Seperti sebelumnya Eldwin mengikuti Aisha dengan jarak yang tidak disadari Aisha, hingga akhirnya dia tiba di rumah.
Aisha membuka pintu dengan kunci di tangannya. Mendorong pintu ke dalam, lalu dirinya menyusul masuk. Pintu segera ditutup kembali.Namun tak sampai dua detik Aisha sudah membuka pintu kembali dengan cepat. Kepalanya melongok ke luar tepat saat motor Eldwin berhenti di depan halaman rumah kosnya. Sesuai dugaannya, motor itu tiba usai dirinya masuk.Pengemudi motor tak membuka kaca helmnya, tapi sepasang mata di balik helm itu saat ini tengah menatap Aisha, kepergok saling bertemu pandang tanpa disengaja.Meskipun tak memperlihatkan wajahnya, Aisha hafal betul pengendara motor itu adalah Eldwin.‘’Eldwin?’ batin Aisha. Saat bibirnya siap memanggil nama itu lebih keras, Eldwin telah membawa motornya pergi meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apa pun.‘Jadi dia mengikuti Aisha diam-diam selama ini?’ batin Anna akhirnya menyadari.Anna masih duduk di ruang kerjanya. Dia ingin fokus dengan pekerjaannya tapi tidak bisa melepaskan diri dari memikirkan Eldwin. Pemuda itu tidak akan muncul selama beberapa hari di restoran, seharusnya tidak ada masalah. Dirinya yang akan menjaga restoran itu seperti sebelumnya. Barusan Eldwin menemuinya dan mengatakan semua itu, padahal sebelumnya ke mana pun dia akan pergi tak pernah mengatakan apa pun, pergi dan pulang sesuka hati. Tapi hari itu dia seakan berpamitan.Anna merasakan sedikit kecemasan, dan satu-satunya cara adalah menemuinya kembali. Pembicaraan singkat itu serasa tidak cukup untuknya.Anna masih bimbang ingin menemuinya sebagai siapa? Aisha atau Anna? Dan seharusnya kehadiran Anna yang bisa membuat Eldwin bahagia dan bersemangat. ‘Tapi tidak, jika aku menemuinya sebagai Anna dia Mungkin akan menjadi lemah dan berat untuk berpisah, mengingat saat ini Eldwin sedang ingin bertemu dengannya.••Malam harinya Aisha pulang. Dari Fariz dia tahu Eldwin sudah pulang s
Aisha memikirkan alasan apa yang tepat untuk bisa menolak permintaan Eldwin, karena jika Eldwin mengetahuinya hari itu sepertinya belum tepat.“Saya sedang berpuasa, jadi saya tidak bisa menemani Anda makan,” jelas Aisha.Eldwin mendesah. Jika itu sudah menjadi Jawaban Aisha dia tidak bisa memaksanya.“Kalau begitu pergilah, aku tidak bisa makan jika ada yang mengawasi.”Aisha tersenyum dibalik cadarnya.“Saya ingin mendengar pendapat Anda tentang masakan saya, apa terlalu asin, manis atau pedas.” Dan dia tetap duduk menunggu di seberang meja di hadapan Eldwin.Eldwin mengabaikannya, kemudian mulai menikmati makanan dengan tenang. Rasanya makanan yang masuk ke mulutnya sama persis dengan masakan buatan Anna. Dia sesekali memandang ke arah Aisha ketika makanan masuk ke mulutnya, dan mendapati bayangan wajah Anna yang duduk di hadapannya, membuatnya bersemangat.Tapi setelah menyadari itu hanya fatamorgana, Eldwin menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikirannya t
Anna ingin sekali beranjak dan pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebagai Aisha yang belum ada ikatan hubungan apa pun dengan Eldwin mengapa harus terlihat marah mendengar perkataan Erika tentang foto itu. Anna berusaha menahan dirinya untuk tetap bertahan di sana.“Jadi kau ingin memerasku dengan foto itu?” tanya Eldwin.“Kau pintar sekali Eldwin, tapi jangan katakan ini sebagian pemerasan, terlalu kasar. Bagaimana kalau kita anggap sebagai barter saja. Kau berikan uangnya dan aku berikan foto-foto ini.”Eldwin memajukan tubuhnya. Matanya yang hitam menatap Erika tajam.“Kau anggap aku bodoh, apa kau pikir aku percaya setelah menerima foto itu lalu kau akan berhenti memerasku. Kau menyimpan filenya, kau bisa memerasku kapan saja.”Erika tersenyum seakan menertawakan.“Mungkin apa yang kau katakan itu bisa saja terjadi, tapi sebentar lagi aku akan menikah dengan pria kaya seperti Roy, aku mungkin tidak akan terburu-buru untuk meminta uang darimu.”Eldwin beranjak berdiri.“Be
Eldwin telah bersiap untuk melangkah menghampiri Erika dan selingkuhannya, tapi mendadak dia merasakan pegangan tangan Aisha di lengannya terlepas. Eldwin menoleh. Memandang Aisha dengan tatapan Dingin.Aisha memalingkan wajah dan tertunduk, lalu mundur satu langkah menjauh.Melihat sikap itu Eldwin merasa ada yang tidak beres. Tapi dia tidak ingin semuanya menjadi berantakan karena sikap Aisha yang plinplan.Eldwin mendekati Aisha kemudian meraih telapak tangannya. Sepasang mata Aisha langsung membulat sempurna. Dia ingin protes tapi tak mampu.Tak berhenti hanya sampai di situ, Aisha kembali merasakan jemari tangan Eldwin menyusup di jari jemarinya yang ramping. Wajah Aisha kini tampak semakin bersemu memerah, wajahnya terasa panas dan jantungnya berdebar begitu cepat.“Jangan berusaha merusak rencana yang sudah tertata. Fokuskan dirimu bagaimana membuat perempuan bergaun merah menyala itu cemburu, kesal, Dan marah.” Eldwin mengingatkan kembali tujuannya
Seperti sebelumnya Eldwin mengikuti Aisha dengan jarak yang tidak disadari Aisha, hingga akhirnya dia tiba di rumah.Aisha membuka pintu dengan kunci di tangannya. Mendorong pintu ke dalam, lalu dirinya menyusul masuk. Pintu segera ditutup kembali. Namun tak sampai dua detik Aisha sudah membuka pintu kembali dengan cepat. Kepalanya melongok ke luar tepat saat motor Eldwin berhenti di depan halaman rumah kosnya. Sesuai dugaannya, motor itu tiba usai dirinya masuk.Pengemudi motor tak membuka kaca helmnya, tapi sepasang mata di balik helm itu saat ini tengah menatap Aisha, kepergok saling bertemu pandang tanpa disengaja.Meskipun tak memperlihatkan wajahnya, Aisha hafal betul pengendara motor itu adalah Eldwin.‘’Eldwin?’ batin Aisha. Saat bibirnya siap memanggil nama itu lebih keras, Eldwin telah membawa motornya pergi meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apa pun. ‘Jadi dia mengikuti Aisha diam-diam selama ini?’ batin Anna akhirnya menyadari.
Aisha meminta Waiters mengambil air mineral untuk Raka. Eldwin masih berdiri dengan tenang memperhatikan keadaan Raka yang memalukan. Dia merasa tak perlu turun tangan untuk memberi pelajaran pada pria itu, dia sudah mendapatkan ganjaran.Aisha dan dua Waiters sibuk membantu Raka. Satu memberikan air minum, satunya membersihkan kemeja Raka yang basah. Sementara Aisha hanya mengarahkan saja.“Sudah, Sudah cukup!” pinta Raka pada dua Waiters. Raut wajahnya tampak sangat kesal. Dia kemudian beranjak dan menatap Aisha yang tengah menahan senyumnya. “Ini benar-benar restoran yang sangat menyebalkan!” ucapnya di hadapan Aisha kemudian berlalu. Saat langkahnya melewati Eldwin dia memandang sekilas pemuda itu cukup sinis lalu pergi meninggalkan restoran dengan perasaan kesal.Situasi kembali normal setelah Raka meninggalkan restoran. Kehadirannya hari itu cukup menyita perhatian banyak pengunjung yang membicarakannya.“Pria tadi itu ganteng, meskipun sedikit angkuh. Kasihan juga dia s