Share

2. Lalat Bertemu Sampah.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 16:14:44

"Padma!" Dimas yang merasa malu, berteriak. "Aku bisa maju sampai taraf ini juga karena kemampuanku sendiri, Padma. Bukan melulu karena bantuanmu."

Padma tersenyum sinis pada pria yang dulu sangat dicintainya itu. "Betul. Tapi tanpa semua support sistem dariku, apa kamu bisa menjadi seorang sarjana? Tanpa relasi-relasi bapak yang kukenalkan padamu, apa bisa kamu mendapat proyek-proyek raksasa? Coba jawab dengan jujur." Padma mengeluarkan taringnya. Sudah cukup sepuluh tahun ini ia bodoh karena cinta mati pada Dimas. Cinta telah membuatnya buta dan tuli atas semua perbuatan buruk suaminya.

"Jadi kamu menyesal telah membantuku dulu?" tuduh Dimas kesal. Tapi, sebenarnya ia gusar karena Padma telah membuka kartunya di hadapan Puspita. Wibawanya bisa hilang di mata gadis belia ini! 

"Tidak, Mas. Aku tidak pernah menyesal telah berbuat baik pada sesama manusia. Yang aku sesalkan adalah bahwa aku terlalu naif. Aku berpikir bahwa dengan seringnya aku membantu orang, maka orang yang kubantu minimal pasti punya adab. Nyatanya beberapa dari mereka malah mengigit tanganku. Tangan yang telah menyuapi mereka makan," pungkas Padma dengan suara gemetar.

Entah mengapa, ingatan saat ia memergoki Dimas dan Puspita yang tengah bercinta di ranjangnya kembali terputar--membangkitkan trauma. 

Hanya saja, Puspita dan Dimas tak sadar akan itu.

Keduanya kini merasa malu. Padma memukul hati mereka berdua secara telak. Namun tentu saja mereka tidak mau memperlihatkannya.

Terlanjur basah, mandi saja sekalian!  

"Aku dulu tidak pernah memintamu membantuku bukan? Kamu sendiri yang mau. Lagi pula aku juga tidak menerima bantuanmu dengan gratis. Aku kamu paksa dalam tanda kutip untuk memacari dan menikahimu. Padahal sedikit pun aku tidak tertarik pada gadis culun sepertimu. Tapi aku harus, karena ingin membalas budimu. Kita impas, Padma. Jadi tidak perlu ada kata sesal menyesal di sini. Kita sama-sama berkorban." Dimas memutuskan untuk jujur. Toh mulai hari ini ia sudah tidak punya hubungan apapun dengan Padma. Harta gono-gini juga sudah ia dapatkan. Jadi ia tidak perlu takut rugi apapun lagi. 

"Hahahaha....."

Mendengar kata-kata Dimas, Padma menyusut dua butir air mata yang jatuh ke pipinya. Ia sekarang baru menyadari akan nasehat ayahnya dulu. 

"Dimas itu tidak mencintaimu, Padma. Dia hanya memanfaatkan rasa cintamu. Laki-laki seperti ini suatu waktu pasti akan meninggalkanm, jikalau kamu sudah tidak berguna untuknya Percayalah pada Bapak, Nduk," ucap ayahnya kala itu.

Padma sungguh menyesal tak mendengarkannya.

Namun, nasi telah jadi bubur. 

Oleh karena itu, ia menegakkan bahunya setegas yang ia bisa. "Ini adalah air mata penyesalanku yang terakhir untukmu, Mas. Untuk selanjutnya aku bersumpah. Bahkan kamu hanya akan melihatku tertawa bahagia setelah aku membuang cinta tidak berhargamu ini. Kamu dan perempuan ini sama. Sama-sama sampah! Makanya kalian berdua cocok satu sama lain!"

Cih!

Padma meludah sebelum berlalu. Ia mengangkat dagunya tinggi, sembari berjalan cepat menuju pintu gerbang Pengadilan Agama. Ia takut kalau nantinya ia akan meraung-raung merutuki kebodohannya di tempat ini. Tidak boleh! Ia tidak akan menunjukkan kekalahannya di depan dua penghianat ini. 

Beberapa saat kemudian, mobil Dimas di belakangnya.

Padma pun pura-pura sibuk menelepon dan mengacuhkan keduanya.

Saat mobil telah mensejajrinya, Padma mendengar suara pintu kaca mobil yang dibuka.

Padma tahu bahwa Puspita masih berupaya mengejeknya dengan membuka kaca mobil.

Walau pura-pura tudak melihat, Padma yakin bahwa Puspita pasti melakukan drama bersama Dimas di dalam sana untuk memanas-manasinya. 

"Tutup kaca mobilnya, Pita." Padma sempat mendengar hardikan Dimas pada Puspita di tengah deru lalu lintas. Padma tahu. Sedikit banyak Dimas pasti malu melihat tingkah norak Puspita. Setelah mobil Dimas berlalu, Padma menghentikan pembicaan pura-pura satu arahnya. Dadanya masih bergemuruh memikirkan pengakuan Dimas. Jujur, egonya terluka. Istimewa Dimas mengatakan semuanya di depan Puspita. Harga dirinya seperti dibanting ke tanah. 

Padma tersenyum tanpa merasa lucu.

Selama 10 tahun ia telah mati-matian memperjuangkan cinta, termasuk menjual aset-aset yang ia dapatkan dari ayahnya untuk membiayai bisnis yang baru dirintis Dimas.

Ia juga terus melakukan terapi kesuburan dan hormon dengan harapan agar ia bisa hamil.

Akibatnya ia pun mengalami kelebihan berat badan secara drastis. Setelah semua pengorbanannya, kini ia dicampakkan oleh Dimas begitu saja? Menyedihkan!

Mencoba meredakan kekecewaan, Padma memandangi lalu lintas siang hari.

Dengan khusyuk, ia menghitung satu persatu mobil yang berlalu lalang.

Satu, dua, tiga, empat, lima hingga berjumlah tiga puluh tiga.

Pada hitungan empat puluh tujuh ia sudah bisa mengatasi emosinya.

Srak!

Padma meraih ponsel. Ia bermaksud mengorder taksi online.

Namun belum sempat menekan tombol pesan, pandangannya teralihkan pada sesuatu di ujung jalan.

Matanya seketika berair saat melihat sebuah mobil truk pengangkut semen berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia sangat mengenali truk itu. Tatkala pintu truk terbuka dan sesosok pria paruh baya turun dengan susah payah, Padma berseru parau.

"Bapak!" Padma berlari menghampiri sang ayah yang seketika mengembangkan kedua tangannya. 

 "Nduk!"

"Padma minta ampun, Pak. Ampun karena Padma dulu tidak mendengarkan Bapak. Ampun karena dulu Padma memusuhi Bapak. Padma menyesal, Pak. Ampun, Pak. Ampun." Padma memeluk erat ayahnya dengan tubuh gemetar. Sepuluh tahun berumah tangga, baru kali inilah Padma mengadu. Biasanya ia selalu menyimpan masalah rumah tangganya sendirian.

"Tidak apa-apa, Nduk. Jadikan semua yang kamu lalui sebagai pelajaran berharga dalam hidup. Lupakan semuanya. Lupakan masa lalu. Sebentar ya, Bapak mau mengambil sesuatu dulu." Pak Manan melonggarkan pelukan emosional sang putri. Ia tidak mau terlarut dalam kesedihan. Ia harus memberi semangat pada putrinya yang sedang terpuruk.

"Iwan, bawa sini kembangnya," seru Pak Manan pada sang supir. Padma kembali sesengukan ketika melihat supir ayahnya membawa sebuah buket bunga besar. 

"Padmasari Wijayanti, dulu laki-laki itu membawamu pergi dengan setangkai bunga mawar dari halaman rumah orang. Hari ini, Bapak membawamu kembali pulang dengan sepelukan bunga yang jauh lebih harum dan mahal karena dibeli dengan uang. Ayo kita pulang, Nduk. Jangan mengontrak lagi. Rumah Bapak adalah rumahmu juga. Mari kita pulang." 

"Iya, Pak. Iya. Padma mau pulang sekarang," balas Padma cepat.

Ya, mulai hari ini, Padma akan menghapus kenangannya sebagai istri mengabdi yang dikhianati.

Dia akan kembali menjadi dirinya yang sesungguhnya dan juga akan membuat keluarganya bangga!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   98. Akhir Bahagia (End)

    Lima bulan kemudian."Gue heran lo tetap bisa cantik paripurna begini meski sedang hamil gede ya, Ma? Nggak kayak gue dulu. Hidung gue jadi cutbray dan pipi juga jadi baggy." Wilma mengamati Padma yang tengah makan empek-empek dengan lahap. Dari kemarin, sahabatnya ini mengidam empek-empek, makanya mereka membawa Padma ke gerai ini karena empek-empeknya terkenal enak."Bukan main istilah lo, Wil. Hidung cutbray, pipi baggy. Itu bentuk wajah atau model celana?" Padma terkekeh."Kalo gue sih, hidung dan pipi baik-baik aja. Mekar-mekar dikit lah. Yang parah cuma leher sama ketek gue. Kayak dakian parah euy. Gue gosok-gosok pake scrub, kagak ngaruh. Malu banget gue sama laki gue. Takut dipikir gue jorok." Ririn turut membagi pengalamannya."Kalo gue sih, semua aman sentosa sejahtera. Cuma, badan gue membengkak kayak gajah. Gue naik berat badan 24 kilogram, sodara-sodara. Berasa jadi Hulk setiap kali gue hamil." Yesi meringis mengingat masa-masa di kala hamil besar."Eh, lo tahu nggak kaba

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   97. Saling Serang.

    "Kalau Ibu selama ini punya salah padamu, Ibu minta maaf ya, Padma. Tapi tolong, jangan penjarakan Tari. Karena saat ini hanya dialah satu-satunya harapan kami. Tari adalah tulang punggung keluarga, karena Dimas... ya, begitulah." Bu Nursyam menghela napas berat. Masalah tidak ada henti-hentinya membombardir keluarganya akhir-akhir ini. Maka dari itu, hari ini ia menebalkan muka dan diam-diam menemui Padma di kediaman orang tuanya."Di penjara atau tidaknya Tari, itu bukan wewenang saya, Bu. Para penyidiklah yang memutuskannya," Padma memberi jawaban diplomatis."Betul. Memang bukan wewenangmu. Tapi kalau kamu mencabut laporan atas Tari, kasus akan dianggap selesai, bukan?" bujuk Bu Nursyam lagi."Ibu salah lagi. Bukan saya yang melaporkan Tari, tapi pihak rumah sakit. Jadi, yang berhak mencabut ataupun melanjutkan perkara adalah pihak rumah sakit, bukan saya," ucap Padma dingin."Ya, kalau begitu kamu tinggal minta pihak rumah sakit untuk mencabut gugatan. Kan yang mengadu pada pihak

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   96. Marahnya Orang Sabar.

    Lestari memegangi dadanya. Telinganya berdenging. Ia panik! Jangan-jangan Padma telah mengetahui kecurangannya."Saya... boleh meminta minum, tidak, Mbak?" pinta Lestari terengah. Ia harus berpikir tenang sebelum bertindak."Tentu saja. Mas, tolong ambilkan air dingin untuk Dek Tari. Ingat ya, Mas. Yang dingin, biar hati Dek Tari bisa adem," sindir Padma. Lestari makin pucat. Sepertinya Padma benar-benar telah mengetahui kecurangannya."Ini, silakan diminum." Tirta menuangkan segelas air dingin dari water jug. Sedari tadi ia diam sambil berjaga-jaga. Ia takut Padma membahayakan dirinya sendiri saat membalas dendam pada Lestari. Padma sedang hamil muda, dan untuk itu, ia harus siap siaga dalam segala situasi.Tanpa perlu disuruh dua kali, Lestari meneguk minumannya dengan rakus. Setelahnya, ia menarik napas panjang beberapa kali untuk menstabilkan emosinya. Setelah merasa lebih tenang, barulah ia bersuara."Mengapa Mbak ingin mensomasi rumah sakit? Apa yang sudah mereka lakukan pada Mb

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   95. Menjebak Penghianat.

    Selama menunggu Lestari tiba, Padma mengumpulkan tiga lembar hasil lab yang dulu ia terima dari petugas lab di rumah sakit. Ia juga melampirkan satu lembar hasil lab terakhir yang ia terima dari Lestari lima tahun yang lalu. Total ada empat lembar hasil lab di tangannya. Sebelum melakukan tes kesuburan, ia memang sudah lebih dulu melakukan tes hormon, uji ovarium dan ovulasi, serta histerosalpingografi.Hasil ketiga tes ini bagus sekali. Menurut dokter Nastiti, kesehatan reproduksinya normal-normal saja. Hanya hasil tes kesuburannya saja yang sangat buruk. Waktu itu ia putus asa melihat hasilnya, makanya ia tidak kembali lagi ke praktik dokter Nastiti untuk membicarakan soal hasil tes kesuburannya. Ia sudah pasrah menerima nasibnya."Aku tidak menyangka kalau kamu masih menyimpan hasil-hasil lab bertahun lalu, Ma." Tirta yang baru datang dari dapur mendekati Padma. Di tangannya ada segelas susu hangat yang sengaja ia siapkan untuk istri tercintanya. "Minum dulu susunya, Sayang. Supay

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   94. Menanti Balas Dendam.

    "Kalian silakan ke rumah sakit dulu. Kasihan Dika sedang sakit." Melihat keadaan Padma yang tidak stabil, Tirta mengalihkan pembicaraan. "Iya, kami permisi dulu, Pak Tirta, Bu Padma." Puspita dan Bik Painah buru-buru kembali ke rumah sakit."Antar aku ke rumah Dek Tari sekarang, Mas. Aku akan meminta penjelasannya. Anak itu sungguh tidak tahu diuntung!" Padma benar-benar tidak terima dibodohi oleh Lestari."Iya, nanti kita menemui Lestari bersama-sama. Setelah kita pulang, makan dan istirahat. Sekarang kita masuk ke mobil dulu," bujuk Tirta."Aku mau sekarang, tidak mau nanti!" Padma tidak bersedia menunggu. Tirta tidak mengatakan apa pun. Ia membuka pintu mobil dan membantu Padma masuk ke dalam. Sejurus kemudian mobil pun melaju membelah jalan. Sekitar sepuluh menit berkendara, Tirta membelokkan mobilnya. "Lho, kok belok? Rumah Lestari itu di Jalan Thamrin, Mas. Lurus saja." Padma memberitahu alamat rumah Lestari kepada Tirta."Padma, nanti saja kita ke rumah Lestari-nya ya? Kamu i

  • Mantan Istriku Kembali Cantik Setelah Kukhianati   93. Pengakuan.

    "Kamu butuh uang untuk membawa Dika ke rumah sakit, Pita?" tanya Padma hati-hati."Iya, Bu. Dika sudah dua hari ini demam tinggi. Saya tidak bisa membawanya berobat karena tidak punya biaya." Dengan menebalkan muka Puspita berterus terang pada Padma. Demi anak, ia bersedia menjilat ludahnya sendiri, meski pernah sesumbar bahwa ia tidak akan pernah memohon lagi pada Padma.Padma bertukar pandang dengan Tirta. Ketika melihat anggukan samar sang suami, Padma pun melaksanakan niatnya. Ia membuka tas dan mengeluarkan ponsel."Nomor rekeningmu yang lama masih aktif tidak, Pita?""Masih, Bu," jawab Puspita sambil menunduk. Ia tidak punya keberanian untuk sekadar menatap wajah mantan majikannya. Padma memanglah sebenar-benarnya orang baik."Saya sudah mengirimkan sejumlah uang untukmu. Saya kira cukup untuk biaya pengobatan Dika. Saya permisi dulu ya, Pita. Semoga Dika segera sembuh." Padma mendekati Dika dan mengelus sayang pipi montok Dika dalam buaian Puspita, yang memang terasa panas."Eh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status