Share

Part 23 Frustasi

Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku.

"Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.

Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur.

"Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya.

"Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.

Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.

****

"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.

Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante Alexa. Kini aku sendirian....

***

"Ada apa Ran? Apa hasil periksa Cle?" Ucap Alexa yang tidak tahan dengan perubahan Cle secara spontan.

"Sebetulnya hasil keseluruhan belum keluar Te..."

"Lantas, kenapa keponakan saya segitu kecewanya?" Alexa mengerutkan keningnya, terheran-heran dengan jawaban gantung Randi.

"Jadi, hasil USGnya Cle gak bagus Tante. Dia terdiagnosa susah hami..." Randi cukup hati-hati mengatakan hal ini.

"Maksud kamu Claire mandul???!!!!" Tanpa basa-basi Alexa langsung mengutarakan apa yang dimaksud susah hamil. Baginya sebagai orang awam dan senior, mandul adalah definisi susah hamil.

"Aku gak tau harus kasih kesimpulan apa, sebab dari dokter cuma bilang gitu. Hasil pemeriksaannya masih ongoing Te..."

"Jadi kapan bisa tau hasil lengkapnya?" Alexa greget.

"Dari pihak rumah sakit estimasinya 3-7 hari kerja."

"Rumah sakit sebesar dan seterkenal ini lama banget ngasih hasilnya. Apa-apaan nih!!" Alexa langsung bergegas meninggalkan Randi dengan wajah merah padam yang sudah jelas mungkin saja ia akan melabrak orang medis disini.

"Tante, mau kemanaa???" Randi gak berpikir panjang, ia lari mengejar Alexa.

"Hasil tes lab keponakan saya kapan selesainya??" Alexa membentak meja administrasi. Orang-orang langsung menatap ke arahnya sebab posisi administrasi ini begitu di tengah-tengah. Jelas saja ada keributan akan membuat fokus orang lain teralihkan.

"Maa... maaf Bu.. Nama keponakan ibu siapa?" Ucap suster.

"Tante, tenang. Gak enak di liat orang rame gini..." Randi berusaha menenangkan Alexa yang penuh dengan emosi. Wajar saja ia tidak terima, aku divonis seperti ini.

"Claire. Barusan masuk ruang lab tadi..."

"Sebentar ya Bu. Kami cek dan tanya dulu sama analistnya..." Ucap suster yang tengah berjaga di balik meja administrasi ini.

"Cepat, jangan lama!" Teriaknya lagi.

"Maaf Bu, hasilnya akan diberikan 5-7 hari kerja. Karena hari ini Jumat mungkin akan selesai Jumat depan..." Selang 2 menit kemudian, suster yang berada di meja administrasi ini memberikan kepastian.

"Ini rumah sakit besar sus. Masa bisa selama itu. Saya aja yang periksa di lab swasta lain, cuma butuh 2 hari untuk keluar hasilnya...." Alexa meluapkan emosinya.

"Maaf Bu. Sudah prosedur standar rumah sakit kami..." Respon suster.

"Te, tenang Te...." Randi masih coba menenangkan Alexa yang terpancing emosi.

"Gimana bisa tenang? Saya liat Cle diam gitu aja paniknya bukan main apalagi dapat informasi setengah-setengah gini....." Alexa jalan perlahan menuju ruangan Cle.

"Sayang, kamu harus berpikir positif ya. Itu kan juga baru kemungkinan, belum berarti kejadian..." Alexa sama sekali tidak tenang melihat Cle segitu takutnya.

"Aku sudah gagal Te. Aku gagal....." Aku menghempaskan bantal yang ada didekatku. Histeris yang kurasakan sangat menusuk hati dan pikiran.

"Gak sayang, enggak. Kita tunggu hasil resminya dulu yaaa..." Alexa memelukku erat-erat. Ia masih meyakinkanku ini cuma kesalahan prediksi saja.

***

"Jadi, apa kesimpulan penyakitnya?" Airin memasuki ruanganku, tanpa mengucapkan salam sepatah kata pun ia langsung bertanya hal yang buatku stress saat ini.

"Ucapin salam dulu kali Mbak...." Tante Alexa yang masih berada di dalam ruanganku sontak memberikan ultimatum kepada Airin.

"Gak penting! Saya tanya jadinya penyakit kamu apa?" Ucap Airin membentak.

Krek......

"Ma, dari tadi?" Randi membawa bungkusan makanan memasuki ruanganku.

"Gak kok barusan. Jadi apa penyakit istri kamu ini Ran?"

"Hmm... Ma, keluar sebentar yuk..." Randi coba meredamkan emosi semua orang yang ada di dalam ruangan. Ia langsung menarik tangan Airin untuk keluar.

Aku hanya melihatnya dengan air mata yang masih terus mengalir deras dan wajah depresi yang begitu jelas ku rasakan.

"Kenapa mama diminta keluar? Mama kan nanya jelas-jelas dan baik-baik....." Airin gak mau kalah.

"Ma... Tolong jangan buat keributan...." Randi sudah cukup pusing di hari yang sama, jam yang berbeda ia harus dihadapkan 2 wanita paruh baya penuh emosi.

"Mama gak cari ribut Ran. Mama cuma nanya, jadinya dia sakit apa?" Bahasnya lagi.

"Masih menunggu hasil pemeriksaan lab...." Celetuk Randi. Ia harus bisa menutup rapat-rapat apa yang sebenarnya terjadi dari hasil pemeriksaanku sebagai istrinya. Ia tau persis, mamanya akan bertindak seperti apa kalo tau menantunya mandul.

"Masa gak bisa kasih kesimpulan sementara? Sayang, ini rumah sakit besar!" Jawaban Randi sama sekali tidak memberikan kepuasan pada Airin.

Airin, dengan tampilan modisnya berbalutkan gelang dan cincin berlian yang terpajang di tangan kanan kirinya langsung meninggalkan Randi.

"Ma... Mau kemana?" Airin terus berjalan.

***

"Sayang. mama gak bilang apa-apa kan?" Randi kembali memasuki ruanganku.

"Kamu gak bilang sama mama?" Ucapku sinis.

"Ya engga. Kan kita belum tau hasil pastinya gimana. Gak baik aja bilang ini itu kalo hasilnya belum valid, kan? Intinya sekarang kamu istirahat aja. Gak usah pikirin aneh-aneh. Kita tunggu sampai hasilnya keluar ya Sayang...." Pria ini berusaha menenangkanku.

***

"Pasien Claire saat ini masih dalam vonis berdasarkan hasil USG Bu..." Penjelasan suster kepada Airin.

"Dia hamil????" Mata Airin melalak.

"Bu... bu... bukan Bu.."

"Lah jadi? Coba bilang sama saya tuh yang benar. Kalian gimana sih, saya ini keluarga pasien loh!"

"Hasil awalnya Bu Claire divonis tidak bisa punya anak....."

"Menantu saya mandull?" Ia meninggikan nada suaranya. Seketika pusat informasi ini menjadi pusat keributan dari keluarga Randi dan keluargaku.

***

"Sial!!!! Udah paling benar si Randi ceraikan saja wanita gak guna gitu apalagi yang mau dipertahankan," Gerutunya dalam mobil.

"Ran, udah paling benar mama jodohkan kamu saja dengan anak teman mama. Sama Claire, kamu gak akan punya keturunan. Tinggalin saja, dia sudah gak pantas kamu pertahankan..."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status