Share

Urung menyentuh ~

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-12 11:28:27

Hampir tengah malam pesta anniversary yang digelar secara besar-besaran itu pun akhirnya usai. Satu persatu para tamu undangan pergi meninggalkan ballroom Hotel Shangrila, terkecuali pihak keluarga inti dari kedua pasangan tersebut.

Almira sengaja mempersiapkan kamar untuk orang terdekatnya dan sanak saudara yang datang jauh-jauh dari luar kota. Termaksud dari pihak keluarga bude Kinanti dan kedua anaknya. Jarang-jarang mereka bisa menghabiskan waktu bersama dalam kurun waktu yang lama. Oleh karena itu, Almira ingin meminta mereka semua supaya mau menginap semalam saja di Hotel.

Permintaan Almira tentu tidak dapat ditolak. Apalagi permintaan tersebut diminta dengan sangat tulus. Keluarga besar dari dua belah pihak menempati kamar yang telah dipersiapkan khusus. Tak terkecuali Danu dan istrinya Sandra. Untuk pasangan pengantin baru itu, Almira menyiapkan kamar khusus yaitu honey moon suite room.

Sementara dia sendiri menempati kamar VVIP dengan fasilitas yang mewah dan lengkap. Semua itu tentu tanpa sepengetahuan Sandi—suaminya.

Lelaki itu tak menduga bila Almira mempersiapkan semuanya dengan begitu detail dan perencanaan penuh. Dari mulai baju sampai menyewa kamar Hotel, Sandi tak tahu menahu lantaran kesibukannya yang cukup padat. Almira melakukannya dengan sangat sempurna dengan bantuan pihak W.O dan para asistennya.

Di dalam kamar mewah ini Sandi baru saja selesai membersihkan diri, mandi air hangat cukup merilekskan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan pegal. Sementara Almira tengah memanjakan tubuhnya dengan berendam di bak mandi setelah Sandi selesai dengan urusannya.

Sebagai seorang yang super sibuk Sandi selalu mengecek pekerjaannya melalui I-Pad, benda pipih yang tak pernah dia lupakan. Tanggung jawabnya begitu besar pada perusahaan sang ayah. Sandi hampir tidak ada waktu untuk beristirahat meski sekejap. Karena saking sibuknya Sandi hampir tidak menyadari jika Almira sudah selesai mandi, dan saat ini tengah duduk di sampingnya.

"Mas." Almira memanggil suaminya dengan suaranya yang lembut hingga Sandi mengalihkan pandangannya dari layar I-Pad.

"Ya?"

Untuk sejenak Sandi tertegun memandang penampilan Almira yang sedikit berbeda. Secara tidak sadar dia bahkan menelan ludahnya susah payah. Almira terlihat sangat cantik dengan balutan gaun malam yang cukup seksi dan menggoda.

Bibir ranum Almira tampak sangat menggoda Sandi. Meski tidak dipoles dengan apa pun, warna alami bibir Almira terkesan seperti polesan. Bentuk bibir Almira begitu sensual dan penuh. Sebagai model tubuhnya juga sangat terawat dan bersih. Mulus tanpa celah. Warna kulit yang khas orang Jawa semakin menambah kesan manis.

Tiga tahun tinggal dalam satu atap, Sandi baru menyadari jika selama ini dia sama sekali belum menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Meski tidur satu ranjang, tetapi dia belum bisa memberikan semua yang menjadi hak Almira.

Sandi dan Almira saling menatap cukup lama. Sebelum akhirnya lelaki bertubuh gagah itu menyadarkan diri dan memutus tatapannya. Membuang pandangannya ke arah lain.

"Ekhm!" Guna menghalau rasa gugup Sandi berdeham cukup keras. Lalu setelah itu dia pun bertanya, "Ada apa?"

Almira yang masih menetralkan degup jantungnya sontak termangu dengan pertanyaan Sandi.

"Hah?"

"Kamu mau ngomong apa tadi?" ucap Sandi mengulangi pertanyaannya seraya meletakkan I-Pad ke atas nakas. Kemudian memindai wajah Almira yang memerah.

"Oh," Almira segera mengambil sesuatu dari dalam laci. "Ini. Aku cuma mau kasih ini." Menyodorkan sebuah amplop berwarna putih.

Kening Sandi mengernyit. "Apa ini, Al?" tanyanya seraya mengambil amplop tersebut dari tangan Almira.

"Mas buka aja."

Dengan penuh tanda tanya Sandi pun membuka amplop tersebut. "Ini? Tiket bulan madu?"

"Iya."

Sontak Sandi menatap Almira dengan kerutan yang semakin kentara. "Bulan madu? Untuk siapa?"

Astaga, suaminya ini benar-benar tidak peka sama sekali. Almira gemas dibuatnya.

"Untuk kitalah, Mas. Memangnya untuk siapa lagi?" seru Almira pura-pura kesal.

Mengerjap pelan sambil berujar dalam hati, Sandi mencerna penuturan sang istri.

'Bulan madu? Kita? Maksudnya aku sama Almira?'

"Mas."

"Hem, ya?" Sandi tercenung sebelum kemudian bertanya, "Kamu pengen banget, ya, kita bulan madu?"

Almira mengangguk antusias. "Pengen." Bibirnya menyeringai. Senyuman yang sangat manis sekali.

'Mungkin ini waktunya, aku dan Almira mencoba. Aku enggak mau nyakitin Almira lebih lama lagi. Selama ini dia terlalu baik.' Sandi membatin—menimbang-nimbang keputusannya.

Menurutnya tak ada salahnya untuk mencoba. Toh, mereka belum pernah pergi berbulan madu selama ini. Sandi tak ingin menambah beban dosanya kepada Almira. Bertahun-tahun tak memberinya nafkah batin.

"Baiklah. Kita akan pergi bulan madu. Kamu senang, Al?" ucap Sandi sekaligus bertanya.

Reflek Almira  memeluk Sandi.

"Aku seneng, Mas. Seneng banget," ujarnya yang tidak sadar dengan apa yang dilakukan.

Tubuh Sandi menegang dan terasa kaku. Dipeluk spontan oleh Almira menyulut getaran di relung hatinya yang selama ini rindu sentuhan seorang wanita. Sebisa mungkin Sandi membalas pelukan itu, tentu dengan degup jantung yang menggila.

Entahlah.

Hampir tiga tahun mereka sering berpelukan seperti ini, namun tak pernah sekali pun berhasil menggetarkan hati Sandi. Kali ini rasanya sungguh berbeda. Pelukan Almira terasa jauh lebih hangat dari sebelumnya.

Untuk sesaat keduanya terlena dalam pelukan. Memahami setiap debaran yang mulai mengusik ketenangan jiwa. Namun, ketika Sandi ingin berbuat lebih atau ingin melakukan hal lain, tiba-tiba bayangan wajah Sandra berkelebat di pelupuk matanya. Sontak niat itu pun dia urungkan. Sandi memilih mengecup puncak kepala Almira saja dan itu sukses membawa istrinya pada rasa kecewa yang lebih mendalam.

'Kenapa, Mas? Kenapa kamu enggak pernah mau menyentuhku? Apa karena wanita itu?' Batin Almira nelangsa.

###

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
laki2 somplak tega nya kmu..dosa tau ga.kasian mira thor jahat kmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bahagia sesungguhnya~

    —Tuhan itu Maha Adil. Tuhan itu Maha Penyayang—***Setelah melalui serangkaian panjang acara ijab qobul yang dilanjutkan dengan resepsi, kini waktunya untuk semua orang beristirahat. Pernikahan yang digelar cukup sederhana itu dilangsungkan di rumah orang tua Almira. "Aaqil sama Aleena bobok sama suster dulu, ya, malam ini." Mama Rini berkata pada kedua cucunya. Perempuan paruh baya itu juga menganggap Aleena seperti cucunya sendiri. "Kenapa bobok sama Suster, Eyang?" Aleena berceloteh sambil mengunyah. "Iya, Eyang. Kenapa bobok sama suster? Aaqil sama Aleena mau bobok sama Ibu." Aaqil menimpali, melirik sang ibu yang duduk di seberang sofa. "Gak apa-apa 'kan, Bu?" Bocah laki-laki itu lalu berlari menghampiri Almira dan langsung duduk di pangkuan. Almira tentu kebingungan untuk menjawabnya. "Hmm ... Ibu ..." Maniknya melirik Erland yang kebetulan ada di samping papanya. Erland paham dengan situasi sekarang dan langsung tanggap menimpali. "Aaqil sama Aleena kalau mau bobok sama Ib

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Mimpi yang menjadi nyata~

    "Menikah?" Mama Rini nyaris melotot setelah mendengar penuturan Erland barusan. Dia tidak menyangka jika pemuda yang dia kenal sebagai sahabat putrinya itu, ternyata memiliki niat yang sangat baik. Berbeda dengan Mama Rini yang sedikit terkejut, Pak Kusuma justru terlihat tenang dan tak banyak berkomentar. Beliau hanya menghela napas sambil menelisik sepasang manik Erland yang memancarkan ketulusan. Selama ini Pak Kusuma juga diam-diam sudah mengamati sikap dan perilaku sahabat anaknya itu. Kedekatan antara Erland dan Almira memang terlihat sangat tulus. Apalagi, Aaqil yang sepertinya sudah sangat merasa nyaman dengan pemuda sederhana itu. Pak Kusuma cukup salut dengan gaya hidup Erland yang tak pernah menunjukkan siapa dia sebenarnya. Erland tersenyum, lalu mengangguk. "Iya, Tante. Saya harap Tante mau mendukung niat saya ini." "Apa Mira udah tau?" tanya Mama Rini.Erland menggeleng. "Saya belum bicara sama Almira, Tante. Saya memutuskan untuk meminta persetujuan Tante lebih dul

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Bonus chapter-1

    "Ibu ...."Seorang bocah laki-laki yang sangat tampan berlarian ketika baru saja masuk ke dalam rumahnya. Bocah laki-laki berusia empat tahun itu langsung mencari keberadaan sang ibu. Merasa terpanggil, perempuan berpakaian syar'i yang berada di kamarnya itu pun bergegas menemui sang anak. Perempuan yang sejak empat tahun lalu memutuskan untuk berhijrah dan meninggalkan karier cemerlangnya. "Assalamualaikum ...." ucap Almira saat berpapasan dengan putranya. "Wa'alaikumsalam ...." Sang anak menjawab sambil memasang raut tak berdosa serta senyum yang menggemaskan. "Maaf Ibu, Aaqil lupa ucap salam," cicitnya sambil menarik kedua telinganya sendiri. Melihat tingkah lucu anaknya, Almira tentu urung marah. "Kenapa Aaqil lupa terus, ya? Padahal ibu udah sering loh ingetin Aaqil." Tangan Almira meraih tangan kecil putra satu-satunya yang dia beri nama Aaqil Umais, lalu mengajaknya ke dapur. "Aaqil juga gak tau, ibu. Kenapa Aaqil sering lupa. Lain kali, Aaqil gak bakalan lupa, kok .... Se

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Menjadi sosok yang baru~

    Dua bulan berlalu semenjak kejadian mempermalukan Sandi dan Sandra, hidup Almira menjadi lebih tenang. Pasalnya, dia tak lagi harus berpura-pura menjadi istri yang bahagia di hadapan kedua orang tuanya dan mertuanya. Semenjak itu pula, Almira mencoba lebih tegar lagi demi calon buah hati yang sebentar lagi lahir ke dunia. Diperkirakan, Almira akan melahirkan Minggu depan. Segala persiapan pun telah dia lakukan. Namun, ada satu hal yang harus Almira selesaikan terlebih dahulu sebelum dia benar-benar bebas dari pernikahan toxic yang selama bertahun-tahun dia jalani bersama Sandi. Dengan bantuan pengacara, perceraian Almira akhirnya diproses secara kilat. Meskipun dia tengah berbadan dua, Almira tetap meneruskan niatnya tersebut. Dan pada hari ini adalah hari di mana Almira akan melepas statusnya sebagai istri dari Sandi Himawan. Sidang perceraiannya akan dilaksanakan di pengadilan negeri dan akan dihadiri oleh kedua belah pihak. Semuanya akan benar-benar berakhir...tok! tok!"Al, kam

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Dipermalukan!

    Almira membeku di tempatnya, tepat saat sang ibu mertua beranjak dari duduknya untuk menghampiri Sandi dan Sandra yang baru saja hendak memilih tempat duduk. Perempuan itu masih tak percaya jika Mama Laila akan memergoki secara langsung kelakuan anak laki-lakinya. "Sandi!" Mama Laila menyebut nama sang anak dengan nada cukup tinggi. Seketika dia menjadi pusat perhatian para pengunjung di sana. Semua mata tertuju pada ibu mertua Almira itu. "Mama?" Sandi urung menarik kursi, sebab keterkejutannya yang melihat sang ibu sedang berdiri di hadapan. Apalagi cara menatap Mama Laila yang nampak marah. Kenapa tiba-tiba dia bisa bertemu sang ibu di tempat ini? pikir Sandi. Pun sama halnya dengan Sandra, yang terpaku di tempatnya dengan raut pucat pasi. Perut buncitnya dia usap sekilas seraya melirik Sandi yang tak bergeming di sampingnya. Mama Laila maju selangkah, mendekati Sandi. Keberadaan Sandra di sampingnya membuat perempuan paruh baya itu memasang raut sinis. "Apa-apaan ini, Sandi?

  • Mantan Datang, Suamiku Tak Pulang   Kepergok!

    "Mira!" Langkah Almira sontak berhenti, saat seseorang memanggil dan menyentuh pundaknya. Dia menoleh ke belakang. "Mama?" Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum kepada menantunya. "Tuh, kan ... Mama gak salah orang. Ternyata beneran kamu, Mira." Almira memeluk Mama mertuanya yang terkenal baik dan sayang padanya. "Ya Allah, Ma. Kok, bisa ketemu di sini, sih ...." Mama Laila membalas dengan hangat pelukan Almira. "Namanya juga udah diatur sama yang di atas, ucapnya sambil mengurai pelukan, dan mengusap perut buncit istri anaknya itu. "kamu ke sini sama siapa, Mir? Sama Sandi, ya?" Pertanyaan mama Laila membuat Almira berpikir keras. Apa tidak masalah—jika dia mengatakan bahwa dirinya pergi ke tempat ini bersama Erland? "Hmm ... Mira ke sini sama—" Tiba-tiba ponsel Almira berdering, kemudian dia buru-buru mengambilnya dari tas selempang bawaannya. "bentar, Ma." Mama Laila mengangguk, menunggu Almira menjawab panggilan telepon tersebut. Nama yang tertera di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status