Share

Part 27 Keluar Rumah

"Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin.

"Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes.

"Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama...."

"Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu.

"Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama...."

"Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka batin yang Airin buat terhadapku sudah teramat dalam.

"Tapi kamu belum coba. Aku janji, aku bakal melakukan hal yang sama juga, dengan apapun caranya...." Randi masih coba untuk meyakinkanku.

"Cara satu-satunya cuma dengan kita pisah rumah dari sini...."

"Sayang....." Randi mendengus.

"Aku udah cape, Mas. Dari awal, aku berjuang sendiri untuk bisa diterima di keluarga kamu, tapi nyatanya apa???"

Randi terdiam. Rasanya sudah jelas penolakanku terhadap maunya Randi yang ingin aku memohon kepada Airin. Rasanya sudah cukup apa yang ku lakukan, tetap saja pada akhirnya aku masih menjadi sosok asing di rumah ini.

Randi berjalan cepat, membuka pintu kamar, dan sedikit membantingnya.

***

"Ma.. Aku gak mau cerai dari Claire!" Randi sedikit membentak ibunya yang masih sibuk dengan dokumen-dokumen perceraian dihadapan pengacara bayarannya.

"Sudahlah Randi. Masih banyak perempuan lain yang jauh lebih baik dari dia. Kita gak selevel sama dia. Oh ya, di depan ada Natalie tuh..." Airin melirik langkah kaki perempuan yang baru saja memasuki ruang tamu.

"Gak Ma. Aku gak mau, mama paksa aku atau aku ninggalin rumah sekarang juga?" Randi pada akhirnya berani membuat ancaman.

"Kamu sekarang sudah berani ancam mama?" Airin menghempaskan dokumen yang berada di tangannya, menatap mata Randi begitu tajam yang terlihat jelas raut kekecewaaan atas ancaman sang anak.

"Aku gak ngancem, aku cuma mau Claire titik." Randi langsung beranjak ke afas lagi menuju kamar. Sementara Natalie yang baru datang dan berada di dekat Airin tidak mampu bergidik.

***

"Kemasin barang kamu, kita pindah sekarang juga!" Randi tiba-tiba memasuki kamar lagi dengan perintah yang buatku kaget.

"Ha?"

"Iya. Aku sudah coba negosiasi dengan Mama untuk pertahanin kamu tapi percuma. Jadi, kalo Mama gak bisa beri apa yang aku minta, ya sudah selayaknya kan aku keluar?"

Aku gak bertanya lebih detail lagi tentang percakapannya dengan Airin, bagiku memang inilah jalan yang terbaik untuk pergi dari rumah ini demi mempertahankan rumah tanggaku.

Aku mulai mengemasi semuanya, termasuk juga pakaian Randi. Meski ia yang tadi mengajakku untuk pergi, tapi jelas terlihat dari binar matanya yang terus gelisah meninggalkan rumah mewah ini.

Semua barang sudah rapi, dan tinggal dibawa saja ke dalam mobil. Terdapat 3 koper besar yang berisi pakaianku dan Randi serta pernak pernik lainnya.

"Mas, sudah selesai. Mau langsung dibawa ke mobil?" Aku coba menegurnya yang masih berada di balkon.

"Yaudah ayo Claire. Kamu tetap harus pamit baik-baik dengan mama ya..." Ia mencoba tegar walaupun aku tau, dia sedang tidak dalam kondisi baik meninggalkan ibunya.

Aku berjalan dengan membawa 2 koper di tangan kanan dan kiriku, menuju lift yang berada di ujung sana. Terdengar suara riuh dari bawah,

"Sepertinya pesta Airin lagi. Setiap hari kegiatannya banyak juga...." Batinku.

"Mas, mama lagi ada pesta?" Aku menoleh ke arah Randi yang berada di belakangku.

"Iya, arisan."

"Gimana kita pamitnya?" Tanyaku.

"Nanti pas kita sampai basement, aku bisa telfon kok mama dan papa terus bilang deh kalo kita mau cabut..." Ucap Randi.

Aku mengangguk pelan, menyetujui apa yang ia maksud.

Sesampai di parkiran, Randi membukakan pintu mobil sedannya untuk mulai memasuki satu per satu koper, lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Airin.

Di tengah obrolan Randi, aku melihat terdapat sebuah mobil sport hitam yang dikendarain oleh seorang wanita gak begitu asing. Wajahnya begitu familiar ada di dalam ingatanku. Wanita tersebut membuka pintu mobilnya dan berjalan pelan melewatiku.

"Tante Sophia???" Sontak aku langsung mengingat satu nama.

Wanita muda dengan postur tubuh seksi dan pakaiannya yang membentuk tubuh pun langsung menoleh ke arahku.

Ia mengernyitkan dahinya, melihatku dari atas sampai bawah.

Aku tersenyum kepadanya, dan berjalan pelan menujunya.

"Tante, ingat aku?" Aku mencoba mengembalikan ingatannya lagi tentangku.

Ia kembali menyipitkan lagi matanya dan menggeleng pelan tanpa suara.

"Tante, ini aku Claire anaknya Aleta...." Aku masih dengan menatapnya sungguh-sungguh, berharap ia pun masih ingat dengan almarhumah mama.

"Aleta?? Kamu Claire?" Matanya melalak. Bibir mungilnya kini terbuka berbicara.

"Iya Tante. Apa kabar, Te? Yaampun udah lama banget!!!" Aku mendekatinya dan memeluknya.

"Sayang, yaampun kamu sudah segede ini ya manalah tante ingat. Astaga......" Balasnya.

Ia sahabat karib mamaku. Ya bisa dibilang kemana mana tuh selalu bareng, sampe-sampe arisan juga selalu barengan, dan mirisnya mama papa menghembuskan nafas terakhirnya ya di lokasinya ada tante Sophia. Ia tau persis tentang keluargaku.

"Claire, kamu ngapain disini? Kenal sama Airin juga sampe ikut arisan?" Dugaan Sophia memang tepat. Ya siapapun yang menjadi dia disini juga pasti mengatakan hal yang sama. Gak mungkin ada yang nyangka kalo aku adalah menantu tunggal keluarga Smith dan Airin, jelas mustahil.

"Sayang, ayo.." Randi memanggilku spontan.

"Eh sayang? Kamu anaknya Mba Airin kan ya?" Sophia langsung menunjuk Randi.

"Sebentar, jangan bilang kamu....." Sophia mencoba menghubungkan dugaan baru.

"Iya Tante...." Aku seolah paham apa maksud dari kalimatnya.

"Claire????" Jelas ia kaget, dan memang wajar karena aku dari orang biasa sementara Randi orang yang luar biasa.

"Kok aku bisa ga tau kalo kamu menantunya Mba Airin. Padahal sudah beberapa ada party disini, kenapa kamu gak pernah ikutan?"

"Eh eh wait dan terus ini kamu mau kemana? Sebentar lagi pesta bakal dimulai loh. Masuk dulu aja ayo... Gimana sih ini Mba Airin punya menantu cantik begini kol disembunyikan...." Celoteh Sophia.

"Eh engga-engga, Mba. Aku memang mau pergi dulu sama Randi ada hal yang perlu aku urus...."

"Oke deh, ini kartu nama aku, nanti kamu langsung hubungi ya. Ada hal yang sepertinya perlu kamu tau juga...."

"Tentang kematian kedua orang tua kamu....."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status