Share

Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

"Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..."

"Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun.

"Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?"

"Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...."

"Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun.

"Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya.

"Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?"

"Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal.

"Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh mama tuh luluh jugaaa....." Pria ini terus meyakinkanku.

"Kalo ternyata gak berhasil?"

"Sayang, jangan mikir kesana dulu. Pokoknya sekarang kamu harus yakin kalo kamu bisa, titik."

"Udah ah, aku mau keluar bentar ketemu Arsy.." Ia mengambil kunci mobil di atas laci ujung sana sementara aku masih berada di atas kasur yang terus berpikir apakah harus nyerah atau bertahan dengan kondisi yang makin kejepit ini....

"Kamu mau ngapain?" Tanyaku.

"Ya bahas perusahaan."

"Oh yaudah hati hati..."

"Sama bahas kamu juga sih...." Ia berbicara pelan dan langsung meninggalkanku.

*****

"Gue harus apa ya. Kalo gue cuma diam di kamar doang ya sama aja gue nyerah..." Aku masih bolak balik memikirkan bagaimana bisa dapat kebaikan Airin.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, aku memutuskan untuk turun dari kasur dan beranjak keluar karna aku yakin dia pasti ada di ruang tengah dengan Roger.

Sialnya pada saat turun dari anak tangga, terdapat beberapa orang yang menegurku dan melihatku dengan sinis.

"Mending Natalie yaaa, kok bisa sih jeng lo nerima yang begini....."

"Buset itu baju gak ada merknya, gimana sih kamu jadi mertua kok menantunya gak dibeliin barang branded...."

"Serius itu menantu lo? Kok kaya pembantu......"

Begitu banyak pandangan sinis dan omongan tajam yang menyerangku padahal sama sekali aku belum berbicara sepatah kata apapun. Sementara Airin melihatku tajam, arah tangannya seolah mengusirku, wajah bengisnya dan rona pipinya yang merah padam jelas saja menandakan ia begitu benci kepadaku.

"Hei ngapain cuma berdiri doang. Sini dong gabung sama kita, kan kamu juga udah jadi bagian keluarga jeng Airin...." Ucap salah satu komplotannya.

Rumah yang tadi sepi seketika rame ini pun membuatku teringat dengan ucapan Mba Asha tentang ritual mereka.

"Apa jangan-jangan kali ini giliran aku...." Batinku, nyaliku ciut seketika.

Aku masih berdiri di tempat yang sama namun kali ini ku coba melebarkan sedikit bibirku dan tersenyum kepada mereka. Aku melangkah pelan-pelan menuju lingkaran mereka.

"Gue udah gila ini, menyerahkan diri...." Batinku. Namun terus ku melangkah sisa anak tangga dan sampailah pada anak tangga terakhir sebelum ke lantai bawah.

"kring.... kring... kring...."

Ponsel yang berada ditanganku berdering.

Aku menghentikan kembali langkahku untuk melihat siapa yang menghubungi.

"Halo...."

"Sorry sayang, aku lupa ngasih tau jangan turun ke ruang tengah ya. Mama lagi ada acara tuh..."

"Sayangnya aku sudah ada di depan mereka Ran...."

"Eh kamu ngapain disanaaaaaa????!!!!" Randi membentakku. Baru pertama kalinya ia membentakku seperti ini....

Aku langsung mematikan ponselnya.

"Kok bajunya lusuh banget. Nama kamu siapa?" Ucap salah satu teman Airin. Aku langsung melihat baju yang sedang ku pakai. Sebenarnya ya baju pada umumnya saja, entah lusuh dari tampilan mananya yang buat mereka bisa judget gak mendasar

"Lusuh gimana te?" Sekali lagi aku masih perhatikan baju yang sedang ku gunakan.

"Ya masa pake baju tidur sih.... Kamu menantunya atau pembantu?" Ucap yang lainnya. Airin melihat dan ia enggan peduli.

"Wah Rin ini ya mantu lo. Kalah jauh banget dari Natalie. Kok lo bisa sih ngerestuin? hahahaa..." Mereka sambil makan snack dan minum dengan berdiri.

"Aku Claire tante.. Aku gak tau juga siapa yang kalian sebutkan dengan istilah Natalie itu. Tapi yang penting saat ini saya adalah istri sahnya Randi..." Aku tersenyum dihadapan mereka meskipun tangan begitu tremor melihat tatapan mereka.

"Wah punya modal berani juga ni anak..." Mereka pelan-pelan kumpul dan membicarakanku. Aku masih terus menatap mereka.

"Kamu mau apa kesini?" Airin menghampiri dan menarik tanganku.

"Ma sakit....." Aku berusaha melepaskan cengkraman tangannya.

Ia membawaku ke tepi kolam renang.

"Lo tau kan lo tu siapa? Lo juga tau kan apa perjanjiannya???" Airin membentakku.

"Kurang ajar banget! Udah syukur disini lo bisa tinggal dan sekarang berani-beraninya ngerusak acara gue!" Tambahnya lagi.

"Ma, aku ini menantu mama. Aku perlu juga kenal dengan dunia mama...." Aku coba berbicara dengan pelan.

"Persetan dengan kenalan!!! Lo bukan menantu gue, dan sampe kapanpun gue gak akan mau anggap lo menantu gue." Balasnya.

Jujur, hatiku sakit banget melihatnya membentakku dengan kalimat yang tidak seharusnya ia ucapkan sebagai mertua.

Air mataku gak terbendung dan akhirnya membasahi pipiku.

"Ran, aku mau keluar aja dari rumah ini....."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status