"Tidaak, Salsa kau harus bangun lihatlah putrimu cantik sekali." Adrian menangis mengguncang tubuh Salsa. Bagaimanapun wanita itu pernah mengisi hidupnya. Ia juga telah mempertaruhkan nyawa untuk kelahiran bayinya."Salsa... aku tahu, kau pasti hanya pingsan saja. Kau paling pintar bersandiwara, lihatlah... kau belum memberi ASI eksklusif untuk bayimu kenapa kau tega meninggalkannya," tangis Adrian.Adelia kasihan melihat nasib Adrian dan bayinya. Apakah hukuman atas perbuatan mereka di masa lalu harus sekejam ini? Bayi mereka tidak bersalah, lalu mengapa bayi yang masih merah itu harus menanggung semuanya. Hati Adelia trenyuh di buatnya."Sudah, Mas... jangan bersedih Salsa memang sudah tiada. Tapi dia meninggalkan kenangannya bersama bayi ini. Jadi, tolong Mas harus kuat demi bayi kalian," bujuk Adelia.Adrian menatap bayi mungilnya yang masih di dalam boks bayi. Ia menyeka air matanya. Bayi mungil yang masih merem itu tidak berdosa. Ia juga terlihat menggemaskan. Salsa sudah pergi,
"Tidaak, Salsa kau harus bangun lihatlah putrimu cantik sekali." Adrian menangis mengguncang tubuh Salsa. Bagaimanapun wanita itu pernah mengisi hidupnya. Ia juga telah mempertaruhkan nyawa untuk kelahiran bayinya."Salsa... aku tahu, kau pasti hanya pingsan saja. Kau paling pintar bersandiwara, lihatlah... kau belum memberi ASI eksklusif untuk bayimu kenapa kau tega meninggalkannya," tangis Adrian.Adelia kasihan melihat nasib Adrian dan bayinya. Apakah hukuman atas perbuatan mereka di masa lalu harus sekejam ini? Bayi mereka tidak bersalah, lalu mengapa bayi yang masih merah itu harus menanggung semuanya. Hati Adelia trenyuh di buatnya."Sudah, Mas... jangan bersedih Salsa memang sudah tiada. Tapi dia meninggalkan kenangannya bersama bayi ini. Jadi, tolong Mas harus kuat demi bayi kalian," bujuk Adelia.Adrian menatap bayi mungilnya yang masih di dalam boks bayi. Ia menyeka air matanya. Bayi mungil yang masih merem itu tidak berdosa. Ia juga terlihat menggemaskan. Salsa sudah pergi,
Salsa mengerang kesakitan, menurut dokternya sudah bukaan ke sembilan namun entah kenapa susah sekali menuju bukaan ke sepuluh."Sakiit, Mas. Aku tidak kuaat!" rintih Salsa. Adrian sebenarnya kasihan melihat Salsa kesakitan seperti itu. Ia juga tidak dapat berbuat banyak selain menyemangati Salsa agar bayinya cepat keluar."Bagaimana Dok, apa perlu di operasi caesar saja agar istri saya tidak kesakitan?" tanya Adrian."Tunggu dulu, Pak. Ini sudah bukaan ke sembilan. Kurang satu bukaan lagi istri Anda bisa melahirkan secara normal. Hanya tinggal menunggu waktu saja," tukas dokternya.Salsa masih saja meraung kesakitan, Adrian tidak tega. Ia keluar dari ruangan beralasan mau membelikan teh hangat buat Salsa. Awalnya, Salsa menolak di tinggal tapi ia juga tidak berdaya, kekuatannya untuk bertengkar dengan Adrian hanya tinggal angan-angannya saja. Salsa terlalu lemah, tubuhnya tak berdaya. Sudah dua infus habis terpasang untuk menambah tenaganya.Bayang-bayang kesalahan di masa lalunya mu
"Melihat dari wajah Anda, sepertinya Anda tidak terkejut. Itu berarti Arga sudah menceritakan tentang pernikahan kami," terang Sinta."Langsung saja tidak usah basa-basi, apa tujuan Anda sebenarnya menemui saya di sini?" tanya Adelia. Ia tidak suka perkataan Sinta yang berputar-putar. Hari ini ia sudah lelah dengan sikap Arga di tambah lagi mantan isterinya datang."Anda cerdas, tentunya Anda sudah bisa menebak kedatangan saya kemari," ujar Sinta."Maaf, saya bukan cenayang yang bisa menebak isi pikiran seseorang dengan benar. Keahlian saya membuat racikan kosmetik bukan membaca pikiran orang," tandas Adelia."Oh, baiklah. Anda ternyata orangnya to the point. Saya suka," puji Sinta."Begini... saya lihat Anda terlihat sangat akrab pada mantan suami saya. Terus terang saya khawatir Anda akan berharap lebih pada jenjang hubungan yang lebih serius. Apalagi mantan suami saya itu memang tampan. Saya harap... Anda tidak berpikiran jauh kesana.""Saya juga memohon pada Anda untuk menjauhi Ar
Arga sedikit cemburu melihat Adelia berbicara akrab pada Rico padahal mereka baru saja saling mengenal. Rico yang sudah terbiasa menyapa ramah para pelanggan restorannya membuat Adelia tidak canggung untuk berbicara banyak. Alhasil, Arga terlihat seperti obat nyamuk di antara mereka. Ternyata, Adelia juga menyukai memasak. Ia tidak sungkan bertanya resep pada Rico. Rico dengan sabar menjelaskan trik resepnya hingga sukses menjadi hidangan yang lezat."Ehem, ada orang loh di sini. Aku enggak di anggap ya!" tekan Arga. Spontan mereka tergelak tertawakarena baru sadar jika keduanya terlalu asyik bicara tanpa menghiraukan ada Arga di tengah-tengah mereka."Maaf, habis temanmu ini asyik. Aku suka masak, dia juga... jadi banyak yang di bicarakan tak ada habisnya," terang Adelia. Ia tidak sadar kalau pernyataannya itu justru membuat Arga mati cemburu."Kalau begitu, teruskan saja mengobrol. Aku mau ke kantor karena ada rapat. Rico pasti bisa mengantarmu pulang," tandas Arga. Ia sudah tidak
Adrian berjalan lunglai dari ruang kerja Adelia. Ia masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya barusan. Wanita yang di cintainya dulu kini ternyata masih hidup. Ia senang melihat mantan istrinya dalam keadaan sehat tidak kurang satu apapun. Tapi, Adelia sekarang sudah berbeda. Bukan lagi istrinya, hanya mantan yang tidak bisa seenaknya dia sentuh-sentuh. Adelia sudah menjelma menjadi seorang dewi yang memiliki kecantikan paripurna. Kini, Adrian hanya bisa menyesali waktu yang dulu ia sia-siakan. Ia tidak pernah menyadari ada sebongkah permata dalam rumahnya. Malahan mencari permata palsu di luaran."Woi, kalau kerja jangan melamun!""Hari ini, kita harus selesai paking dan di kirim ke tujuan. Truk pengangkut sebentar lagi akan datang, jadi cepatlah!" perintah atasannya.Teriakan dari atasannya sontak membuat Adrian kaget dari lamunannya. Ia buru-buru mempercepat aktivitasnya. Setiap hari di otaknya hanya di penuhi Adelia dan Adelia. Wanita itu seakan sudah terpatri di hatinya. Ba