Arum Hadibrata tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Demi menyelamatkan ayahnya dari jeratan utang, ia menerima tawaran pernikahan dari Saka Valenbrand, Presiden Direktur Savera Holdings, pria dingin yang nyaris tak tersentuh oleh siapapun. Bagi Saka, pernikahan ini bukan soal cinta. Ini murni strategi. Arum hanyalah bagian kecil dari rencana besarnya. Namun semua menjadi rumit ketika Arum dengan segala kesederhanaan, ketulusan, dan kepolosannya perlahan merobek dinding yang sudah lama ia bangun. Di tengah panasnya dunia bisnis, ancaman kompetitor dan konflik internal, Saka dihadapkan pada satu kenyataan, bahwa perempuan yang selama ini ia pandang sebelah mata justru menjadi satu-satunya alasan mengapa ia mulai melihat rumah sebagai tempat untuk pulang. Namun, ketika masa lalu yang kelam, pengkhianatan, dan rahasia mulai terungkap, mampukah keduanya bertahan? Ataukah pernikahan ini hanya akan menjadi bagian dari strategi… yang akhirnya menjadi senjata makan tuan?
View MoreSuara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja.
"Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Arum yang sudah berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Bawa ini, makan di sana" Ucap Sekala seraya memberikan sebuah roti dengan selai coklat kesukaan Arum di tangan gadis itu. Arum terdiam sebentar menatap mata coklat Sekala yang menatapnya dengan hangat, lalu tersenyum manis membalas tatapan hangat itu. "Makasih, Kala" Balas Arum sebelum melangkah meninggalkan kelas, serta Sekala di dalamnya. Arum berlari kecil menuruni anak tangga menuju ruang 2.9, tempat rapat besar dilaksanakan. Setibanya di depan ruangan, ia memutar kenop pintu dan menyapa teman-teman sekaligus para junior yang sudah lebih dulu sampai. Setelah duduk, ia kembali melirik jam tangannya dan tersenyum karena waktu istirahat baginya masih tersisa 5 menit. Tak menunggu lama, Arum membuka bungkus roti pemberian Sekala dan memakannya. Hampir tiga jam berlalu sejak rapat dimulai, kini Arum bisa menghirup napas dengan lega karena semua divisi telah menyampaikan progres mereka dan semua berjalan dengan lancar. Setelah menyampaikan beberapa pesan untuk para panitianya, dan memastikan lcd serta proyektor sudah dirapikan dengan baik, satu per satu keluar meninggalkan ruangan. Setelah kakinya melangkah keluar dari ruangan, Arum menoleh ke arah kiri setelah ujung matanya menangkap sosok seseorang. Di sana berdiri Sekala yang sedang menatapnya dengan tatapan hangat dan tersenyum. Entah mengapa setiap kali Sekala menatapnya dengan tatapan seperti itu, ia merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, rasanya sungguh membahagiakan. "Capek?" Arum menggeleng pelan untuk menjawab pertanyaan Sekala. Lelaki itu tersenyum, tangannya bergerak meraih jemari Arum dan menggandengnya. "Ayo pulang? Aku anter sampai rumah" Ajak Sekala yang dengan segera mendapat persetujuan Arum dengan anggukan kepala dari gadis itu. Sesampainya di parkiran, Sekala mengambil helm yang sudah ia siapkan lalu memakaikannya pada Arum. Setelah Arum menaiki motor, Sekala meraih tangan Arum dan meletakkannya ke dalam saku jaketnya, menjaga agar tangan gadis itu tetap hangat. Merasa yakin gadis di belakangnya sudah merasa aman dan nyaman, Sekala melajukan motornya menuju kediaman Arum. Selama perjalanan, Arum tersenyum seraya menatapi gedung serta pemandangan yang mereka lewati. Angin sore yang menyibak rambutnya membuat mood perempuan itu sedikit membaik, rasanya energinya kembali sedikit demi sedikit. Namun senyum yang terukir di wajahnya itu perlahan memudar ketika sesuatu mulai mengganggu pikirannya. Pikiran mengenai hubungannya dengan Sekala yang menggantung entah apa artinya dan akan dibawa kemana. Sebab, hubungan mereka yang begitu dekat saat ini tidak terjadi karena mereka adalah sepasang remaja yang tengah merajut kasih atau semacamnya. Siapa yang tidak berdebar jika terus-menerus mendapat perhatian serta perlakuan spesial dari seseorang seperti Sekala, begitu batin Arum. Laki-laki yang menjadi incaran banyak gadis di kampus itu memang dikenal sebagai laki-laki yang ramah, namun perlakuannya pada Arum jelas berbeda dengan gadis-gadis lainnya. Terkadang terlintas di pikiran Arum untuk menanyakan terkait maksud perlakuan Sekala padanya, namun ia takut jika ia hanya menyimpan rasa seorang diri, ia pun mengurungkan niat itu. Perlahan motor berhenti di kediaman Arum. Tak membiarkan gadis itu melepaskan helm dengan tangannya sendiri, tangan Sekala bergerak untuk melepaskan helm yang masih terpasang di kepala Arum. Lagi-lagi pikiran mengenai kejelasan hubungannya dengan Sekala kembali terlintas di kepalanya. Tanpa kejelasan itu, Sekala bisa kapan saja meninggalkannya dan berpacaran dengan wanita lain, atau bisa saja selama ini Sekala hanya menganggapnya sebagai adik perempuan karena lelaki itu tak memiliki saudara perempuan. Di tengah lamunannya, ia tersadar ketika tangan Sekala melambai di depan wajahnya. "Rum? Kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Sekala memastikan, ada kekhawatiran yang terlihat dari raut wajah lelaki itu. Arum menggeleng pelan lalu tersenyum pada Sekala. "Aku ga papa kok" Diam sebentar, Arum kembali membuka pembicaraan. "Kala" Panggilnya sedikit ragu. Sekala menyauti dengan dehaman. "Kita ini... Apa?"Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar
Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar
Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar
Suara ricuh seketika memenuhi ruang kelas ketika jam kuliah berakhir, diikuti dosen yang meninggalkan ruangan. Masing-masing sibuk merapikan barang mereka untuk kemudian meninggalkan lingkungan kampus. Sama halnya dengan seorang gadis berusia 20 tahun yang duduk di kursi depan, sembari sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dengan terburu-buru ia memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas, yang tanpa disengaja membuat salah satu pulpennya terjatuh ke lantai. Belum sempat tangannya meraih pulpen hitam yang tergeletak di lantai, sebuah tangan yang lebih besar darinya meraih pulpen itu dan meletakkannya di atas meja. "Buru-buru banget, santai aja dulu" Ucap Sekala, laki-laki berwajah teduh dengan mata coklat dan rambut comma hairnya. "Ga bisa, Kal! Rapatnya jam 3 dan sekarang udah jam 14.50... Aku duluan ya" Pamit Arum yang sudah selesai merapikan barang-barangnya. "Bentar..." Panggil Sekala dengan suara lembut, tangannya meraih pergelangan tangan Ar
Budi melangkah masuk ke kantor SkyLine Group dengan langkah lunglai, merasa bingung dan putus asa dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Belum selesai soal data kantor yang tiba-tiba rusak, ditambah harus kalah tender dengan menantunya sendiri, Saka Rama Sadewa. Untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas panjang sebagai efek dari isi kepalanya yang berkecamuk. Begitu kaki kanan dan kirinya melangkah memasuki area lobi, entah mengapa suasana terasa berbeda baginya. Ada sesuatu yang terasa aneh. Beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah malah terlihat berbisik-bisik sesaat setelah matanya bertemu dengan mereka. Budi merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mencoba untuk menahan diri, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan. Namun, semakin ia melangkah menuju ruang kerjanya, semakin terasa ada yang ganjil. Beberapa karyawan bahkan meliriknya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Mereka berbicara satu sama lain, lalu segera diam ke
Malam itu, suasana di rumah terasa sangat sunyi, hanya terdengar suara angin yang sesekali menerpa jendela. Saka terbangun dengan keringat dingin membasahi dahinya. Matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah karena baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang sama dan terus terulang, mengenang masa lalu yang kelam dan tak pernah bisa ia lupakan. Dengan tubuh yang masih terjaga dari kegelisahan, Saka menatap kosong ke sekeliling kamar. Sepi dan sangat sunyi rasanya. Ia menoleh ke samping, memeriksa apakah masih ada air di gelas minumnya, namun gelas itu kering tak berisi apapun. Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju pintu kamar. Ketika pintu terbuka, pandangannya langsung menyapu seisi rumah yang gelap. Ia berjalan perlahan menuruni anak tangga, menuju dapur dan meneguk segelas air putih, menghilangkan dahaga yang sedari tadi mengganggunya. Ketika sedang berjalan hendak kembali ke kamar, matanya tertuju pada ruang keluarga, tempat di mana Arum biasanya tidur.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments