Share

Papi...

Setelah mencoba-coba berbagai baju pengantin, Maya sedikit terpikat pada satu baju yang menurutnya cocok untuknya Reno pun tak ambil pusing ia membeli baju itu untuk besok dan beli dua baju pengantin lagi untuk cadangan, firasat Reno mengatakan bahwa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia berharap semoga saja itu tidak terjadi.

Selepas membeli baju pengantin mereka menuju restaurant terdekat tak terasa mereka menghabiskan hampir empat jam hanya untuk memilih baju, mengukur dan membooking, memang benar baju mewah memerlukan waktu yang lama pula mengurusnya.

"maaf jika aku lama dan membuatmu terlambat bekerja, kau boleh pergi aku bisa pulang sendiri.jangan khawatir"Maya mencoba membujuk Reno untuk kembali bekerja, meski ini hari libur, Reno sebagai CEO memang jarang libur bahkan dikantornya ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam berbisnis mungkin sedetik saja Reno tinggal maka mereka akan kewalahan, mungkin.

"jangan mengkhawatirkan saya, libur juga karna kemauan saya sendiri"Maya yang mendengar itu hanya menganguk-angguk paham bingung juga bagaimana meresponya, dua puluh menit berlalu hanya diam sambil menunggu makanan yang mereka pesan datang, dibalik keheningan yang menyelimuti seseorang datang dengan tatapan angkuhnya dengan berani ia duduk dipangkuan Reno, baik Reno maupun Maya mereka sama-sama terkejut akan kelakuan gadis tersebut.

"Papi, inikah calon mu?"gadis itu menunjuk Maya dengan tatapan sok sedih alias bersandiwara, dari gelagatnya ia seperti menggoda Reno namun Reno sama sekali tak mengubris ia malah terlihat marah pada gadis tersebut, urat-uratnya mulai keluar, rahangnya terlihat mengeras.

'tunggu?, Papi?, Apakah Reno punya anak?, dilihat dari wajah dan bentuk tubuh gadis ini sepertinya masih sma, apakah Reno adalah seorang duda?tapi mengapa gadis itu menggodanya?'berbagai ansumsi telah menghantui pikiran Maya i bahkan menerk nerka keburukan yang akan terjadi namun tak mampunia luapkan dalam kata-kata ia menyimpan rapat-rapat omonganya dihati.

"pergi sebelum kau terluka"Reno bersuara pelan, dingin, dan menusuk ditelinga gadis tersebut namun gadis itu sama sekali tak ketakutan, Maya saja yang melihatnya sudah gentar ia hanya bisa berdoa semoga gadis itu cepat pergi dan  tak menggangu mereka lagi, yang paling penting ia berharap tidak ada pukulan atau semacamnya yang bisa ia lihat secara langsung yang mungkin akan berlangsung sebentar lagi.

"papi... ,papi sangat kasar akhir-akhir ini?, mengapa papi?, katakan saja padaku, apakah karna calon mu tidak menarik sepertiku?maka kau suka marah-marah?"gadis itu lancang menyentuh wajah Reno menunutut Reno untuk melihat pada wajahnya didepan mata Maya, Reno yang Maya temui sangt berbeda detik ini, mata nyalangnya yang siap menerkam gadis itu kapan saja namun lagi-lagi gadis itu tak gentar seolah Reno adalah mainan yang bisa ia modekan.

"pergi lah bel, untuk kali ini sekali saja kau berbicara maka aku akan menamparmu"Reno sudah mulai mengeluarkan kemarahan sebenarnya.

"papi, tak ingatkah disaat kita seranjang bersama disaat dirimu memanjakanku dan aku selalu siap melayanimu, papi... aku rindu kau memompaku lagi" Gadis itu menggelungkan tanganya dileher Reno dengan cepat Reno menepis dan langsung berdiri, tentu saja gadis itu mendekat dan dilangkah kedua gadis itu, tamparan kuat mengenai pipi mulusnya hingga ia terjatuh.

Maya mencoba bangun dan menolong, saat tanganya telah siap membantu gadis itu menepisnya dengan kasar matanya berderai air mata membuat Maya iba, mereka bertiga menjadi tontonan pelanggan disana sedikit malu namun tak dengan Reno ia masih dengan keadaan marah, sedangkan gadis dihadapan Maya mulai berdiri ia menunduk.

Reno pergi dari restauran sambil menggandeng tangan Maya, Maya yang dipaksa hanya pasrah sambil menyaksikan gadis itu untuk terakir kalinya, ia tak menangis ia hanya bersandiwara, sungguh gadis kecil yang licik.

***

Didalam perjalanan Maya ingin bertanya tentang gadis tadi namun ia urung melihat Reno yang masih bertampang tak bersahabat, lebih baik ia menyimpan pertanyaan itu rapat-rapat dibenaknya daripada menimbulkan masalah yang tak ia ketahui penyebabnya.

Maya keheranan karna Reno tak mengantranya kerumah melainkan kerumah mertuanya ingin ia bertanya namun lagi-lagi urung melihat Reno yang masih kaku dan dingin, ia hanya pasrah mengingat besok adalah hari melelahkan baginya, ntahlah ia pusing memikirkan surat izinya yang sudah diurus oleh salah satu anak buah Reno, harusnya ia tak khawatir namun mengingat ini pertama kalinya ia absen dalam ujian semester membuatnya. sedikit panik.

Mereka berdua turun dan masuk kedalam rumah megah tersebut, meski bukan pertama kalinya mengunjungi rumah ini tetap saja Maya masih belum terbiasa ia masih sangat mengagumi rumah ini, dirumah Reno sudah banyak pekerja yang mempersiapkan untuk hari esok dari dekorasi sampai furniture semuanya hampir 90persen rampung.

"kenapa kau mengajakku kesini?"Maya menberanikan diri bertanya.

"besok adalah hari peresmian, tak mungkin aku menjemputmu jika semua perlengkapan pernikahan ada disini"Maya manggut manggut paham.

"lalu kakek nenek ku?"

"mereka ada disini"Reno menunjuk sebuah kamar mumgkin itu tempat kakek dan neneknya beristirahat, memang benar Maya hanya tinggal diam saja semua  proses dan apapun tentang pernikahanya telah diatur oleh calonya.

"aku akan kekamar kakek neneku, boleh?"Reno mengganguk mempersilahkan Maya pergi ke kamar yang ia tunjuk tadi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ramlah rusman
seru banget lanjut ke episode selanjutnya
goodnovel comment avatar
Lia Helita
entahlah, surat izinnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status