Home / Thriller / Malapetaka Cinta Claire / Part 24 Gugatan Airin

Share

Part 24 Gugatan Airin

Author: Allena Sari
last update Last Updated: 2023-09-12 07:32:45

"Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya.

"Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin.

"Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.

Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya.

"Tapi, teman sosialita kamu sudah tau tentang Claire?" Roger memastikan lagi.

"Ya sudah tau sebagian waktu datangnya barengan si Alexa kan..." Jawab Airin sembari menyeruput jus jeruk yang telah tersedia di depannya, sementara Roger masih coba berpikir apalagi celah yang mungkin bisa terjadi dalam waktu dekat berkaitan dengan gosip perusahaan dan keluarganya.

"Mereka sejauh ini gak bocorin apa-apa??" Roger mulai khawatir dan menaruh curiga.

"Atau sebenarnya mereka sudah saling bicarakan tentang keluarga kita ke orang lain juga?" Tambah Roger lagi dengan kernyitan dahinya sudah jelas ia sambil berpikir berbagai skenario di dalam otaknya.

"Maksud papa?" Airin masih belum paham maksud dari pembicaraan Roger.

"Iya, maksud papa tuh atau sebenarnya mereka sudah tau tapi ya pura-pura gak tau sampai di waktu yang pas baru deh meledak kaya bom waktu aja....": Roger memberikan penjelasan yang sangat detail.

Airin diam, ia memainkan jemarinya seolah berpikir dan mencerna dengan baik semua ucapan Roger.

"Kayaknya memang gue harus pastikan sih. Apalagi ada Sasa, si cewe yang paling tidak bisa jaga rahasia." Batinnya, seketika Airin ingat siapa saja yang tau tentang pertemuan saat itu.

****

"Mas, mama sudah tau?" Tegurku di sepanjang jalan pulang dari rumah sakkt.

"Ya tau kan dia jenguk kamu waktu di rumah sakit..." Respon Randi sembari menyetir mobil di tengah jam makan siang ibukota.

"Maksudnya, mama tau tentang sakit yang aku punya?" Aku kembali bertanya lagi, karna jelas Randi belum maksud apa yang menjadi maksudku.

Ia menatapku dalam-dalam, lalu memejamkan mata.

"Jujur, aku gak kasih tau apapun tentang penyakit kamu, aku gak kasih tau sayang....." Jawabnya pada saat interogasi singkat ini.

"Tapi......." Randi menyambung kalimatnya lagi.

"Tapi apa?" Nada bicaraku sudah mulai meninggi karna aku tau tipikal seperti apa Randi.

"Tapi mama langsung tanya ke perawat tentang kondisi kamu Cle...." Ia tertunduk.

"Lalu?"

"Gak ada lagi sambungannya, sayang. Udah ah jangan overthinking gitu. Pokoknya sekarang yang harus kamu pikirin gimana bisa sembuh. Itu aja." Randi langsung bersikap bijak.

"Gak mungkin Airin bisa dengan mudahnya menerima kenyataan ini...." Batinku bergejolak.

***

"Eh sudah pulang non...." Asisten rumah tangga Randi menyambut kami dengan hangat. Entahlah yang ku rasa hanya Bibi yang bisa mengerti posisiku di rumah ini.

"Sudah Bi hehehe...." Senyumku melihat sambutannya begitu hangat.

"Sini tasnya bibi bantu bawain..." Ia langsung mengambil tas jinjingku yang padahal masih terbalut di genggaman tangan.

"Mama mana Bi?" Tanya Randi melihat sekeliling rumah seolah sepi.

"Itu di kolam renang sama papanya Den Randi..." Jawabnya sembari menunjuk arah kolam renang yang dimaksud.

"Oh ya Den. Tadi pesan Ibu, kalo Den Randi sudah datang diminta kesana juga. Katanya ada yang mau diobrolin Den, penting...."

"Ya udah aku kesana dulu deh. Sayang, kamu naik ke kamar dulu aja. Aku mau ketemu mama dulu..." Ia pamit kepadaku dan melangkahkan kakinya menuju kolam.

Sementara aku masih disini bersama dengan Bibi yang melihat langkah Randi semakin jauh dan menghilang.

"Non, bibi turut prihatin ya atas penyakit Non. Waktu tau itu, jujur aja bibi shock...." Celetuk Bibi.

"Siapa yang cerita Bi?" Aku sudah tau, tentu saja Airin yang mengumbar semuanya.

"Nyonya, Non. Tadi Nyonya pulang-pulang ngomel jadi ya gak sengaja juga bibi dengar...." Ucapnya dengan mata yang begitu sayu.

"Oh, iya Bi. Emang Nyonya ngomel gimana, Bi?" Aku yang ingin tau semuanya jelas saja langsung minta penjelasan detail dari sumber yang bisa ku percaya disini.

"Bibi gak begitu dengar Non. Maaf....." Seolah menyembunyikan sesuatu dariku yang sudah jelas terbaca dari raut wajahnya. Ia begitu takut melihatku sakit hati jika ia utarakan sejujurnya sikap Airin.

***

"Randi, mama sudah tau semuanya, dan mama rasa kamu sudah gak bisa lagi sama Claire. Apa lagi yang mau kamu harapkan darinya?" Airin menantang Randi.

"Ma, ini hasilnya belum seratus persen keluar. Itu juga baru diduga, belum pasti...." Randi mencoba memberikan penjelasan kepada Mama dan Papanya.

"Ran, kamu tau kan kalo kamu itu anak tunggal mama satu-satunya, penerus tahta dan kekayaan keluarga kita, Ran. Kalo nanti kamu gak punya keturunan gimana?" Roger ikut-ikutan memberikan Randi pandangan untuk melepaskanku.

"Papa kan punya anak satu lagi yang bukan dari Mama...." Randi masih bersikap tenang meskipun dalam dirinya sudah ingin meronta.

"Gak bisa. Kekayaan yang papa kamu dapatkan sekarang ini dari keluarga Mama. Jadi cuma kamu yang bisa dapatkan bersama dengan keturunan kamu....." Bantah Airin

"Kamu bisa kok nikah dengan Natalie, yang sudah jelas bebet bobotnya seperti apa." Tambahnya lagi.

"Ma, bisa gak jangan terus-terusan menyebut nama Natalie? Aku sudah selesai dengan dia tuh dari lama Ma...." Randi mengelak lagi. Ia punya masa lalu yang buruk bersama dengan mantannya itu.

"Kali ini keputusan mama sudah final Ran, mama sudah hubungi pengacara juga untuk perceraian kalian. Mama gak mau ambil risiko tinggi untuk ini..."

"Mas......??"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 28 Fakta Kecelakaan Orang Tua

    Aku memasuki mobil Randi dengan penuh pertanyaan, mengapa tante Sophia menyebutkan tentang kematian orang tuaku, bukankah sudah jelas mereka kecelakaan? "Claire, pakai seatbeltnya. Kamu kenapa bengong gini?" Randi seolah memperhatikanku dari tadi."Eh maaf..." Tanganku langsung mencari sabuk pengaman itu dan langsung ku tancapkan di penutupnya."Kamu mikirin apa? Harusnya kamu senang dong karna kita mau keluar dari rumah sekarang...""Tante Sophia tadi menyebut tentang orang tuaku...." "Astaga Claire, udah ah jangan dipikirin. Lagian kematian orang tua kamu kan juga sudah lama, apalagi yang mau dibahas?" Randi di sisi yang berbeda dariku.Aku diam, mengabaikan komentarnya."Udah pokoknya kamu jangan mikirin apapun. Aku berjuang sejauh ini untuk kamu...." Tambahnya lagi.Ia mulai menancapkan mobil dari balik basement ini menuju gerbang tinggi yang menutupi rumah megahnya. "Den, maaf gak boleh keluar...." Cegah dua orang satpam yang berada di depan gerbang menghentikan laju mobil kam

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 27 Keluar Rumah

    "Cle, kamu mau nurut sama aku gak kali ini?" Randi perlahan mendekatiku yang sedang kalut atas paksaan dan rampasan hidup yang dibuat oleh Airin."Mau apa lagi, Mas? Rasanya semua hal yang aku lakuin juga sia-sia. Mama kamu tetap ingin kita cerai. Dengan kamu narik aku kesini, cuma untuk ngulur waktu aja kan? Karena faktanya yang diinginkan mama kamu tuh tetap saja bukan aku...." Aku coba mewaraskan semua hal yang ada di hadapanku. Rasanya air mata pun sudah gak sanggup lagi menetes."Kali ini aja, sayang. Kamu mohon mohon sama mama buat batalin semua keinginannya. Aku juga bakal ngelakuin hal yang sama....""Mas......" Aku mendongakkan kepalaku, sorotan mata kami saling bertemu."Tolong kali ini aja.. Aku mau mempertahankan kita, Claire, dan aku harap kamu juga punya hasrat yang sama....""Gak ada jaminan hati mama terketuk, Mas. Semuanya bakal sia-sia aja...." Aku sudah sampai di titik nyerahku. Rasanya sekarang jika boleh langsung Randi menalakku, aku langsung menerimanya. Luka bat

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 26 Harus Berpisah?

    "Aku udah gak sanggup Ran setiap hari berhadapan dengan berbagai ucapan dari mama kamu..." Aku terisak nangis, seolah semua hal yang ku lakukan selalu salah di matanya."Ya jangan nyerah dong. Katanya kamu cinta sama aku, umur pernikahan kita juga baru banget Cle. Tolong bertahanlah demi kita..." Randi menurunkan egonya."Gimana bisa" aku bertahan, aku tuh udah gak diterima sama keluarga kamu, dan gak akan mungkin diterima...." "Sejak awal juga kan kamu tau gimana kerasnya mereka. Tapi apa, komitmen kamu di awal kan bakal bisa hadapin mereka apapun yang terjadi, kan?" Randi coba menguatkan hatiku yang sudah terlanjur kecewa dan patah dengan perbuatan kedua orang tuanya. Mereka betul-betul menginjak harga diriku di depan koleganya."Kesehatan mental aku yang terganggu kalo terus ada di rumah ini Ran. Mereka selalu bandingin aku dengan Natalie. Siapa sih memangnya Natalie? Kamu sama sekali gak pernah bahas tentang perempuan itu...""Ya karna gak penting, untuk apa aku bahas, sayang?" R

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 25 Pengakuan di depan Sosialita

    "Aku sudah coba untuk ngobrol dengan mama tapi dia terus menolak apa yang udah aku pertahankan Claire..." "Terus? Kamu nyerah?" Jujur aja aku sudah gak punya tenaga bahkan untuk bicara kepada Randi sedikitpun."Gak, aku gak nyerah. Aku lagi berusaha untuk ambil hati mama buat kamu. Kamu bisa bantu aku juga?" "Bantu yang kaya gimana lagi? Aku harus apalagi supaya dapat hati mama kamu Ran...." "Saranku sih kamu coba berhenti kerja dan full time di rumah supaya sering bagi waktu untuk mama dan papa..." Ucapnya tanpa peduli dengan pertimbangan apapun."Kamu gak salah?" Aku masih coba bertahan untuk tidak mengumbar amarahku di depannya. Aku masih melihat seberapa pantas aku diperjuangkan olehnya."Ya enggak dong sayang. Kita coba satu per satu caranya supaya kamu tuh bisa akrab sama mama. Bisa kan?" "Tapi aku gak tau harus apa kalo di rumah tuh Ran..." Aku mendengus kesal."Ya kamu pasti bisa lah, browsing dulu aja caranya gimana entar di rumah kan tinggal kamu terapin aja. Pasti deh m

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 24 Gugatan Airin

    "Pa, coba bilangin deh sama si Randi anak kesayangan kamu itu..." Airin ngedumel tak henti-hentinya."Papa juga sudah susah bilanginnya, bahkan kamu juga tau dia masih berani nikahin wanita itu padahal aku lagi serangan..." Roger pun ikut dalam obrolan bersama Airin."Lagian, dia mau apalagi sih dari wanita itu? Cantik? Ya masih banyak wanita lain yang jauh lebih cantik. Pinter? Ya kalo dia pinter mah gak mungkin jadi bawahan gitu. Keturunan? Ya mana bisa hasilnya aja udah jelas-jelas dia mandul, gimana bisa punya keturunan. Yang ada nih ya Pa, kalo sampe orang lain tau udah kita bakal kena malu banget seumur hidup..." Airin terus memanas-manasin Roger. Sebab ia tau suaminya akan lebih cepat bertindak jika dikasih sumbu api dulu untuk meledakkan emosinya.Roger wajahnya sudah merah padam, gempalan di tangannya sudah jelas bahwa ia tidak ingin kejadian yang telah disebutin Airin menjadi kenyataan. Terlebih ia paling benci jika direndahkan oleh orang lain. Dia sangat membencinya."Tapi,

  • Malapetaka Cinta Claire   Part 23 Frustasi

    Tatapanku kosong, pikiranku entah campur aduk semuanya. Fokusku tidak lagi tentang orang-orang disekitarku."Claire, kenapa? Randi ada apa?" Tante Alexa yang kian melihat tubuhku terlunglai lemas di kursi roda tak kuasa menahan pertanyaannya pada suamiku.Randi masih mendorong kursi rodaku menggantikan suster. Aku sudah sampai di tepi tempat tidur."Sayang, ayo pindah ke tempat tidur..." Randi pindah posisi disebelahku persis. Aku sama sekali tidak berani menatap wajahnya, jelas saja ekspektasiku mengatakan ia kecewa sebesar-besarnya."Aku bisa sendiri!" Sedikit bentakan dengan penolakan untaian tangan Randi sudah menjadi jawaban atas kegundahanku saat ini.Aku kehilangan semuanya bahkan harapan tetap hidup.****"Randi bisa ngobrol keluar sebentar?" Aku mendengar jelas tante Alexa mengajak Randi untuk membicarakan kondisiku. Aku tidak bergeming, karna saat ini, aku hanya bisa nangis meratapi nasib yang gak tau akan muara kemana.Randi berjalan pelan meninggalkanku, begitu juga tante

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status