Share

Tangisan Mantan~

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2023-01-12 11:34:56

Tengah malam, Sandi yang tidak bisa tidur memutuskan untuk bangkit dari ranjang dan keluar kamar. Memikirkan tentang Almira membuat lelaki itu terus merasa bersalah lantaran hingga detik ini dia masih belum menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Bahkan, di detik dia hampir melakukannya, bayangan masa lalu tiba-tiba muncul dan membuatnya mengurungkan niat tersebut.

Bukannya Sandi tidak tahu dan tidak ingin tahu dengan kekecewaan Almira pada saat dia memilih mundur untuk tidak melanjutkannya. Sandi bisa melihat dengan jelas sorot mata Almira yang memancarkan banyak sekali luka.

"Maafin aku, Al. Maaf ..." Sandi meraup kasar wajahnya dengan perasaan bersalah yang kian bertambah. Dia menekan tombol lift, kemudian masuk saat pintunya terbuka.

Di dalam lift Sandi terus saja melamun hingga pintu itu kembali terbuka dia pun langsung keluar dari sana. Dia berjalan menuju bar yang kebetulan tersedia di Hotel tersebut. Begitu masuk, Sandi memilih duduk di depan bartender yang sedang sibuk meracik minuman untuk tamu di sampingnya.

Suasana di bar tidak terlalu ramai. Tenang dan hanya terdengar suara musik yang mengalun pelan. Sandi sampai terbawa suasana lantaran lagu yang diputar seakan mewakili perasaannya saat ini.

"Mau pesan minum apa?" Suara bartender membuyarkan lamunan Sandi.

Terhenyak sesaat lantas Sandi menjawab, "Saya pesan cocktail saja."

Bartender itu mengangguk, lalu mulai membuatkan pesanan tamunya. Mata Sandi sama sekali tidak berhenti memandang gesitnya gerakan tangan sang bartender itu. Dia yang tidak menyadari jika sejak tadi ada yang memerhatikan dari jauh seketika terkejut dengan suara seorang wanita yang memanggilnya.

"Mas Sandi!"

Sandi sontak menoleh ke arah sumber suara yang tidak asing di telinganya. Suara dari seseorang yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun yang lalu.

"Sandra?" Dia terpaku sejenak, memandang perempuan bernama Sandra sedang berjalan menghampiri dirinya.

"Mas, lagi apa?" Sandra bertanya begitu mendekat, dia terlihat biasa saja seperti tidak pernah ada apa pun diantara dia dan Sandi.

"Mas lagi nongkrong aja. Enggak bisa tidur." Sandi berusaha menjawab senormal mungkin, meski ada sesuatu di dalam sana tengah menertawainya.

Sandra Paramitha itulah nama panjang perempuan cantik yang kini ada di depan matanya. Sepertinya takdir memang sengaja mempermainkan dirinya. Memaksanya untuk berada dalam situasi sialan ini. Sandi tak pernah membayangkan sebelumnya, jika dia harus kembali dipertemukan dengan masa lalunya dengan status berbeda.

"Boleh gabung?" Pertanyaan Sandra tentu tidak dapat ditolak Sandi. Lelaki itu mengangguk dan tersenyum. "Makasih." Sandra menarik stoolbar lantas mendudukinya.

"Mau pesan minuman?" tawar Sandi sekadar berbasa-basi sebab dia tidak ingin keadaan ini menjadi canggung. Mengingat akan statusnya yang sebagai sepupu dari suami Sandra.

"Aku pesen jus aja."

"Jus jeruk?" Sandi langsung menebaknya dan itu sukses membuat Sandra tersenyum kikuk.

'Oh, shit! Kenapa aku harus ngomong gitu?' rutuk Sandi dalam hati.

Sandra menanggapinya dengan santai. "Masih inget ternyata kamu, Mas?" Akan tetapi pertanyaannya itu justru membuat Sandi jadi serba salah.

Berdeham sekilas dan meraih gelas yang baru saja disodorkan ke mejanya. Sandi menenggak minuman asam itu perlahan namun tetap berusaha tenang. "Kebetulan aja aku inget. Enggak ada salahnya 'kan?" jawabnya setelah meletakkan gelas yang isinya tersisa separuh itu.

Sandi tidak berani menatap Sandra yang kini menatapnya. "Kamu kenapa turun ke sini? Apa suamimu enggak nyariin kamu nanti?" Ah, mulut sialan! Kenapa juga dia bertanya demikian? ck!

"Aku enggak bisa tidur. Kepalaku agak pusing," jawab Sandra yang lantas memutar stoolbar yang dia duduki mengarah ke depan bartender yang menyodorkan segelas jus jeruk. "Tadinya aku mau cari obat. Eh, malah enggak sengaja liat kamu." Sandra mengangkat gelas itu, lalu menempelkan bibirnya pada pinggiran gelas.

Sandi menoleh dan tak sengaja memindai Sandra yang sedang menyesap jus jeruk tersebut dengan anggun. Masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah pada wanita ini. Mungkin hanya status mereka yang berbeda. Sandra telah menikah dengan kakak sepupu Almira.

Bola mata Sandi terus bergulir mengikuti pergerakan tangan Sandra yang saat ini menyelipkan rambut bergelombangnya ke telinga. "Sekarang masih sakit? Kalo masih, mau aku carikan obat?" Entah sadar atau tidak, Sandi malah menawarkan diri.

Sandra terkekeh kemudian menyahut, "Enggak usah. Kayaknya udah mendingan setelah aku minum jus ini." Dia tersenyum kepada Sandi. Berusaha untuk bersikap biasa saja, kendati rasa gugup mendadak muncul karena tawaran Sandi barusan.

"Baiklah. Kalau udah sembuh." Sandi menatap lurus ke depan lagi, dia mengangkat gelas lalu menghabiskan cocktail yang masih tersisa separuh. Dia berniat untuk segera pergi dari tempat ini sebab dia mulai menyadari jika terus-terusan bersama Sandra maka akan berakhir tidak baik.

Kemudian Sandi berdiri dan merogoh saku celananya untuk mengambil dompet. Dia mengeluarkan dua lembar ratusan ribu dan meletakkannya di meja.

"Aku duluan, ya, San. Jusnya udah aku bayar sekalian," pamit Sandi setelah memasukkan kembali dompetnya.

Raut wajah Sandra berubah ketika Sandi berpamitan padanya. "Aku juga udah selesai, kok, Mas." Dia berdiri dari tempatnya lalu tiba-tiba bertanya, "Naik bareng, ya, Mas? Boleh 'kan?"

Sandi jelas termangu, namun menolaknya pun dia tak sampai hati. "Boleh. Ayo." Dia mempersilakan Sandra untuk berjalan terlebih dahulu.

Keduanya keluar dari bar bersamaan, berjalan beriringan menuju lift. Sandi bingung harus mengobrol apa. Situasi ini sangat-sangat memojokkan dirinya. Pun demikian Sandra yang memilih untuk diam hingga pintu lift terbuka.

Lagi-lagi Sandi mempersilakan Sandra untuk masuk terlebih dahulu. "Ladies first."

Sandra tersenyum, lalu masuk ke lift diikuti Sandi yang berada di belakangnya dan langsung menekan tombol angka 5. Kamar Sandi terletak di lantai lima di gedung ini, begitu pun Sandra. Sejurus kemudian pintu lift tertutup dan membawa mereka naik.

Sandi dan Sandra berdiri bersisian tanpa membuka suara, sehingga menciptakan keheningan diantara keduanya. Namun, sepertinya itu tak berlangsung lama saat Sandra memutuskan untuk berkata,

"Maaf, Mas. Maafin sifatku yang dulu. Aku beneran nyesel karena selama kita bersama, aku enggak pernah mau ngerti dan memahami perasaan kamu." Sandra terisak dan itu sukses menarik perhatian Sandi yang sebenarnya tidak berniat membahas masa lalu.

Tanpa menatap satu sama lain, Sandi pun menyahuti, "Udahlah. Kita enggak perlu bahas masa lalu. Toh, sekarang kita udah bahagia dengan pasangan kita masing-masing." Sandi dapat melihat Sandra yang terus menundukkan kepala dari dinding lift.

Sandra malah semakin terisak. Suara tangisannya menggema di ruangan berjalan itu.

"Mungkin Mas pikir aku bahagia selama ini. Setelah kita berpisah aku justru tersiksa dengan penyesalanku sendiri. Aku bahkan hampir frustrasi saat itu karena keputusanku yang memilih mengakhiri hubungan kita secara sepihak."

deg!

Kepala Sandi sontak menoleh ke arah Sandra. "Ma-maksud kamu?" Dia bertanya hanya ingin memperjelas saja.

Sandra pun mengangkat pandangannya lalu menoleh pada Sandi dengan wajah bersimbah air mata. "Iya, Mas. Tiga tahun ini aku tersiksa dalam penyesalan. Aku sadar kalau ternyata aku enggak bisa hidup tanpa kamu, Mas Sandi. Aku enggak bisa."

Kemudian dengan cepat Sandra menghambur  ke pelukan Sandi. Dia tergugu di dada bidang lelaki itu dengan tangisan yang terdengar memilukan. Sandi membeku tak tahu harus berbuat apa, tetapi secara naluriah tangannya terangkat perlahan untuk dia letakkan di punggung Sandra.

"Sudahlah. Kamu jangan nangis lagi. Sudah." Sandi menepuk-nepuk punggung Sandra berusaha meredakan tangisan mantan kekasihnya.

###

bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bahagia sesungguhnya~

    —Tuhan itu Maha Adil. Tuhan itu Maha Penyayang—***Setelah melalui serangkaian panjang acara ijab qobul yang dilanjutkan dengan resepsi, kini waktunya untuk semua orang beristirahat. Pernikahan yang digelar cukup sederhana itu dilangsungkan di rumah orang tua Almira. "Aaqil sama Aleena bobok sama suster dulu, ya, malam ini." Mama Rini berkata pada kedua cucunya. Perempuan paruh baya itu juga menganggap Aleena seperti cucunya sendiri. "Kenapa bobok sama Suster, Eyang?" Aleena berceloteh sambil mengunyah. "Iya, Eyang. Kenapa bobok sama suster? Aaqil sama Aleena mau bobok sama Ibu." Aaqil menimpali, melirik sang ibu yang duduk di seberang sofa. "Gak apa-apa 'kan, Bu?" Bocah laki-laki itu lalu berlari menghampiri Almira dan langsung duduk di pangkuan. Almira tentu kebingungan untuk menjawabnya. "Hmm ... Ibu ..." Maniknya melirik Erland yang kebetulan ada di samping papanya. Erland paham dengan situasi sekarang dan langsung tanggap menimpali. "Aaqil sama Aleena kalau mau bobok sama Ib

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Mimpi yang menjadi nyata~

    "Menikah?" Mama Rini nyaris melotot setelah mendengar penuturan Erland barusan. Dia tidak menyangka jika pemuda yang dia kenal sebagai sahabat putrinya itu, ternyata memiliki niat yang sangat baik. Berbeda dengan Mama Rini yang sedikit terkejut, Pak Kusuma justru terlihat tenang dan tak banyak berkomentar. Beliau hanya menghela napas sambil menelisik sepasang manik Erland yang memancarkan ketulusan. Selama ini Pak Kusuma juga diam-diam sudah mengamati sikap dan perilaku sahabat anaknya itu. Kedekatan antara Erland dan Almira memang terlihat sangat tulus. Apalagi, Aaqil yang sepertinya sudah sangat merasa nyaman dengan pemuda sederhana itu. Pak Kusuma cukup salut dengan gaya hidup Erland yang tak pernah menunjukkan siapa dia sebenarnya. Erland tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Tante. Saya harap Tante mau mendukung niat saya ini." "Apa Mira udah tau?" tanya Mama Rini.Erland menggeleng. "Saya belum bicara sama Almira, Tante. Saya memutuskan untuk meminta persetujuan Tante lebih dul

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bonus chapter-1

    "Ibu ...."Seorang bocah laki-laki yang sangat tampan berlarian ketika baru saja masuk ke dalam rumahnya. Bocah laki-laki berusia empat tahun itu langsung mencari keberadaan sang ibu. Merasa terpanggil, perempuan berpakaian syar'i yang berada di kamarnya itu pun bergegas menemui sang anak. Perempuan yang sejak empat tahun lalu memutuskan untuk berhijrah dan meninggalkan karier cemerlangnya. "Assalamualaikum ...." ucap Almira saat berpapasan dengan putranya. "Wa'alaikumsalam ...." Sang anak menjawab sambil memasang raut tak berdosa serta senyum yang menggemaskan. "Maaf Ibu, Aaqil lupa ucap salam," cicitnya sambil menarik kedua telinganya sendiri. Melihat tingkah lucu anaknya, Almira tentu urung marah. "Kenapa Aaqil lupa terus, ya? Padahal ibu udah sering loh ingetin Aaqil." Tangan Almira meraih tangan kecil putra satu-satunya yang dia beri nama Aaqil Umais, lalu mengajaknya ke dapur. "Aaqil juga gak tau, ibu. Kenapa Aaqil sering lupa. Lain kali, Aaqil gak bakalan lupa, kok .... Se

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Menjadi sosok yang baru~

    Dua bulan berlalu semenjak kejadian mempermalukan Sandi dan Sandra, hidup Almira menjadi lebih tenang. Pasalnya, dia tak lagi harus berpura-pura menjadi istri yang bahagia di hadapan kedua orang tuanya dan mertuanya. Semenjak itu pula, Almira mencoba lebih tegar lagi demi calon buah hati yang sebentar lagi lahir ke dunia. Diperkirakan, Almira akan melahirkan Minggu depan. Segala persiapan pun telah dia lakukan. Namun, ada satu hal yang harus Almira selesaikan terlebih dahulu sebelum dia benar-benar bebas dari pernikahan toxic yang selama bertahun-tahun dia jalani bersama Sandi. Dengan bantuan pengacara, perceraian Almira akhirnya diproses secara kilat. Meskipun dia tengah berbadan dua, Almira tetap meneruskan niatnya tersebut. Dan pada hari ini adalah hari di mana Almira akan melepas statusnya sebagai istri dari Sandi Himawan. Sidang perceraiannya akan dilaksanakan di pengadilan negeri dan akan dihadiri oleh kedua belah pihak. Semuanya akan benar-benar berakhir...tok! tok!"Al, kam

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Dipermalukan!

    Almira membeku di tempatnya, tepat saat sang ibu mertua beranjak dari duduknya untuk menghampiri Sandi dan Sandra yang baru saja hendak memilih tempat duduk. Perempuan itu masih tak percaya jika Mama Laila akan memergoki secara langsung kelakuan anak laki-lakinya. "Sandi!" Mama Laila menyebut nama sang anak dengan nada cukup tinggi. Seketika dia menjadi pusat perhatian para pengunjung di sana. Semua mata tertuju pada ibu mertua Almira itu. "Mama?" Sandi urung menarik kursi, sebab keterkejutannya yang melihat sang ibu sedang berdiri di hadapan. Apalagi cara menatap Mama Laila yang nampak marah. Kenapa tiba-tiba dia bisa bertemu sang ibu di tempat ini? pikir Sandi. Pun sama halnya dengan Sandra, yang terpaku di tempatnya dengan raut pucat pasi. Perut buncitnya dia usap sekilas seraya melirik Sandi yang tak bergeming di sampingnya. Mama Laila maju selangkah, mendekati Sandi. Keberadaan Sandra di sampingnya membuat perempuan paruh baya itu memasang raut sinis. "Apa-apaan ini, Sandi?

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Kepergok!

    "Mira!" Langkah Almira sontak berhenti, saat seseorang memanggil dan menyentuh pundaknya. Dia menoleh ke belakang. "Mama?" Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum kepada menantunya. "Tuh, kan ... Mama gak salah orang. Ternyata beneran kamu, Mira." Almira memeluk Mama mertuanya yang terkenal baik dan sayang padanya. "Ya Allah, Ma. Kok, bisa ketemu di sini, sih ...." Mama Laila membalas dengan hangat pelukan Almira. "Namanya juga udah diatur sama yang di atas, ucapnya sambil mengurai pelukan, dan mengusap perut buncit istri anaknya itu. "kamu ke sini sama siapa, Mir? Sama Sandi, ya?" Pertanyaan mama Laila membuat Almira berpikir keras. Apa tidak masalah—jika dia mengatakan bahwa dirinya pergi ke tempat ini bersama Erland? "Hmm ... Mira ke sini sama—" Tiba-tiba ponsel Almira berdering, kemudian dia buru-buru mengambilnya dari tas selempang bawaannya. "bentar, Ma." Mama Laila mengangguk, menunggu Almira menjawab panggilan telepon tersebut. Nama yang tertera di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status