Audy beringsut ketakutan, tamparan Damian sangat menyakitkan.“Arghhh…. S-sakit, Mas!” teriak Audy saat Damian menjambak rambutnya dengan kuat.Damian menyeringai, panas di tubuhnya bercampur emosi. Wanita di hadapannya ini tidak akan termaafkan, untung saja ia sadar jika tidak mungkin ia akan menyesali dirinya sendiri.“Wanita jalang! Sudah saya bilang, saya tidak pernah tertarik dengan tubuhmu yang menjijikkan itu, Audy! Sekali pun kamu menggoda saya dengan telanjang di hadapan saya!” hardik Damian dengan tajam.Audy menatap Damian dengan penuh kekecewaan. Bagaimana bisa Damian tidak tertarik kepadanya? Dirinya adalah istri yang sah di mata hukum dan agama. Tapi kenapa Damian lebih tertarik dengan wanita di luar sana?“Aku bukan wanita jalang, Mas! Aku hanya ingin hakku sebagai istrimu hiks…. Kenapa kamu tidak pernah mau menyentuhku? Lima tahun kita menikah kita belum pernah bercinta! Aku juga ingin disentuh, Mas! Kenapa kamu malah memilih wanita jalang di luar sana? Apa dia lebih m
“Akhirnya dia tertidur juga,” gumam Damian lega.Sejak tadi Renald bahkan tidak mau tidur, anak itu terus memeluk dirinya dengan erat. Ingin menolak tetapi Damian merasa kasihan, walaupun hatinya sangat kesal.Damian perlahan memindahkan tangan Renald yang memeluk dirinya. Ia ingin segera kembali ke rumahnya, di mana ada Jessica dan Aland di sana.Pukul sudah menunjukkan jam 10 malam, pria dingin itu gelisah takut Jessica dan Aland ternyata sudah pulang.“Sialan! Aku harus tertahan di sini karena bocah yang bukan anakku,” gumam Damian kesal.“Tunggu aku, Baby. Sebentar lagi aku datang.”Damian keluar dari kamar Renald.Suara gemuruh terdengar, dari balik jendela Damian melihat kilat menyambar dan hujan turun dengan deras, tetapi itu bukan halangan untuk dirinya menemui sang pujaan hati penghangat ranjangnya.Udara yang dingin akan berganti hangat jika ia sudah berbagi peluh bersama dengan Jessica.Langkahnya tegas menuruni anak tangga hingga Damian terdiam saat pelayan di rumah ini me
Suara deru mesin mobil terdengar. Audy berlari cepat menuju pintu. Matanya sembab, hidungnya memerah, terlihat sekali ia baru saja menangis.Di depannya ada Damian yang menatap datar ke arah dirinya. Langkah tegas pria itu mendekati Audy, terlihat sekali ia enggan untuk pulang.“Akhirnya kamu pulang juga, Mas.”Lega sekali hati Audy melihat kedatangan suaminya, walaupun pria itu terkesan acuh tak acuh kepadanya.“Badan Renald panas, anak kita mencari kamu sejak semalam,” adu Audy dengan lirih agar Damian bisa bersimpati sedikit saja terhadap Renald dan dirinya.Lima tahun menikah, ia sama sekali belum mengenal suaminya seperti apa. Damian selalu membatasi dirinya, ia lelah tetapi Audy tidak ingin kehilangan Damian begitu saja.Audy mencintai Damian, ia tidak ingin wanita di luar sana merebut suaminya. Sebenarnya ia frustasi, karena Damian sama sekali tidak tertarik kepadanya. Ia harus apa supaya Damian mau menyentuhnya?“Kenapa kamu tidak membawa Renald ke rumah sakit? Mama macam ap
Audy mengancam Damian dengan suara gemetar menahan tangis, ia sudah sering mendengar suaminya bersama wanita lain tetapi kali ini entah kenapa hatinya begitu sakit. Kenapa Damian tidak pernah mau menyentuhnya dan malah memilih jalang di luar sana?Kenapa pria itu begitu tega dengan dirinya?“Sial!” umpat Damian dengan kesal.Damian melempar ponselnya begitu saja saat sambungan telepon sudah dimatikan oleh Audy di seberang sana.Ancaman Audy tidak bisa ia abaikan begitu saja karena wanita itu begitu nekad. Ia tidak ingin Audy mengetahui Jessica lah wanita yang sudah bersamanya.“Pergilah!”“Sebentar lagi, Baby! Aku tidak mungkin meninggalkanmu begitu saja!”Jessica menyeringai. Sudah dapat dipastikan ia menang daripada Audy.“Audy, lihatlah suamimu lebih mementingkan aku daripada kamu. Aku jadi tidak sabar mengetahui reaksi kamu jika aku dan Mas Damian memiliki hubungan khusus bahkan kami sudah sering bercinta,” gumam Jessica di dalam hati dengan liciknya.Damian kembali menuntaskan g
“Aku apa, Mas?” tanya Jessica dengan tak sabaran.Wajah Damian yang semula tegang, kini tersenyum tipis. Dan bahkan mengecup bibir Jessica dengan sekilas.“Kami memang saling mengenal, Baby. Papamu pengusaha dan aku juga. Tentu saja kami sering terlibat dalam urusan bisnis,” ucap Damian pada akhirnya—ia belum bisa mengaku sekarang karena akan membuat hubungannya dan Jessica runyam.Wajah Jessica yang tadinya dingin dan menatap tajam ke arah Damian kini berubah. Apa yang dikatakan Damian benar, mereka sama-sama pebisnis, mana mungkin tidak mengenal satu sama lain bahkan Damian juga turut hadir di pesta pertunangannya dengan Aaron.“Benar juga. Tapi aku masih penasaran siapa Damian yang merubah sikap Papa menjadi dingin itu,” gumam Jessica menghembuskan napasnya pelan.Damian menaikkan Jessica ke dalam pangkuannya, tubuh wanita itu yang mungil begitu mudah ia angkat.“Tidak usah kamu pikirkan itu, Baby. Mending kita bermain sebentar.”Damian menatap Jessica dengan dalam, ia membawa Jess
Aryana masuk ke dalam anaknya dengan langkah perlahan, ia mendengar suara isakan yang begitu menyayat hatinya.“Sayang,” panggil Aryana dengan lembut.Ia duduk di pinggir kasur dengan mengelus rambut Jessica dengan lembut. Saat ini Jessica sedang membelakangi dirinya, tubuh anaknya yang bergetar karena tangisan mampu mengoyak hati Aryana.Ia dan suaminya terlalu memaksa hingga Jessica terluka, seharusnya tidak seperti ini. Aryana tahu pasti ada luka batin yang tidak ia ketahui betapa dalam luka itu, tetapi sebagai seorang ibu ia dapat merasakannya.“Hiks… hiks…. A-aku mau sendiri, Ma. Jangan paksa aku sekarang untuk menceritakan semuanya. Aku sakit mengingatnya apalagi dalam waktu itu juga aku kehilangan kedua orang tua yang mengasuhku sejak kecil,” gumam Jessica dengan tergugu.Hati Aryana berdenyut sakit, usahanya untuk masuk ke dalam hati sang anak ternyata belum sepenuhnya bisa. Sebab, Jessica terlihat lebih menyayangi orang tua angkatnya dibandingkan dirinya.Air mata Aryana men