Paginya Maya terbangun dengan keadaan bingung, terakhir kali ia ingat ia sedang di mobil lalu ia tidur dan setelahnya tidak ingat apapun, ntahlah mungkin ia bisa tanya nenek nantinya, ngapain juga diambil pusing.Maya mandi dan bersiap-siap ia menuju meja makan untuk menikmati sarapan bersama orang tersayangnya.kakek dan nenek, pagi yang selallu membuatnya semangat adalah senyuman mereka.
"selamat pagi, kakek, nenek"Maya tersenyum menyapa mereka berdua didapur yang sempit, Maya memandang makanan didepanya nampak sangat asing karna baru pertama ia melihat makanan seperti itu,lantas ia bertanya pada nenek.
"hmm, apa ini nek?"nenek yang melihat Maya bertanya padanya sambil menunjuk benda dihadapanya lantas menjawab.
"kemarin calon mu, memberikan itu masih berbalut kerdus, karna tak ada yang makan tadi malam jadi pagi ini nenek menggorengnya atasanya jadi berhamburan dan adonanya jadi sedikit gosong karna terlalu tipis"Maya menahan tawanya setelah mendengar penjelasan nenek, oke kalian pasti bertanya itu apa?, kalian pernah berpikir tidak pizza bisa digoreng?, iya itu yang sedang dilakukan nenek, sungguh neneknya satu ini luar biasa.
"harusnya itu dipanggang nek bukan digoreng"jawab Maya mencoba memberi pemahaman pada nenek.
"dipanggang?, tidak diggoreng? Oh kacang garuda rosta?"Lagi lagi Maya menahan tawanya, melihat raut wajah nenek yang keheranan membuatnya menghentikan tawanya.
"sudahlah nek, singkirkan saja makanan itu mari makan yang lain saja"Maya memandang pizza dihadapanya yang sudah tak beraturan sedikit gosong pula, kasian mahal-mahal namun tak berarti, segera ia memasak telur dan membuang pizza goreng tadi ia tak suka membuang makanan namun jika makanan itu tak layak, bukanya sebaiknya dibuang?.
"kau akan kemana May?"Sekarang kakek yang berbicara, memandang pakaian Maya yang sudah rapi sepertinya akan pergi.
Maya yang tengah menggoreng telur pun menjawab, "kemana lagi kalau tidak kuliah kek".
"bukanya ini hari libur?"Maya menepuk jidat pelan baru sadar jika ini hari istirahatnya, setelah menyiapkan telur yang sudah matang Maya kembali ke kamar mengganti pakaian. hari libur kuliah dan hari libur kerjanya sama jadi dalam seharian ia bisa bebas tanpa pekerjaan bahkan pernah ia tidur seharian sampai melupakan tugasnya.
Jika Maya ditanya lebih suka dirumah atau keluar jalan-jalan, ia pasti menjawab lebih suka dirumah karna apa?dirumah adalah tempat terindah menurutnya dan yang pasti gratis, jalan-jalan hanya akan membuang-buang uang, menguras tenaga pula sungguh membuatnya berpikir berkali-kali jika ditawari jalan-jalan.
Setelah mengganti pakaianya Maya kembali kedapur, seperti dugaanya kakek dan nenek sama sekali belum menyentuh makananya sebelum Maya datang, sudah terbiasa dengan keadaan ini Maya tidak lagi protes lelah juga ia marah-marah tiap hari.
Setelah menyelesaikan makan bersama mereka berpencar ketempat masing-masing nenek sedang menjahit bajunya, kakek yang tengah bersiap pergi bekerja dan terakhir Maya pergi ke kamar, saat saat seperti ini adalah hal terbaik tidur kembali bagi Maya, saat semuanya tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing tiba-tiba ada seseorang bertamu kerumahnya, nenek membuka pintu dan mempersilahkan tamu itu masuk.
"Mayaa"Nenek memanggil nama maya lumayan keras sepertinya itu panggilan yang harus cepat ia temui, Maya segera bangkit dari tidurnya dan menuju ruang tamu, sesampainya disana Maya terkejut dengan kedatangan Reno, ia duduk dihadapan Reno lalu nenek datang membawa nampan berisi minuman.
Dalam hati Maya bertanya-tanya Kenapa Reno datang kesini ada hal yang ingin ia sampaikan?, ntahlah.
"Maya pernikahan kita akan diadakan besok, dan hari ini aku akan mengajakmu mengukur gaun pernikahan"ucap Reno terus terang tentang kedatanganya kemari.
"A-apa?, besok?"Maya sedikit syok hingga langsung melontarkan kata-kata kepanikanya, wajar saja siapa yang tak panik diberi perkataan begitu.
"tenang Maya, kau tak perlu melakukan apapun biar aku yang menyiapkan semuanya"Maya memijit pelipisnya, ia tak masalah pernikahanya diadakan besok tapi bagaimana cara ia izin ke kempusnya padahal besok adalah ujian semester, 'hari libur yang memusingkan' batin maya.
***Maya dan Reno telah sampai ditempat tujuan, seperti yang ia katakan tadi ia tak suka jalan-jalan apalagi ditempat seperti ini, tempat banyak orang saling memamerkan belanjaanya kepada orang, atau orang-orang yang sok bergaya modis padahal tidak kaya, melihat orang-orang berpakaian bagus dan elegan membuatnya sedikit terusik dengan pakaianya yang biasa saja."apa tidak ada tempat lain selain ini?"Maya bertanya penuh harap, kejadian dimobil saat pertanyaannya sama sekali tak digubris membuatnya sedikit kesal hingga sekarang.
Reno hanya menggeleng, lalu menggandeng tangan Maya masuk kedalam mall, ia berpikir jika tidak dipaksa mungkin Maya akan terus berada didepan mall dan enggan masuk, dengan langkah malas Maya masuk kedalam mall ia melihat banyak toko berjejer-jejer bukan pertama kalinya ia ke mall hanya saja mall ini terlihat lebih megah dari mall yang pernah ia kunjungi sebelumnya.
Tangan Reno masih menggengam tangan Maya kali ini ia takut Maya hilang ntahlah padahal Maya bukan anak kecil lagi, melihat banyaknya pengunjung membuatnya khawatir pada Maya mungkin itu salah satu alasanya, agar Maya tak tersesat.
Tangan Reno menuntun Maya berjalan ke sebuah butik megah mungkin itu butik termegah dimall ini.Maya sedikit risih dengan gengaman Reno yang begitu kuat ia mencoba menarik kembali tanganya namun tak bisa, tangan kecilnya tak mampu mengalahkan tangan besar nan kekar Reno, ia hanya pasrah mengikuti kemana Reno membawanya.
"Atas nama bapak Reno Brawita?"seseorang penjaga butik menanyai Reno, wajahnya cantik sekali hingga membuat Maya tidak pd berada disamping Reno sang pengusaha, ntah perasaan darimana itu namun tiba-tiba saja datang dan sedikit merusak moodnya.
"Mari saya antar"penjaga tadi menunjuk arah tempat Reno membooking tempat ini satu ruangan yang luas yang hanya ditutupi gorden tebal, Maya dan Reno mengikuti penjaga tadi hingga mereka telah sampai ditempat yang ditunjuk penjaga, saat masuk kedalam Maya sedikit terkejut mendapati seseorang wanita cantik telah tersenyum padanya dan Reno.
"selamat pagi, perkenalkan saya Ira, orang yang akan mendesain dan mengukur baju calon pengantin"Ira tersenyum dan menjabat tangab Reno lalu menjabat tangan Maya, Reno dipersilahkan duduk sedangkan Maya disuruh mengikuti Ira, Maya hanya mengganguk dan mengikuti kemana Ira pergi.
Setelah mencoba-coba berbagai baju pengantin, Maya sedikit terpikat pada satu baju yang menurutnya cocok untuknya Reno pun tak ambil pusing ia membeli baju itu untuk besok dan beli dua baju pengantin lagi untuk cadangan, firasat Reno mengatakan bahwa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia berharap semoga saja itu tidak terjadi. Selepas membeli baju pengantin mereka menuju restaurant terdekat tak terasa mereka menghabiskan hampir empat jam hanya untuk memilih baju, mengukur dan membooking, memang benar baju mewah memerlukan waktu yang lama pula mengurusnya. "maaf jika aku lama dan membuatmu terlambat bekerja, kau boleh pergi aku bisa pulang sendiri.jangan khawatir"Maya mencoba membujuk Reno untuk kembali bekerja, meski ini hari libur, Reno sebagai CEO memang jarang libur bahkan dikantornya ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam berbisnis mungkin sedetik saja Reno tinggal maka mereka akan kewalahan, mungkin. "jangan mengkhawatirkan saya, libur juga ka
"kamu yakin, akan menikah?, jika tidak nenek akan membawamu kabur dari sini.rumah teman nenek lumayan jauh tabungan kita bisa digunakan untuk ongkos kabur"nenek bicara tiba-tiba ketika Maya baru masuk ke kamar mereka."aku yakin nek, nenek kenapa?tidak biasanya begini"Memang apa yang diucapkan Maya benar, bertahun tahun hidup bersama neneknya baru kali ini nenek bicara tiba-tiba dan keluar dari logat nenek yang pendiam dan anggun, membuatnya sedikit kebingungan akan tingkah neneknya."nenek punya firasat buruk tentang pernikahanmu"nenek bicara terus terang hatinya sedang gelisah ntah karna apa."nenek tidak usah khawatir soal pernikahanku, lihat disini aku hanya menunggu sedangkan calonnya sedang mempersiapkan semuanya, menurut Maya ini adalah kesempatan dari tuhan untuk merubah nasib Maya, dan mungkin juga Reno adalah jodohku.nenek tak usah khawatir"Maya duduk disamping neneknya nampak sekali neneknya tak suka berada di
Reno pulang pukul dua belas malam ia berpamitan lebih dulu pada Johan, melihat Johan yang tak biasanya sedih seperti itu sedikit mengkhawatrikan Reno, ia menyuruh teman pemilik clubnya untuk menyediakan tempat istirahat untuh Johan, bukanya Reno terlalu agresif dalam berteman namun kejadian tujuh tahun lalu dimana Johan mabuk berat hampir tertabrak kereta membuatnya sedikit trauma.Karna telah lama tidak meminum wine Reno sedikit pusing, padahal dulu ia adalah peminum handal jika bukan karna Johan mungkin ia masih bisa tidur sekarang.Reno turun kebawah menuju dapur mungkin dengan minum ia bisa sedikit mengurangi rasa pusing dikepalanyaSaat sampai didapur Reno tidak melihat siapapun, suara bising mulai terdengar saat ia sedang membuka kulkas mungkin para pekerja sedang mendekor pada bagian dekat dari dapurnya.Reno menuangkan air putih pada gelas lalu segera meminumnya setelahnya ia mengambil teko kecil mengambil air untuk dibawa kekamarnya.
"Nona bangunlah"Seorang maid mencoba membangunkan Maya yang terlelap, kelihatan sekali jika ia sangat menikmati tidurnya dan tak ingin digangu siapapun, sebenarnya sang Maid juga tak ingin mengangu tidur tuanya namun melihat para perias yang telah datang untuk merias Maya dihari spesial ini membuatnya terpaksa melakukan tugasnya."beri aku waktu lima menit, aku akan bangun dalam waktu itu"Maya menutup matanya kembali, merangkul gulingnya erat-erat seolah guling itu suaminya yang tak boleh diambil siapapun, tingkah Maya membuat Maid itu sedikit sabar dan akan menunggu lima menit lagi melihat tuanya yang benar-benar tak bisa diganggu ia hanya bisa berdoa semoga dalam lima menit Maya akan cepat bangun.Maid itu memberi tahu bahwa dalam lima menit lagi tuanya akan segera bangun, ia menyuruh para perias pengantin menyiapkan alat-alat dan apa saja yang perlu disiapkan untuk dandanan tuanya itu."aku berharap sang pengantin cepat bangun, mengingat waktu kita yang mulai
Setelah menyelesaikan perhiasan terakhirnya Maya langsung keluar ia takut disiram cat merah lagi, ia ingin cepat-cepat pernikahan ini diselesaikan sejak kejadian tadi firasatnya terus mengatakan bahwa ada hal besar yang akan terjadi membuatnya sedikit berhati-hati sekarang.Gaun cadangan yang dibeli Reno akhirnya terpakai juga, sama-sama cantiknya sayang statusnya hanya sebagai penganti.Reno duduk disamping calonya ia mengengam tangan Maya erat entah keberanian dari mana ia bisa melakukan itu, tangan Maya sangat dingin berarti ia sedang gugup ataupun ketakutan, Reno hanya bisa berdoa semoga Maya baik-baik saja tak ada hal yang membuatnya trauma namun sayang Reno tak tau jika Abel baru saja menanamnkan ketakutan pada Maya.Maya memang bukan gadis penakut namun ketika berhadapan dengan Abel ia seperti tak bisa berkutik, Abel tak selevel dengan Dira yang hanya status membully verbal sedangkan Abel, Maya bisa melihat bahwa ada pancaran dendam dimatanya yang semakin Maya li
"sial, kalian membawaku kemana, lepaskan aku bodoh, lepaskan!"Abel meronta ketika tangan dan kakinya diikat disebuah kursi matanya tertutup kain hanya mulutnya yang belum disumpal."kasian gadis cantik ini, andai tuan memperbolehkan kita menikmatinya pasti aku akan sangat senang"salah satu anak buah berbicara, Abel bukanya takut malah memancing orang itu terus masuk kedalam pemikiran orang dewasa."apa kau mau?, jamahlah, nikmatilah asal aku juga merasakan apa yang kau rasakan agar kita berdua bisa saling menikmati"Abel menyeringai kecil berusaha menggoda anak buah itu."jangan mudah terpancing, gadis sepertinya hanya ingin keluar dari sini bukan mau melayani kita"salah satu anak buah mulai berbicara terlihat dari logatnya ia yang paling tegas disini."baiklah, aku tidak memaksa, tapi bisakah kalian membuka penutup mataku, hanya penutup mataku"kali ini Abel mulai berkompromi mungkin dengan ia melihat tempat ini, ia bisa mendapat sedikit celah untuk keluar
"Wah akhirnya ratu kita datang juga, lihat bagaimana dia menikmati tinggal disini sampai makan siangpun ia baru bangun"Jelin menatap Maya dari ujung kaki sampai ujung rambut, keberadaan Maya dirumah ini selalu membuatnya risih belum lagi kedua kakek neneknya yang sudah bau tanah membuat keluarga ini tak senyaman dulu, itu menurut Jelin."Ma"Antoni menegur istrinya pelan nampak raut emosi yang berusaha dipendam disana, bagimanapun Maya adalah menantunya menurutnya Maya juga anak yang baik lalu apa yang selalu jadi kebencian dihati Jelin?, itu membuat Antoni sedikit tak suka pada sifat istrinya yang kali ini."duduklah Maya, Reno masih dikantor kau boleh menunggunya disini sambil makan siang bersama kami"Antoni tersenyum pada menantunya itu, menepuk kursi yang ada disampingnya, menyuruh Maya untuk duduk."Tak usah terimakasih, pak "Maya tersenyum kikuk ia bingung harus memanggil mertuanya apa, belum lagi mertuanya adalah idolanya sungguh Maya gugup bercampur bahag
Setelah pembicaraan panjang pasal pindah rumah, nenek akhirnya memutuskan menetap tapi hanya seminggu tak kurang dan tak lebih, setelah seminggu tinggal disini ia akan pindah kerumah lamanya tentu tinggal berdua, jika ikut pindah itu tak mungkin bagi Maya.Maya membiarkan neneknya betistirahat setelah ia membuatkan teh untuk neneknya ia berharap neneknya tak memikirkan hal yang berat atau malah stress, Maya ingin kembali melihat neneknya tersenyum bahagia namun sepertinya untuk saat ini Maya harus merelakan senyuman itu tak hadir dalam harinya sedikit membuat Maya tak semangat, setelah ia keluar dari kamar neneknya ia bergegas kekamarnya menunaikan sholat dan mempelajari materi kuliahnya sebentar.Tiga puluh menit Maya berkutat dengan soal-soal dan materi Maya dikejutkan oleh panggilan telepon yang membuyarkan aktivitasnya ia mengangkat telepon itu, sang penelpon adalah Lita, ia pasti menanyakan kenapa Maya tak masuk saat hari ujian."Maya, kenapa kamu tak masuk