Share

Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? 

"Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi.

"Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya.

"Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang..."

"Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." 

"Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.

Aku diam, mengabaikan komentarnya.

"Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.

Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. 

"Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kami.

"Kenapa Ran?" Aku meliriknya heran.

"Duh, mama pasti nih...." Ia menggerutu kesal. Ia keluar dari mobil dan mulai bernegosiasi dengan kedua satpam tersebut namun tetap saja kedua satpam hanya menjalankan perintah sang majikan, Airin....

"Kamu jangan harap bisa keluar dari rumah ini ya, Randi....." Suara teriakan yang menyaring itu berhasil mengalihkan fokusku yang baru saja keluar dari pintu mobil.

"Mama....." Batinku.

Ia berjalan pelan dengan rombongannya menuju kami seolah ingin diserbu massa. Di sebelahnya terdapat perempuan muda dengan paras menawan, berambut panjang, dan tubuh proporsional. 

"Randi, sekarang juga kamu balik ke rumah. Tapi kamu, silahkan pergi dari rumah ini..." Airin membentakku di depan semua orang dan mengusirku begitu saja.

Aku shock mendengarnya. Ia benar-benar mempermalukanku di depan semua koleganya, termasuk salah satunya juga tante Sophia. 

Lidahku kelu, tatapan mataku tidak karuan. Aku bingung apa yang harus ku lakukan sekarang....

"Kenapa masih diam? Saya minta kamu pergi sekarang juga Claire! Taxi kamu sudah nunggu di depan...." Pinta Airin.

"Anwar, seret Randi ke dalam rumah, dan kamu seret perempuan ini keluar!!!" Teriak Airin...

Aku tidak bisa bergidik, tanganku langsung ditarik oleh satpam rumah ini. Aku diusir paksa tanpa tau apa yang membuat Airin setega ini denganku. Aku menatap mata Randi dalam-dalam berharap ia bisa mencegahnya namun ia memilih bungkam dan terbawa oleh tarikan tangan Anwar.

"Non, maaf ya. Saya hanya menjalankan perintah...." Ucap satpam tersebut, lalu ia meletakkan koperku di pinggir jalan. 

Air mataku kian menetes, namun kali ini sudah tidak sanggup bersuara lagi akan perlakuan Airin terhadapku. Mentalku benar-benar dihancurkan olehnya, mimpiku sudah dirampas olehnya, bahkan harga diriku sudah dipadamkan olehnya. Jika kata orang dunia ini kejam, ya memang benar adanya, terlebih mendapatkan mertua seperti Airin seperti musibah yang sedang menghantamku. 

***

"Sayang......" Alexa langsung berlari memelukku.

Ia melihatku dengan tampilan mata merah dan bengkak, raut wajah yang amat berantakan dengan genggaman 2 koper di tanganku yang baru saja turun dari taksi.

“Claire, tenang sayang tenang…….” Sekali lagi Alexa merangkulku untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Tante Claire, kenapa Ma???” Kayla, sepupuku juga tidak kalah herannya dengan ekspresi kedatanganku yang seperti tidak biasanya.

“Husstt Kay, nanti dulu biarin tantemu tenang. Tolong ambilin segelas air untuk tante Claire ya…” Pinta Alexa kepada anak perempuannya.

Aku masih terisak nangis. Rasanya dadaku begitu sesak, menerima kenyataan nasib pernikahkanku sudah sampai di ujung tanduk penyempurnaan.

“Sayang minum dulu minumm…. Setelah ini kamu bisa cerita dengan tante….” Alexa seperti memberikanku space untuk tenang terlebih dahulu. Membayangkan betapa kalutnya diriku dalam dunia Airin seolah aku kehilangan semuanya.

“Claire, are you ok?” Alexa lagi-lagi memastikan aku dalam kondisi terkontrol.

“Aku diusir dengan Airin….” Aku coba menyeka air mata yang tersisa di sisi kedua pipiku.

“Astaga……” Satu kata yang bisa diungkapkan oleh Alexa. Aku tau persis, jika kondisiku tidak kalut, sudah pasti Alexa akan mengeluarkan kata-kata sarkasnya terhadap Airin.

Ia coba menahan bahuku. Ia mengusap bahuku. Bagiku yang sekarang ku butuhkan adalah treat ketenangan.

“Nasib pernikahanku sudah gak ada harapan tante. Sudah sekian kalinya Airin minta aku cerai dari Randi. Sepertinya Randi akan dinikahkan dengan Natalie….” Kembali air mataku mengalir.

“Perempuan gila ya! Kok bisa ada orang tua kaya Airin sama Roger!” Umpat Alexa.

“Mungkin karena aku tidak bisa memberikan keturunan untuk Randi. Aku juga jika dikasih pilihan, aku gak mau dimadu tante. Hal yang paling gak bisa ku terima sebetulnya bukan karna dipaksa cerai, tapi aku sudah dipermalukan di depan kolega-koleganya, termasuk tante Sophia yang hanya bisa menatapku dengan kasihan….”

“Siapa yang kamu sebut? Sophia?” Alexa tertarik dengan nama itu. Ia memastikan lagi aku menyebut nama Sophia.

“Iya tante Sophia, teman akrabnya mama dulu. Bukannya tante Sophia yang kasih tau mama papa meninggal, Te?”

“Iya memang dia yang kasih tau ke keluarga tentang kepergian orang tuamu. Tapi setelah ia beritahu, ia menghilang tanpa jejak. Aku sudah coba mencarinya untuk minta keterangan secara detail apa yang terjadi, tapi sia-sia dia sama sekali gak bisa ditemukan. Sekarang, kamu tiba-tiba bilang ketemu dia di rumah Airin. Apa gak begitu surprise??” Alexa meneguk air yang berada di gelasnya. Tatapan matanya sudah jelas banget ia sedang berpikir.

“Sebenarnya tadi tante Sophia ada menyebutkan satu hal yang menurutku ganjil juga Te. Tepat sebelum aku mau kabur dengan Randi. Namun sayangnya usaha kami kabur gagal karna pintu gerbang yang diboikot oleh satpam dan aku diusir paksa di depan kolega Airin.

“Dia bilang apa?” Alexa begitu ingin tau kebenaran apa yang terjadi.

“Sebentar…” Aku kembali menyeka air mataku dan merogoh kantong tasku.

“Ini…. Dia bilang hubungi nomornya, karena ada yang mau dia bicarakan soal kematian mama papa….” Aku menunjukkan kartu nama yang bertuliskan Sophia dengan jabatannya sebagai pemilik perusahaan salah satu kosmetik yang cukup viral dan terkenal di negara ini.

“Sudah aku duga! Dia pasti terlibat…..” Gumam Alexa, sembari memperhatikan kartu nama ini berulang kali.

“Maksud tante? Mama dan papa bukan murni kecelakaan? Sebentar deh, bukannya dari hasil pemeriksaan kepolisan sudah ditutup dengan kecelakaan? Apa ada hal yang aku gak tau?” Aku menggalinya lebih detail.

“Aku gak tau Claire. Hanya dugaanku saja, soalnya kematian mereka tuh emang ganjil. Bukan kecelakaan tunggal ataupun beruntun, tapi mereka diperkirakan sudah meninggal duluan sebelum terjadinya kecelakaan. Dari pemeriksaan kepolisian, waktu kematian mereka lebih awal dibandingkan terjadinya kecelakaan itu. Makanya, aku bisa bilang kalo mama papamu emang sudah terbunuh duluan, baru terjadi kecelakaan. Namun, karena polisi gak bisa menemukan bukti yang signifikan, makanya kasus ditutup dengan kesimpulan kecelakaan yang padahal juga masih gantung”

“Terbunuh? Maksudnya mama papaku dibunuh, Te?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status