Home / Urban / Mantan Jadi Suami / Bab. 10 Kejutan Wisuda

Share

Bab. 10 Kejutan Wisuda

Author: Yeyen
last update Last Updated: 2025-08-10 15:59:13

Mama Aisyah dan Papa Abraham datang menyapa, mencium anak semata wayang yang selalu membuat mereka bangga. Sera memeluk kedua orang tuanya erat, melepas rindu yang telah lama menumpuk. Tak lupa, Mama dan Papa juga menyapa besan serta menantu tercinta.

Tak lama kemudian, acara wisuda pun dimulai, Sera telah berpindah ke kursi yang telah disediakan khusus bagi para wisudawati.

Acara berlangsung seperti biasanya. Rektor menyampaikan sambutan dan diikuti agenda lainnya, hingga tibalah pada momen yang cukup mengejutkan, kehadiran pemilik perusahaan besar yang telah lama menjalin kerja sama dengan Universitas ternama ini.

Aiden bukan hanya sekadar tamu kehormatan, tetapi bagi seseorang, kehadirannya membawa kejutan tersendiri.

“Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran bapak Aiden Arsenio, pemilik perusahaan yang telah lama menjadi mitra bagi kampus kita. Merupakan suatu kehormatan bagi kita semua, karena hari ini beliau berkenan meliangkan waktu untuk hadir, beliau juga akan memberikan sedikit sambutan serta motivasi. Kepada Bapak Aiden Arsenio, kami persilakan.”

Suara riuh tepuk tangan membahana di dalam gedung tertutup itu. Semua orang bertepuk tangan. Kecuali Sera, ia refleks menunduk, rasa takut itu semakin nyata.

Pesan misterius yang ia terima pagi tadi terbukti benar. Aiden benar-benar datang.

"Apakah itu benar-benar Aiden? Rasanya tidak mungkin" Sera membatin

Tenggorokannya terasa kering hingga menelan ludah pun sulit, ia menegakkan kepala mencoba memastikan, apakah itu benar Aiden Arsenio mantan yang pernah ia tinggalkan atau hanya seseorang dengan nama yang sama

Sebastian yang seorang pebisnis tentu tidak asing dengan nama tersebut, ia terpana. Siapa yang tidak mengenal seorang Aiden Arsenio, pemilik perusahaan raksasa di kota X, bahkan dikenal hingga ke luar negeri. Perusahaan-perusahaan besar berlomba untuk bisa menjalin kerja sama dengannya.

Aiden melangkah mantap ke atas podium, menyampaikan sambutan dan motivasi bagi para lulusan. Ia bahkan mendorong para mahasiswa untuk mencoba mengajukan CV (Curriculum Vitae) di perusahaannya, meski proses seleksi ketat, ia meminta mereka untuk tidak menyerah.

Pandangan Aiden akhirnya menangkap sesosok yang ia rindukan atau.... entahlah, hatinya gundah seketika, marah, rindu, dendam menjadi satu. Aiden terdiam sejenak ketika pandangan mereka bertemu. Aiden tersenyum tipis hampir tak terlihat, sementara Sera kembali menundukkan kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pusing.

Usai berbicara, Aiden akan melakukan prosesi simbolis pemindahan tali toga kepada salah satu mahasiswa.

Jubah kebesaran telah disiapkan untuknya. Mengenakan jubah kebesaran membuat sosoknya semakin berwibawa dan memikat. Siapakah mahasiswa beruntung yang akan berdiri di hadapannya?

Jantung Sera berdetak begitu kencang. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar. Tapi ia menahan diri, Inilah puncak acara yang dinantikan, ia harus bertahan hingga selesainya acara.

"Ya Tuhan, aku mohon... kuatkan aku dan jangan pertemukan aku dengan Aiden." Batin Sera berdoa, kepalanya seperti mau pecah

"Bukan aku. Pasti siswa dengan nilai tertinggi... ya, pasti mahasiswa cumlaude. Tenang saja, Sera..." bisiknya meyakinkan diri sambil terus memijat kepalanya.

"Sera..." Jelita mengejutkannya.

"Kau kenapa? Apa mau aku panggilkan petugas?" Jelita khawatir melihat Sera yang pucat

Sera menggeleng pelan, Jelita mengingatkannya untuk bertahan, Jelita terus memuja dan berdoa agar dirinya yang bertemu Aiden. Sera tidak menanggapinya, Jelita tidak tahu saja jika Aiden yang berdiri di depan sana adalah Aiden mantan kekasih Sera

Dan akhirnya, momen yang dinanti pun tiba puncak dari seluruh rangkaian acara wisuda. Prosesi simbolis pemindahan tali toga.

Dan nama itu pun disebut...

“Sera Aurora, anak dari Bapak Abraham Addy dan Ibu Aisyah Zara, dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,99.”

Sera membeku. Tenggorokannya terasa kering, seolah ludah pun sulit ia telan. Matanya berkedip cepat, mencoba menerima kenyataan jika namanya disebut sebagai lulusan terbaik. Di balik keterkejutannya, ia sedikit bersyukur karena dipanggil lebih awal. Kepalanya terasa begitu berat, seperti akan roboh kapan saja, tapi ia berusaha berdiri tegak, menahan dirinya agar tidak jatuh.

Mama Aisyah dan Papa Abraham berdiri sambil bertepuk tangan bangga. Air mata haru membasahi sudut mata keduanya, menyaksikan anak semata wayang mereka dinobatkan sebagai mahasiswa terbaik.

"Apa kau baik-baik saja Ser? Apa perlu aku bantu?" Ucap Jelita, tetapi Sera menggeleng pelan, ia yakin ia bisa sendiri

Sera mulai melangkah perlahan ke panggung. Setiap langkahnya terasa berat. Kepalanya berdenyut hebat, tapi ia berusaha terlihat tenang, momen inilah yang paling sakral dan ditunggu-tunggu.

Tatapan tajam dari atas panggung menyambutnya, tatapan milik Aiden.

Semakin dekat Sera melangkah, semakin laju jantungnya berpacu, rasa bersalah itu, makin menyeruak. Meski tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan, ia terus melangkah perlahan

Pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Hubungan yang dulu begitu manis, kini menjadi tragis.

“Selamat, Sera. Mulai sekarang, kita akan sering bertemu,” ucap Aiden dingin dan datar, namun nada suara itu sangat menyeramkan ditelinga Sera..

Dengan tenang namun penuh makna, Aiden memindahkan tali toga Sera ke sisi yang seharusnya. Tepuk tangan kembali menggema di seluruh aula.

Sera hanya tersenyum tipis, namun hambar. Kepalanya semakin berputar. Pandangannya mulai menghitam.

Aiden, yang sedari tadi memperhatikannya, menyadari ada yang salah dengan Sera. Ia sangat mengenal bahasa tubuh Sera, walaupun hanya dua tahun menjalin hubungan semasa SMA, sebelum jarak memisahkan dan hubungan itu dijalani dari kejauhan. Hingga pada akhirnya, Sera memilih menikah.

Meski mencoba bersikap biasa saja, hati Aiden tak bisa tinggal diam. Sera tiba-tiba limbung. Tubuhnya sempoyongan… dan ambruk.

Tanpa pikir panjang, Aiden menangkap tubuh mungil Sera tepat sebelum ia membentur lantai. Seluruh aula kembali riuh. Orang-orang berdiri, panik melihat kejadian tak terduga itu.

Mama Aisyah, Papa Abraham, dan Sebastian berlari ke arah panggung. Aiden mengangkat tubuh Sera ke dalam gendongannya, bersiap membawanya ke rumah sakit.

Namun langkahnya dihentikan oleh Sebastian

“Maaf, Pak Aiden. Biar saya saja. Terima kasih sudah membantu.”

Aiden terdiam. Tangan dan hatinya berat untuk melepaskan, tapi ia tahu ia bukan siapa-siapa lagi.

Dengan tenang, ia menyerahkan Sera kepada Sebastian yang langsung membawa istrinya ke luar aula.

Aiden hanya berdiri mematung, matanya mengikuti langkah Sebastian yang membawa Sera, hingga benar-benar menghilang dari pandangan. Kemudian, ia melangkah pergi… meninggalkan keramaian.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan

Terimakasih

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Jadi Suami   Bab.75 Wanita Jalang

    Sera sedang sibuk bekerja. Ia begitu fokus pada layar di depannya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan sebelum hari pernikahannya tiba. Tanggal pernikahan semakin dekat, dan makin hari ia semakin takut tidak bisa membagi waktu dengan baik. Di satu sisi pekerjaannya menumpuk, di sisi lain ia harus memastikan segalanya berjalan sesuai keinginannya. Ia ingin hari itu sempurna. Sementara itu di lobby kantor, suasana memanas. Bella dan asistennya tampak berdebat dengan resepsionis. “Maaf, Bu. Saya tidak boleh mengizinkan siapa pun naik ke ruangan Pak Aiden,” ujar receptionist sopan. “Kau tidak tahu siapa aku? Aku tunangan Aiden!” Bella mengangkat dagunya angkuh, seolah-olah seluruh dunia harus tunduk kepadanya. “Maaf, Bu. Tapi Pak Aiden sedang tidak di tempat. Hanya sekretarisnya, Ibu Sera yang berada di kantor,” jawab receptionist tetap lembut. “Kalau begitu, aku akan bertemu sekretarisnya. Di mana ruangannya?” Bella masih saja berbica

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 74 Mantan

    Sore itu, Aiden tiba di rumah Sera bersama kedua orang tuanya. Ia sengaja tidak memberi kabar lebih dulu, ia tahu, sebentar lagi Sera pasti akan tiba di rumah. “Om, Tante… perkenalkan, ini orang tua saya,” ucap Aiden sopan. Papa dan Mama menyambut hangat calon besan mereka dengan senyum penuh keramahan. Mereka pun saling berkenalan, bertukar sapa, dan berbincang hangat. Daddy membuka percakapan dengan nada bersahabat. “Niat kami datang ke sini adalah untuk melamar putri Bapak. Kami bahagia mendengar kalau anak kami sudah menemukan wanita yang ia cintai.” Papa mengangguk pelan, lalu menarik napas sebelum berbicara. “Tapi mohon maaf, Pak, saya ingin bercerita sedikit tentang anak saya… dan kesalahan yang pernah saya lakukan. Saya hanya ingin semuanya jelas, agar tidak ada hal yang membebani mereka di kemudian hari.” Daddy dan Mommy saling berpandangan, lalu mengangguk penuh pengertian. Mereka menghargai ketulusan Papa yang ingin terbuka. Papa pun mulai menceritakan semuanya,

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 73 Setuju

    Aiden akhirnya tiba di kota kelahirannya. Ia pulang dengan satu tujuan, yaitu memberi kabar kepada kedua orang tuanya bahwa ia akan menikah. Dalam hati, ia berharap kabar ini membawa kebahagiaan bagi mereka. “Morning, Dad... morning, Mom,” sapanya hangat. “Aiden…” seperti biasa, Mommy langsung menyambutnya dengan pelukan penuh rindu, mencium pipinya seperti anak kecil yang baru kembali dari perjalanan jauh. “Selalu saja pulang tanpa memberi kabar,” Mommy menepuk dada putranya lembut. Aiden terkekeh, lalu kembali memeluk Mommy lama-lama, sebelum merangkul Daddy yang sudah menatapnya dengan senyum tenang. “Apa kabar, Nak?” tanya Daddy. “Aku sangat baik, Dad. Dan... aku membawa kabar gembira,” ucap Aiden sambil tersenyum melihat dua orang yang paling ia sayangi. Mommy mulai menyiapkan sarapan untuk kedua lelaki kesayangannya. “Berita apa, sayang?” tanyanya sambil menuangkan kopi. “Aku ingin menikah, Mom. Dad.” Mommy langsung menatapnya antusias. “Benarkah? Dengan siapa?

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 72 Di Lamar

    “Aku akan bicara pada Mama dan Papa,” ucap Aiden begitu mereka tiba di rumah. Sera hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Beberapa saat kemudian, Aiden melangkah masuk ke ruang tamu rumah Sera. “Maaf, Om, Tante... ada yang ingin saya bicarakan,” ujarnya sopan. Papa dan Mama Sera menatap Aiden penuh tanya. “Maaf kalau Aiden lancang, Om,” lanjutnya sambil menarik napas panjang. Aiden menggenggam kedua tangannya sendiri, mencoba menenangkan degup jantungnya yang tidak beraturan. “Saya... ingin menikahi Sera, Om, Tante.” Ucapan itu menggantung di udara. Papa dan Mama saling berpandangan, terdiam cukup lama. Mama akhirnya bersuara pelan, “Apa tidak sebaiknya menunggu sampai ingatannya pulih? Tante takut kalau nanti, saat Sera sudah benar-benar ingat, dia tidak bisa menerima semuanya.” Sera segera menyela, tak ingin Aiden disalahpahami. “Aiden sudah menceritakan semuanya, Ma. Aku sudah tahu kalau aku seorang janda... dan Leo adalah anakku. Meskipun aku belum mengingat semuanya, se

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 71 Restu Leo

    Sera tiba-tiba menangis, membuat Aiden panik. “Aku seperti merindukan seseorang, Aiden…” suaranya lirih, bergetar. Aiden tak tahu harus berbuat apa selain memeluknya erat, mencoba menenangkan isak tangis itu. “Apa dia menyakitiku? Kenapa hatiku sakit sekali?” Sera terisak di dada Aiden. “Tidak, sayang… dia tidak pernah menyakitimu,” ucap Aiden lembut. Sera menunduk, matanya menatap papan nama di makam di hadapannya. Sejak tadi pikirannya dipenuhi ribuan potongan kenangan yang tak bisa ia tangkap utuh. “Leonard Maximus… apa dia anak kita?” tanyanya pelan, menatap Aiden dengan mata sembab. Aiden menggeleng pelan. “Dia anakmu… tapi bukan denganku.” “Maksudmu… apa aku sudah menikah?” Sera spontan menjauh dari pelukan Aiden, menghapus air matanya dengan punggung tangan. “Lebih tepatnya, kau sudah janda, sayang,” ujar Aiden lembut. Sera terdiam, menatap kosong ke arah nisan kecil itu. “Aku akan menceritakan semuanya nanti, kalau kau sudah siap,” lanjut Aiden, ia mengusap permukaa

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 70 Tulus

    Dua hari telah berlalu, dan hari ini adalah hari pernikahan Sebastian dan Naomy. Mereka mengucap janji suci di rumah orang tua Sebastian, disaksikan hanya oleh keluarga inti. Sebastian tampak sangat bahagia. Wajahnya bersinar penuh semangat saat memperkenalkan Naomy kepada keluarga besarnya, sangat berbeda dengan Sera dulu yang selalu terlihat tenang, bahkan sedikit cuek. Malam harinya, Papa dan Mama Sebastian meminta pasangan itu untuk bermalam di rumah. Namun Naomy menolak halus, terutama ketika Sebastian mengajaknya ke kamar lamanya. “Aku tidak mau tidur di kamarmu yang dulu... yang pernah kau tempati bersama Sera,” ucap Naomy dengan bibir yang sedikit manyun. Bayangan masa lalu suaminya dengan wanita lain membuat dadanya sesak. Sebastian tersenyum lembut, merengkuh istrinya dalam pelukan. “Ini malam bahagia kita, sayang. Jangan mengingat siapa pun selain aku. Dia sudah lama aku buang jauh-jauh.” Naomy menghela napas dan mengangguk. Pelan, ia membalas pelukan itu. “Akhirnya ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status