Share

Part 24 Gugatan Airin

"Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya.

"Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin.

"Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.

Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya.

"Tapi, teman sosialita kamu sudah tau tentang Claire?" Roger memastikan lagi.

"Ya sudah tau sebagian waktu datangnya barengan si Alexa kan..." Jawab Airin sembari menyeruput jus jeruk yang telah tersedia di depannya, sementara Roger masih coba berpikir apalagi celah yang mungkin bisa terjadi dalam waktu dekat berkaitan dengan gosip perusahaan dan keluarganya.

"Mereka sejauh ini gak bocorin apa-apa??" Roger mulai khawatir dan menaruh curiga.

"Atau sebenarnya mereka sudah saling bicarakan tentang keluarga kita ke orang lain juga?" Tambah Roger lagi dengan kernyitan dahinya sudah jelas ia sambil berpikir berbagai skenario di dalam otaknya.

"Maksud papa?" Airin masih belum paham maksud dari pembicaraan Roger.

"Iya, maksud papa tuh atau sebenarnya mereka sudah tau tapi ya pura-pura gak tau sampai di waktu yang pas baru deh meledak kaya bom waktu aja....": Roger memberikan penjelasan yang sangat detail.

Airin diam, ia memainkan jemarinya seolah berpikir dan mencerna dengan baik semua ucapan Roger.

"Kayaknya memang gue harus pastikan sih. Apalagi ada Sasa, si cewe yang paling tidak bisa jaga rahasia." Batinnya, seketika Airin ingat siapa saja yang tau tentang pertemuan saat itu.

****

"Mas, mama sudah tau?" Tegurku di sepanjang jalan pulang dari rumah sakkt.

"Ya tau kan dia jenguk kamu waktu di rumah sakit..." Respon Randi sembari menyetir mobil di tengah jam makan siang ibukota.

"Maksudnya, mama tau tentang sakit yang aku punya?" Aku kembali bertanya lagi, karna jelas Randi belum maksud apa yang menjadi maksudku.

Ia menatapku dalam-dalam, lalu memejamkan mata.

"Jujur, aku gak kasih tau apapun tentang penyakit kamu, aku gak kasih tau sayang....." Jawabnya pada saat interogasi singkat ini.

"Tapi......." Randi menyambung kalimatnya lagi.

"Tapi apa?" Nada bicaraku sudah mulai meninggi karna aku tau tipikal seperti apa Randi.

"Tapi mama langsung tanya ke perawat tentang kondisi kamu Cle...." Ia tertunduk.

"Lalu?"

"Gak ada lagi sambungannya, sayang. Udah ah jangan overthinking gitu. Pokoknya sekarang yang harus kamu pikirin gimana bisa sembuh. Itu aja." Randi langsung bersikap bijak.

"Gak mungkin Airin bisa dengan mudahnya menerima kenyataan ini...." Batinku bergejolak.

***

"Eh sudah pulang non...." Asisten rumah tangga Randi menyambut kami dengan hangat. Entahlah yang ku rasa hanya Bibi yang bisa mengerti posisiku di rumah ini.

"Sudah Bi hehehe...." Senyumku melihat sambutannya begitu hangat.

"Sini tasnya bibi bantu bawain..." Ia langsung mengambil tas jinjingku yang padahal masih terbalut di genggaman tangan.

"Mama mana Bi?" Tanya Randi melihat sekeliling rumah seolah sepi.

"Itu di kolam renang sama papanya Den Randi..." Jawabnya sembari menunjuk arah kolam renang yang dimaksud.

"Oh ya Den. Tadi pesan Ibu, kalo Den Randi sudah datang diminta kesana juga. Katanya ada yang mau diobrolin Den, penting...."

"Ya udah aku kesana dulu deh. Sayang, kamu naik ke kamar dulu aja. Aku mau ketemu mama dulu..." Ia pamit kepadaku dan melangkahkan kakinya menuju kolam.

Sementara aku masih disini bersama dengan Bibi yang melihat langkah Randi semakin jauh dan menghilang.

"Non, bibi turut prihatin ya atas penyakit Non. Waktu tau itu, jujur aja bibi shock...." Celetuk Bibi.

"Siapa yang cerita Bi?" Aku sudah tau, tentu saja Airin yang mengumbar semuanya.

"Nyonya, Non. Tadi Nyonya pulang-pulang ngomel jadi ya gak sengaja juga bibi dengar...." Ucapnya dengan mata yang begitu sayu.

"Oh, iya Bi. Emang Nyonya ngomel gimana, Bi?" Aku yang ingin tau semuanya jelas saja langsung minta penjelasan detail dari sumber yang bisa ku percaya disini.

"Bibi gak begitu dengar Non. Maaf....." Seolah menyembunyikan sesuatu dariku yang sudah jelas terbaca dari raut wajahnya. Ia begitu takut melihatku sakit hati jika ia utarakan sejujurnya sikap Airin.

***

"Randi, mama sudah tau semuanya, dan mama rasa kamu sudah gak bisa lagi sama Claire. Apa lagi yang mau kamu harapkan darinya?" Airin menantang Randi.

"Ma, ini hasilnya belum seratus persen keluar. Itu juga baru diduga, belum pasti...." Randi mencoba memberikan penjelasan kepada Mama dan Papanya.

"Ran, kamu tau kan kalo kamu itu anak tunggal mama satu-satunya, penerus tahta dan kekayaan keluarga kita, Ran. Kalo nanti kamu gak punya keturunan gimana?" Roger ikut-ikutan memberikan Randi pandangan untuk melepaskanku.

"Papa kan punya anak satu lagi yang bukan dari Mama...." Randi masih bersikap tenang meskipun dalam dirinya sudah ingin meronta.

"Gak bisa. Kekayaan yang papa kamu dapatkan sekarang ini dari keluarga Mama. Jadi cuma kamu yang bisa dapatkan bersama dengan keturunan kamu....." Bantah Airin

"Kamu bisa kok nikah dengan Natalie, yang sudah jelas bebet bobotnya seperti apa." Tambahnya lagi.

"Ma, bisa gak jangan terus-terusan menyebut nama Natalie? Aku sudah selesai dengan dia tuh dari lama Ma...." Randi mengelak lagi. Ia punya masa lalu yang buruk bersama dengan mantannya itu.

"Kali ini keputusan mama sudah final Ran, mama sudah hubungi pengacara juga untuk perceraian kalian. Mama gak mau ambil risiko tinggi untuk ini..."

"Mas......??"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status