Setelah ditinggal pergi suaminya di malam pertama Anna justru di hujat dan disalahkan sebagai penyebab kepergian suaminya. Pasalnya tidak ada yang tahu persis alasan suaminya meninggalkannya. Anna merahasiakan semuanya untuk melupakan kejadian buruk itu. Entah keberuntungan atau nasib sial Anna Rumaisha harus menikah secara tiba-tiba dengan anak sahabatnya yang usianya tiga tahun lebih muda dari Anna. Eldwin Kusuma Wijaya namanya dan masih kuliah. Kedua orang tua Eldwin meninggal dalam kecelakaan yang kemudian menitipkan Eldwin pada Anna. Selain perbedaan usia dan tak ada rasa cinta, hubungan pernikahan mereka anggap sebagai kontrak. Mereka sepakat dan memutuskan untuk berpisah setelah Eldwin lulus kuliah. Demi kekasihnya, Eldwin berpura-pura mencintai Anna untuk memberikan posisi Erika di restoran. Hingga akhirnya Anna diberhentikan sebagai manajer di restoran tersebut. Lalu bagaimanakah nasib Anna dan hubungannya dengan Eldwin?
Lihat lebih banyakAnna membuka matanya, menatap ke sekeliling dirinya masih berada di dalam kamar.
‘Ada apa denganku? Apa aku pingsan tadi?’ batin Anna ingin menyentuh kepalanya yang terasa pening, tapi dia terkejut dan baru menyadari tangannya diikat pada sisi ranjang. Anna lebih terkejut lagi saat melihat apa yang tengah Raka lakukan di dalam kamar di hadapannya. Raka tidak hanya mengikat tangan Anna, pria itu juga menutup mulutnya dengan lakban hingga Anna tak bisa mengeluarkan suara. Dia tidak bisa berbuat apa-apa menyaksikan apa yang dilakukan Raka di hadapannya dengan tatapan jijik. Anna memejamkan matanya, hatinya menahan sakit. Perbuatan Raka sudah sangat kelewatan dan begitu kejam terhadap dirinya. Anna ingin teriak dan lari, tapi dia tak berdaya. Hampir satu jam Anna menahan sedih dan luka yang tak berdarah malam itu di malam pernikahan yang seharusnya menjadi kebahagiaan untuknya. ‘Apa salahku Mas? mengapa kau lakukan ini padaku?’ Rintih Anna dengan air mata berlinang. Raka mendekatkan wajahnya beberapa waktu kemudian, keringat terlihat jelas di wajah pria itu. “Jangan menangis dan jangan salahkan aku jika melakukan semua ini. Kau yang keterlaluan, kau yang seharusnya mengerti dengan keinginanku. Aku seorang pria tak bisa untuk menahannya lebih lama,” bisik pria itu seperti sembilu. Anna hanya menggelengkan kepalanya dan air mata berderai di wajahnya. “Aku merasa puas hari ini, dan ini untukmu sebagai ganti rugi. Jika aku membutuhkanmu aku akan datang menemuimu.” Setelah melempar segepok uang ke tubuh Anna, Raka pergi meninggalkan kamar itu begitu saja meninggalkan Anna yang tengah menangis sejadi-jadinya, namun tanpa suara melihat tubuh Raka pergi meninggalkannya. Dia tidak rela Raka pergi begitu saja. Anna ingin mengejarnya, ingin memukulnya sampai Anna menendang meja nakas di sampingnya dengan marah hingga berjatuhan apa yang ada di atasnya, menimbulkan suara yang cukup keras. Anna berharap ada yang datang dan segera melepaskan dirinya. Beberapa saat kemudian, muncul Eldwin dari balik pintu. Tatapan remaja itu sangat terkejut melihat keadaan Anna. Anna panik, dia tak berharap pemuda itu yang muncul, tapi dia pun tak bisa mencegah saat pemuda itu masuk dan menghampirinya. Anna tentu saja tak bisa menjawab dengan mulut yang masih tertutup lakban. Dia berharap Eldwin pergi meninggalkan dirinya yang dalam keadaan hanya mengenakan gaun malam cukup tipis. Eldwin terlihat gugup dan canggung melihat hal itu, namun dia pun lekas tanggap dan buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh Anna. Anna baru bisa bernafas lega setelah lakban dilepaskan. Wajah Eldwin begitu dekat saat melepaskan ikatan kedua tangan Anna. Aroma parfum pemuda itu pun tercium jelas di hidung Anna. Situasi itu sempat membuat keduanya gugup saling memalingkan wajah.. “Aku akan meminta bantuan,” ucap Eldwin. Pada saat itu datang Mala dan Wijaya masuk kamar sebelum Eldwin beranjak. “Anna, Eldwin, apa yang terjadi?” Pertanyaan Mala tentu saja disertai rasa kaget. Eldwin dan Anna tak mampu menjawab pertanyaan itu. Eldwin sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, sementara Anna tidak tahu bagaimana memberikan penjelasan. Anna hanya bisa menangis. Mala menghampirinya untuk menenangkan. Melihat tatapan curiga ayah dan ibunya, Eldwin panik dan kebingungan, kedua orang tuanya pasti menyangka dirinya telah berbuat sesuatu pada Anna. “Aku tidak melakukan apa pun Mah, aku datang saat melihat suara keras dari ruangan ini saat.” Eldwin berusaha memberi penjelasan. “Aku hanya bertanya dan bukan menuduhmu. Sekarang kalian berdua keluar, biar mama yang mengurus Anna!” perintah Mala pada suami dan putranya. Kejadian malam itu hanya kepada Mala, Anna menceritakannya. Dan dia meminta sahabatnya itu untuk merahasiakannya pada siapa pun termasuk pada Wijaya dan Eldwin. “Aku akan mengubur kejadian buruk ini untuk selamanya. Jadi jangan pernah sekalipun Mbak menyinggungnya lagi.” Pinta Anna. “Lalu setelah ini apa yang akan kamu lakukan? Aku cemas karena depresi kamu menjadi nekat dan melakukan hal bodoh.” “Aku tidak selemah itu Mbak, aku tentu saja akan menyibukkan diri dengan bekerja kembali.” “Di sini? Di kota ini? Aku yakin kamu tidak akan bisa melupakan kejadian itu, bahkan bisa saja kau dan Raka kembali bertemu.” “Mbak tidak usah khawatir, bagi seorang perempuan luka tetaplah luka, meskipun memaafkan di bibir namun hati yang terluka tidak akan pernah dihapuskan.” “Baiklah. Oh ya setelah hari ini mungkin kami akan kembali ke Jakarta. Jika kamu butuh sesuatu atau ingin bercerita kamu hubungi saja aku, “pesan Mala. “Terima kasih Mbak.” •• Anna berpikir terlalu sederhana, kenyataannya tinggal di kota yang sama dalam bayang-bayang masa lalu tak membuatnya merasa nyaman dan tenang. Seorang gadis yang ditinggal pergi suaminya di malam pernikahan seharusnya adalah pihak yang menjadi korban. Namun rumor yang beredar di lingkungan tempat tinggalnya jauh dari perkiraan Anna. Entah dari mana sumbernya, musibah yang seharusnya menjadikan orang-orang simpati kepada Anna sebagai korban justru berbalik. Orang-orang menuduh Anna sebagai gadis pembawa sial, sehingga suaminya meninggalkannya. Orang-orang menganggap Anna tak mampu memberikan nafkah batin kepada suaminya. “Seorang suami tidak akan meninggalkan istrinya yang cantik jika istrinya tidak menyimpan aib.” “Atau mungkin dia sebenarnya sudah tidak perawan.” “Bisa jadi, atau dia memiliki rahasia yang baru diketahui suaminya jadi saat malam pertama suaminya kabur.” Gunjingan dan sindiran tetangga dekat sangat menyakitkan. Mereka selama ini jelas-jelas mengenal kehidupan Anna dari kecil hingga dewasa. Tapi kini mereka mencurigai dan menuduh, lebih percaya dengan rumor yang tidak jelas dari mana sumbernya. “Biarkan orang berpikir dan berkata buruk Nak, yang penting kamu tidak melakukan seperti apa yang mereka tuduhkan,” kata Aminah dengan suara yang lembut. “Bagaimana ibu masih bisa percaya, bahkan Anna tidak memberikan penjelasan apa pun kepada ibu tentang kejadian malam itu.” “Karena ibu yang merawat dan mendidikmu dari kecil, ibu tahu betul seperti apa dirimu.” “Benar Mbak, jangan dengarkan apa kata orang, kami lebih percaya dengan Mbak Anna.” Anggar, adiknya juga memberikan dukungannya. Anna merasa mendapatkan kekuatan untuk bisa menghadapi rumor itu. Serangan dan kata-kata pedas tidak hanya datang dari tetangga dan kerabat jauh. Keluarga Raka pun mendatangi rumah Anna. Memberikan tuduhan dan menyalahkan Anna dalam kejadian malam itu. “Kami sudah kehilangan banyak uang untuk biaya pernikahan ini, tapi semuanya hancur dalam semalam. Kau sungguh keterlaluan Anna! Seharusnya kau mengatakan dengan jujur sejak awal bahwa sebenarnya kau sudah tidak perawan.” Deg! Anna terkejut, perkataan tuduhan dari wanita yang hampir menjadi ibu mertuanya itu begitu menyakitkan. “Kau tahu Raka sangat sedih dan depresi karena kejadian ini. Dia bahkan pergi entah ke mana dari malam itu sampai hari ini. Dia merasa terhina, dipermalukan dan dibohongi harga dirinya. Jika terjadi sesuatu dengannya kau yang harus bertanggungjawab.” Anna tersenyum getir mendengar perkataan Sissy yang begitu membela putranya. Bagaimana wanita itu bisa menuduhnya seperti itu. Sayangnya Anna lagi-lagi tak bisa membela diri lantaran Aminah segera maju dan mengusir mereka. Mendengar tuduhan Sissy, Aminah yang super sabar itu pun tak bisa menahan amarah, mengusir keluarga Raka begitu saja. Aminah sampai mengambil gagang sapu untuk mengusir semuanya keluar dari rumahnya. “Mereka berbicara seolah mereka bukan wanita dan tidak memiliki anak gadis, berbicara sesuka hati,” gerutu Aminah kesal. Anna mengerti dibalik kemarahan ibunya, wanita itu menyimpan rasa sakit dan luka. Anna merasa bersalah karena tak bisa mengatakan dengan jujur kejadian yang sebenarnya di malam itu. Karena Anna mencemaskan kesehatan ibunya. Pandangan sinis beberapa orang terhadap dirinya juga membuat Anna sulit mendapatkan pekerjaan. Namanya telah tercoreng oleh fitnahan keluarga Raka. Statusnya yang sudah menjanda pun menjadi masalah. Orang-orang selalu menatapnya curiga dan mencemaskan kehadiran Anna yang selalu dianggap sebagai penggoda laki-laki. Beberapa pria di perusahaan menganggapnya wanita murahan yang mudah menjalin hubungan tanpa status. Menawarkan pekerjaan terhadap Anna dengan bayaran tubuhnya. Anna hampir menyerah dengan keadaan itu. Dalam keadaan putus asa, Anna mendapatkan telepon dari Mala. “Aku sudah mendengar semuanya dari Anggar tentang kesulitanmu mendapatkan pekerjaan. Sekarang bersiaplah dan datang ke Jakarta segera. Mungkin di sini aku bisa membantu mendapatkan pekerjaan. Begitu tiba di Jakarta segera beri kabar, aku akan mengirim orang untuk menjemputmu,” kata Mala. Usai mengatakan itu Mala langsung menutup teleponnya, tak memberi kesempatan Anna untuk menolak dan memberikan jawabannya.Eldwin mengepalkan tangannya menahan geram. Dia tidak ingin bertindak gegabah, namun dia merasa semakin yakin ada sesuatu antara ayahnya dan Anna.‘Dasar perempuan penggoda, bagaimana bisa kau mendekati papaku diam-diam seperti ini. Awas saja, aku akan membuat perhitungan denganmu nanti.Setelah berusaha mengontrol emosinya, Eldwin keluar dan menemui mereka.“Pa, teman-teman ingin mengobrol dengan papa.”Anna dan Wijaya menoleh bersamaan dengan kedatangan Eldwin dan seketika mereka saling menjauh. Mereka terlihat gugup, itulah kesan yang ditangkap Eldwin yang batinnya penuh dengan kecurigaan saat itu.“Soal apa tiba-tiba mereka ingin berbicara denganku?” Wijaya bertanya heran.“Tidak tahu Pah, mungkin hanya ingin mengobrol saja.”“Baiklah.”Tanpa banyak bertanya Wijaya berlalu meninggalkan tempat itu, menyisakan Eldwin, dan Anna yang tengah mencuci piring. Anna melanjutkan pekerjaannya tanpa mempedulikan kehadiran Eldwin di ruangan itu.Eldwin berjalan mendekat dan bersandar pada me
Eldwin lebih dulu masuk ke dalam rumah, meninggalkan begitu saja pintu di belakangnya terbuka. Membiarkan Anna yang masih berdiri di depan pintu tanpa berani masuk. Tapi seorang asisten rumah menyadari kedatangan Anna lantas menyapa dan meminta Anna masuk.“Mau bibi buatkan minum atau langsung ke kamar, sepertinya mbak Anna kelihatan lelah.” Meskipun belum saling mengenal, wanita baya itu mengetahui nama Anna. Mungkin Mala sudah memberitahu sebelumnya. “Iya Bi.”“Kalau begitu nanti bibi antarkan tehnya ke kamar.”Rumah Mala cukup besar dan luas, beda jauh dari rumah milik Anna di kampung. Namun tampaknya rumah itu terasa begitu lengang. Karena rumah besar itu hanya dihuni beberapa orang saja. Anna tak henti mengagumi rumah besar itu, juga mengagumi kamarnya yang cukup luas di lantai dua. Anna berpikir cukup lama, haruskah dia merapikan pakaian miliknya di lemari? Sedangkan dia mungkin tidak akan tinggal di rumah itu begitu dirinya mendapatkan pekerjaan. Akhirnya Anna memutuskan memb
“Jaga dirimu, semoga sukses dan kau menemukan pria terbaik yang akan menjadi pendamping hidupmu nanti.” Mendengar doa Aminah, Anna sempat merasa ragu, namun dia mengaminkan doa itu karena baginya doa ibu adalah yang terbaik. Sebelum naik pesawat, Anna mengirimkan pesan kepada Mala tentang keberangkatannya dari Bandara Internasional Yogyakarta. Sehingga saat tiba di Jakarta orang yang akan menjemput dirinya tidak akan menunggunya terlalu lama. ••• Satu jam lima belas menit, Anna tiba di bandara Sukarno-Hatta. Suasana sudah terasa berbeda begitu Anna turun dari pesawat dan menginjakkan kakinya di pintu keluar. Entah dari mana dia merasakannya namun Jakarta memang terasa berbeda. Mungkin karena ini pertama kalinya Anna menginjakkan kakinya di sana. Sebelumnya dia hanya melihat dan mendengarnya dari berita dan pengalaman beberapa teman serta tetangganya. Dan sayangnya lebih banyak hal negatif yang dia tangkap dari cerita yang beredar. Anna membawa langkah menuju area penjempu
Anna membuka matanya, menatap ke sekeliling dirinya masih berada di dalam kamar.‘Ada apa denganku? Apa aku pingsan tadi?’ batin Anna ingin menyentuh kepalanya yang terasa pening, tapi dia terkejut dan baru menyadari tangannya diikat pada sisi ranjang. Anna lebih terkejut lagi saat melihat apa yang tengah Raka lakukan di dalam kamar di hadapannya.Raka tidak hanya mengikat tangan Anna, pria itu juga menutup mulutnya dengan lakban hingga Anna tak bisa mengeluarkan suara. Dia tidak bisa berbuat apa-apa menyaksikan apa yang dilakukan Raka di hadapannya dengan tatapan jijik.Anna memejamkan matanya, hatinya menahan sakit. Perbuatan Raka sudah sangat kelewatan dan begitu kejam terhadap dirinya. Anna ingin teriak dan lari, tapi dia tak berdaya. Hampir satu jam Anna menahan sedih dan luka yang tak berdarah malam itu di malam pernikahan yang seharusnya menjadi kebahagiaan untuknya. ‘Apa salahku Mas? mengapa kau lakukan ini padaku?’ Rintih Anna dengan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen