayra panik.

"D-Damian?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 7 : Menghampiri Kehancuran Yang Sama

    Damian menunduk dan memegangi kepalanya. Darah yang mengalir di sela tangannya kemudian menetes pada kasur. Nayra kemudian memberanikan diri untuk menyentuh bahu pria itu."D-Damian?""Kamu benar-benar berniat membunuh saya?"Nayra menggeleng. "S-saya antar kamu ke rumah sakit."Nayra bangkit, sedikit ketakutan. Ia meraih kunci mobil di atas nakas dan kemeja di tepi ranjang yang kemudian ia gunakan untuk menutupi punggung Damian. Tiba-tiba menjadi linglung, Nayra melewatkan kesempatan untuk melarikan diri.••••Nayra berjalan beberapa langkah di belakang Damian. Tak ada luka yang serius, Damian memutuskan untuk pulang setelah menerima sedikit perawatan untuk kepalanya.Sekali lagi pandangan Nayra tertuju pada kaki Damian yang cacat. Karena tak sempat membawakan tongkat Damian, kini pria itu terlihat kesulitan untuk berjalan. Terlepas dari perbuatan jahat Damian, Nayra masih bisa merasa iba dengan calon kakak iparnya tersebut. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Nayra kemudian mend

    Last Updated : 2025-02-04
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 8 : Jejak Yang Tertinggal

    Nayra membuka matanya ketika dering ponsel terdengar. Dengan intensitas cahaya yang memenuhi ruangan itu membuat mata Nayra refleks memicing. Dengan mata setengah terbuka ia mencari letak ponselnya hingga pendengarannya menangkap pergerakan dari suara itu. Membelakangi cahaya, Nayra membuka matanya lebar-lebar dan tertegun ketika ia menemukan seseorang berbaring tepat di sampingnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama ketika ia mengingat semua hal gila yang terjadi semalam.Nayra bangkit, menarik selimut hingga menutupi bagian dadanya karena baik dirinya dan Damian masih dalam keadaan yang sama dengan semalam. Nayra hendak mengambil ponselnya, tapi Damian justru menjauhkan tangannya."Itu punya saya," ujar Nayra dengan dingin.Tersenyum kecil, Damian lantas menyerahkan ponsel itu pada sang pemilik. Sementara wajah Nayra terlihat frustasi ketika ia menemukan nama Julian sebagai sang pemanggil di layar ponselnya."Jangan dijawab, dia mungkin sudah ada di depan rumah kamu," ujar Da

    Last Updated : 2025-02-07
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 9 : Berlindung Di Balik Kebohongan

    Nayra kembali ke Golden Sands Hotel, tepatnya di area parkir bawah tanah. Ia memarkirkan mobil Damian dan alih-alih mengantarkan kunci mobil ke kamar Damian, Nayra justru menaruh kunci tersebut di atas mobil dan pergi begitu saja, tak khawatir jika ada orang yang mencuri mobil mahal tersebut.Dari hotel, Nayra kembali ke rumah menggunakan taksi. Karena suasana hatinya terlalu buruk, Nayra tak menyadari jika ada mobil Julian di halaman. Tak bertemu dengan siapapun, Nayra langsung bergegas ke kamar. Tepat setelah membuka pintu, Nayra langsung melemparkan tasnya dengan kesal. Namun, ia dibuat kaget oleh keberadaan Julian di sana."Julian?"Sebelah alis Julian terangkat, sempat melihat tas yang baru saja terlempar di atas ranjang tepat di samping ia duduk. Ia kemudian berdiri dan Nayra segera menutup pintu lalu berjalan mendekat dengan gugup."K-kamu sejak kapan di sini? Udah lama?"Julian sejenak berdiam diri dan menambah kepanikan di wajah Nayra."Julian.""Kamu dari mana?" Julian balik

    Last Updated : 2025-02-12
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 10 : Alasan Kepulangannya

    Julian kembali setelah jam makan siang berakhir. Karena memiliki janji lain yang mendadak, ia membatalkan janji makan siangnya dengan Nayra.Saat kembali ke ruang kerjanya, Julian dibuat kaget dengan keadaan meja kerjanya yang berantakan. Julian menutup pintu dan jauh lebih terkejut saat melihat siapa orang yang berdiri di dekat jendela kaca besar di ruangannya."Damian?"Terlihat marah, Julian mendatangi Damian."Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan dengan ruangan saya?!"Damian menyahut dengan santai. "Anggap saja saya baru saja memberikan pelajaran pada seekor tikus kecil yang datang kemari."Julian menatap tak percaya dan berkacak pinggang. "Apa mau kamu? Tujuan kamu datang ke sini itu apa?"Damian tersenyum miring. "Dulu saat saya pergi, kamu masih setinggi ini." Damian mengangkat satu tangannya setinggi pinggang."Dulu saya berpikir, akan jadi seperti apa anak nakal ini jika sudah dewasa. Dan seperti inilah didikan dari wanita itu."Julian merasa terhina. "Keluar kamu dari ruan

    Last Updated : 2025-02-13
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 11 : Berakhir Dalam Semalam

    Julian buru-buru memasuki rumah Nayra. Sepulang dari kantor ia langsung bergegas ke sana."Ma," tegur Julian pada ibu Nayra."Julian, kamu datang?""Nayra gimana, Ma?"Ibu Nayra menggeleng. "Dia masih belum mau keluar dari kamar, dia juga nggak mau makan dari pagi.""Ya udah, aku coba lihat Nayra dulu."Julian bergegas ke kamar Nayra. Beberapa hari terakhir Nayra bersikap aneh dan Julian menyadari perubahan itu. Bahkan beberapa hari terakhir mereka jarang berkomunikasi. Nayra juga lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Julian membuka pintu, menemukan Nayra duduk tertelungkup di atas ranjang."Sayang."Julian langsung menghampiri Nayra. Duduk di tepi ranjang, Julian langsung memegang kedua kedua pundak Nayra."Kamu nggak sakit, kan? Nggak apa-apa, kan? Aku denger dari mama katanya kamu nggak mau keluar kamar. Kamu ada masalah apa?"Dengan wajah yang terlihat sedikit pucat, Nayra terdiam memandang Julian. Sorot matanya tak lagi menunjukkan minat. Kepercayaan dirinya sudah hilang, i

    Last Updated : 2025-02-14
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 12 : Pengkhianatan Yang Tersembunyi

    "Saya adalah orang yang menghamili wanita ini!"Ucapan Damian menjadi babak terakhir dari kejutan di malam resepsi pernikahan pengantin baru itu sekaligus kehancuran bagi Nayra yang sebenarnya."Damian, apa maksud kamu?" tegur Suganda, menyampaikan pertanyaan semua orang.Damian sejenak memandang Nayra lalu berbicara. "Jika wanita ini memang hamil, maka bayi yang berada di perutnya sudah pasti anak saya.""Bajingan," gumam Veronica tak percaya. "Bagaimana kalian bisa—"Veronica tak bisa melanjutkan, semua orang pasti terkejut. Kapan tepatnya mereka bertemu dan semua ini terjadi.Tawa kecil Julian kemudian menarik seluruh perhatian. Tampak sangat jelas di wajahnya bahwa dia adalah orang yang tersakiti di tempat itu."Dia..." Julian berbicara pada Nayra sembari menunjuk Damian."Bajingan ini yang menghamili kamu? Orang pincang ini... orang cacat ini!" Suara Julian meninggi, menunjukkan seberapa besar kemarahannya saat ini.Ibu Nayra sempat memegangi kepalanya. Tak lagi mampu mendengarka

    Last Updated : 2025-02-15
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 13 : Hanya Dua Ilihan

    Damian keluar dari kamar mandi, menemukan Nayra yang masih duduk di lantai, tepatnya di dekat ranjang. Sejak tiba di sana, seperti itulah posisi Nayra. Tangisnya sudah berhenti sejak Damian membawanya, tapi kini hanya ada penyesalan dalam sorot matanya yang sayu.Seseorang mengetuk pintu, Damian bergegas menuju pintu dan sempat berbicara dengan seseorang sebelum menutup pintu kembali dengan membawa kotak kecil di tangannya. Damian mendekati Nayra dan melemparkan kotak yang ia bawa ke lantai tepat di hadapan Nayra. Menunjukkan perhatiannya yang setengah hati dengan memberikan kotak obat agar Nayra mengobati luka goresan di wajah serta sudut bibirnya. Akan tetapi, Nayra tetap bergeming.Sempat berdiam diri, Damian menarik kursi ke hadapan Nayra dan duduk di sana. Mungkin karena kondisi kakinya ia tak ingin duduk di lantai atau mungkin harga dirinya yang terlalu tinggi untuk mengerti situasi.Damian kemudian meraih kotak obat itu dan menarik dagu Nayra agar wanita itu mengangkat wajah.

    Last Updated : 2025-02-17
  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 14 : Pelarian Yang Gagal

    "Berikan saya uang dan kamu tidak perlu bertanggungjawab atas apapun yang terjadi pada saya," ujar Nayra dengan tegas ketika keduanya berdiri berhadapan di dalam kamar hotel.Seulas senyum tipis tersungging di bibir Damian. "Sepertinya kamu belum paham.Satu tangan Damian yang terbebas terangkat menyentuh perut Nayra. Refleks Nayra melangkah mundur. Namun, kakinya menabrak ranjang hingga ia jatuh terduduk di atas ranjang.Damian mendekat, satu kakinya terangkat ke ranjang hingga Nayra refleks mencondongkan tubuhnya ke belakang dengan kedua tangan yang bertumpu pada ranjang.Pandangan Damian turun ke perut Nayra, ia kembali memegang perut wanita itu tanpa ada perlawanan dan barulah ia kembali memandang Nayra."Apa yang hidup di sini, adalah milik saya."Nayra mengambil napas dalam. Ia selalu merasa kesulitan untuk bernapas setiap kali Damian mengintimidasinya seperti ini.Tangan Damian kemudian beralih memegang dagu Nayra, laki-laki itu kembali memberikan peringatan."Akan lebih baik j

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 70 : Jebakan Sang Mantan

    Haedar memasuki ruangan Damian setelah sebelumnya mendapatkan perintah untuk datang ke kantor. Satu hal yang ada dalam pikiran Haedar saat ini, dia mungkin akan dipukuli lagi dan masuk rumah sakit lagi. Akan tetapi keberadaan Nayra di sana cukup mengejutkan bagi Haedar. "Dia mau lihat gue mati digebukin suaminya?" ujar Haedar dalam hati, ia tersenyum tak percaya. Berpikir jika Nayra mengadu dan Damian akan membantainya hari ini. "Kamu ingin duduk atau berdiri, lakukan sesuka kamu," tegur Damian yang duduk dengan angkuh di samping Nayra. "Ada perlu apa?" sahut Haedar, terlihat tak acuh. Karena Haedar tak ingin duduk, Nayra lantas berdiri dan berbicara. "Saya yang memiliki keperluan dengan kamu." Sebelah alis Haedar terangkat. "Kamu mau apa lagi?" gumamnya dalam hati. "Saya ingin minta maaf," ujar Nayra. Haedar tertegun, terpaku memandang Nayra. Merasa telinganya tak berfungsi dengan baik. "Sikap saya kemarin sangat keterlaluan, saya minta maaf." Haedar menjatuhkan pandanganny

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 69 : Bersekutu

    Nayra memasuki ruang kerja Damian saat pria itu tengah berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon."Saya mengerti." Kalimat terakhir yang bisa didengar oleh Nayra sebelum Damian mengakhiri pembicaraan.Nayra mendekat, menarik atensi Damian."Perlu bicara sesuatu?" tegur Damian.Nayra mengangguk, tampak ragu."Kamu bisa bicara sekarang.""Kamu udah tahu soal Haedar Ibrahim." Nayra memberikan jeda yang cukup panjang guna menekan perasaan gugupnya."Tapi kamu justru nggak pernah mengatakan apapun tentang orang itu," lanjut Nayra."Saya mendengar itu dari mama."Nayra mengangguk. "Tadi... saya menemui Haedar."Damian tak kaget, ia bisa menduga setelah mendapatkan kabar dari sang ibu mertua bahwa Nayra sudah tahu masa lalu si Agen 1."Lalu?""Semua kenangan saya, semua ingatan saya tentang orang itu nggak tersisa sedikitpun. Tapi ucapan saya tadi seperti agak kasar. Kalau kamu kasih izin, saya ingin menemui Haedar sekali lagi."Damian mendekat, berdiri tepat di hadapan Nayra. "Se

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 68

    Nadine kembali ke ruangannya setelah melakukan aktivitas di luar kantor. Tapi saat ia kembali, sudah ada Nayra yang menunggunya."Nayra, kamu di sini?"Nayra bergeming, wajahnya terlihat tak ramah."Kamu ada perlu sama mama?""Mama duduk dulu," sahut Nayra, terdengar dingin.Nadine lantas duduk berhadapan dengan putrinya. Hanya melihat wajah Nayra, Nadine merasa bahwa ada masalah yang cukup serius."Kamu mau bicara apa?""Haedar Ibrahim, jelasin semuanya ke aku, Ma."Nadine langsung memalingkan wajah, terlihat tak nyaman untuk melanjutkan pembicaraan."Aku udah ketemu dengan orang itu, dia mengaku sebagai anak dari orang yang udah bunuh papa. Tapi aku nggak punya ingatan apapun tentang orang itu. Karena sekarang aku udah tahu, nggak ada yang perlu mama tutupi dari aku. Aku minta ke Mama, tolong jujur. Aku berhak tahu."Nadine mengambil napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. "Nayra... sekarang kamu sudah berkeluarga, mama rasa akan lebih baik kamu nggak tahu lebih banyak lagi.

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 67 : Bahagia Yang Tak Bertahan Lama

    Zizan menyambut Nayra dengan senyuman lebarnya yang secerah langit pagi itu."Halo, Bu Bos. Sehat? Udah tiga hari saya dianggurin.""Memang kerjaan kamu cuma ngintilin saya?" Nayra sedikit mencibir."Ya, kan memang saya dibayar buat ngintilin Bu Bos. Kalau Bu Bos nggak kemana-mana, saya jadi pengangguran."Nayra tersenyum tipis. "Ketahuan banget kalau jomblo."Zizan memberikan tatapan sinis dan berucap, "jomblo gini-gini juga banyak yang ngantri.""Terserah kamu aja."Zizan tersenyum simpul dan langsung membukakan pintu untuk Nayra."Langsung ngantor, kan, Bu Bos?""Iya.""Siappp!"Zizan bergegas membawa ke tempat tujuan. Terlihat suasana hati Nayra yang sangat baik hingga Zizan kerap ikut tersenyum kecil."Kayaknya Bu Bos lagi seneng banget, udah baikan sama Big Bos ya?"Nayra menatap penuh selidik. "Memangnya kapan saya sama suami saya berantem?""Big Bos kalau lagi marah itu jelas banget. Nggak usah banyak omong, dari matanya aja udah kelihatan kayak mau makan orang."Nayra mengang

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 66 : Kata Maaf Yang Dinanti

    Tiga hari berlalu, baik Nayra maupun Damian belum ada yang meninggalkan rumah. Dan selama tiga hari pula, tak ada pembicaraan di antara mereka. Damian hanya akan berbicara untuk menyuruh atau melarang Nayra, sedangkan Nayra tetap bertahan dengan hubungan dingin mereka tanpa ada niatan untuk menjelaskan situasi yang terjadi. Nayra berpikir Damian akan menegurnya dengan keras, tapi laki-laki itu justru diam dan bersikap dingin. Malam itu sebuah panggilan datang dari Nadine ketika Nayra tengah berada di kamar. "Halo, Ma." "Nayra, kamu sama suami kamu nggak ke kantor lagi?" Nayra terdiam sejenak, ia bahkan tak bisa memberitahu ibunya tentang situasinya saat ini. "Nggak, Ma. Aku ada di rumah." "Kalian... bertengkar?" Nadine terdengar berhati-hati. "Aku juga nggak tahu," gumam Nayra sembari sekilas menggaruk keningnya. "Maksud kamu apa, Nayra? Bicara yang jelas." Nayra bingung harus menyebut situasinya bagaimana, pada nyatanya tidak ada pertengkaran di antara mereka. "Uda

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 65 : Hukuman

    Pagi itu Nadine mengunjungi Sukma di penjara untuk kali pertama semenjak Sukma menjadi penghuni rutan."Mbak Nadine."Nadine bergeming, tetap duduk di tempat ia menunggu. Sempat merasa prihatin dan percaya jika Sukma tidak bersalah, kini pandangan Nadine berbeda setelah bertemu dengan Ibrahim."Saya datang ke sini hanya untuk menanyakan sesuatu pada kamu." Nadine membuka pembicaraan tanpa basa-basi."Mbak Nadine mau tanya soal apa?""Kemarin saya bertemu dengan Ibrahim."Sukma tampak kaget. "Ibrahim? Supir Mbak Nadine yang waktu itu?""Dia sudah bebas dan kamu tahu apa yang saya dengar dari orang itu?"Sukma terlihat was-was. "Dia bilang sesuatu ke Mbak Nadine?""Apa kamu terlibat dengan kecelakaan yang menimpa Mas Adi?"Sukma tertegun sesaat. "M-maksud Mbak Nadine apa?""Ibrahim mengatakan jika kamu yang menyuruh dia untuk mencelakai Mas Adi. Tolong kamu jangan berbohong.""Itu nggak masuk akal, Mbak. Mana mungkin aku mau mencelakai Mas Adi.""Itu cukup masuk akal. Bahkan suami kamu

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 64 : Dia Dengan Sikap Antagonisnya

    "Damian?"Nayra mematung saat menemukan Damian sudah berdiri di hadapannya. Tentu saja ia bingung, bagaimana Damian bisa tahu jika dia ada di sana. Dalam kebingungan Nayra, Damian mendekat. Menarik tangan Nayra sedikit kasar hingga dompet milik Haedar terjatuh dari tangannya. Tak ada suara, hanya tatapan tajam yang sangat dingin menghakimi Nayra.Terlalu terkejut sekaligus takut, Nayra hanya berdiam diri ketika Damian menarik tangannya. Ia bahkan tak bisa mengkhawatirkan Haedar ketika ia menemukan sisi bengis Damian yang tiba-tiba kembali.Hening, tak ada yang berbicara di sepanjang perjalanan. Sikap dingin Damian dan diamnya kini menjadi hal yang lebih menakutkan dibandingkan dengan ucapan kasar pria itu. Bahkan sesampainya di rumah, tak ada satu kalimat pun yang keluar dari mulut Damian.Genggam pada pergelangan tangan Nayra sedikit menyakitkan, seolah datang sebagai peringatan. Dan ketika Damian membawa Nayra ke kamar, kala itu dari lantai bawah Julian memperhatikan keduanya."Mere

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 63 : Sifat Asli Yang Terlupakan

    "Mau apa kamu datang kemari?!" Nadine langsung menghardik, ia baru ingat jika bulan ini hukuman Ibrahim berakhir."Saya datang ke sini karena ada hal yang harus kita bicarakan, Bu Nadine," ujar Ibrahim tanpa rasa malu."Tidak ada hal yang perlu saya bicarakan dengan kamu! Setelah apa yang kamu lakukan pada suami dan anak saya, kamu masih berani datang ke sini!"Ibrahim tersenyum tipis. "Saya minta maaf atas semua yang saya lakukan, Bu Nadine. Tapi Bu Nadine juga harus tahu cerita sebenarnya di balik kejadian itu.""Jika kamu ingin mengaku, seharusnya kamu lakukan dulu di pengadilan. Kamu hanya ingin mencari pembelaan yang terlambat, Ibrahim. Keluarga saya baik ke kamu, bahkan saya juga merestui hubungan Nayra dengan anak kamu. Tapi tega-teganya kamu melakukan hal sekeji itu. Apa alasan kamu? Bukan hanya menghancurkan keluarga saya, kamu juga sampai hati menghancurkan hidup anak kamu sendiri.""Saya mengakuinya, Bu Nadine. Itu adalah tindakan bodoh yang pernah saya lakukan. Tapi saya m

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 62 : Kunjungan Petaka

    Damian turun ke bawah untuk mengambil sesuatu di mobilnya. Namun, kala itu ia tidak sengaja melihat Zizan."Nayra ada di sini?" gumam Damian yang lantas menghampiri Zizan yang kala itu tengah mengobrol dengan resepsionis."Wih, Big Bos." Zizan langsung menegur begitu melihat kedatangan Damian."Pagi menjelang siang, Big Bos.""Di mana istri saya?"Zizan menatap heran. "Loh? Kok tanya ke saya?""Maksud kamu?""Saya ke sini disuruh sama Bu Bos. Tadi Bu Bos telepon nggak usah dijemput, katanya ketemu di kantornya Big Bos aja. Saya kirain Bu Bos udah di sini."Mendengar penuturan Zizan, Damian pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Nayra. Tapi setelah beberapa saat, panggilan Damian tak mendapatkan respon."Kamu ambilkan berkas di mobil saya," ujar Damian pada Zizan."Siap, Big Bos." Pemuda itu langsung melenggang pergi.Damian kemudian menghubungi rumah dan pekerja harian yang ada di sana menjawab panggilan Damian."Bu, ini saya. Istri saya ada di rumah?""Nyonya udah pergi, Tuan. Ta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status