Home / Urban / Mantan Jadi Suami / Bab. 9 Asing

Share

Bab. 9 Asing

Author: Yeyen
last update Last Updated: 2025-08-10 11:08:24

Hari ini, Sera tampak luar biasa, kecantikannya memukau. Balutan kebaya modern berwarna lembut menyatu sempurna dengan riasan natural di wajahnya. Rambutnya disanggul sederhana, tapi justru itulah yang membuatnya terlihat anggun.

Sebastian berdiri di ambang pintu kamar, menatap istrinya dengan senyum lembut. Tangannya terulur kemudian menggenggam tangan istrinya.

“Kamu sangat cantik hari ini,” ucapnya, tulus. Sera tersenyum tersipu malu, sementara kedua matanya menunduk pelan, menahan gejolak rasa di dada.

Tanpa banyak bicara, Sebastian melangkah pelan, membuka pintu lemari pakaiannya, dan mengambil sebuah kotak beludru merah berukuran sedang. Ia kembali menghampiri Sera.

“Ini hadiah untukmu. Selamat telah menyandang gelar sarjana, Sayang,” Sebastian mengecup lembut puncak kepala Sera.

Dengan hati-hati, Sera membuka kotak itu dan matanya membesar seketika. Di dalamnya terdapat sebuah kalung berlian yang sederhana, tapi begitu indah dan elegan.

Sebastian mengambil kalung itu, lalu memakaikannya perlahan di leher istrinya. Setelah selesai, ia memegang tangan Sera dan menuntunnya ke depan cermin.

“Lihat, Kecantikanmu meningkat seratus kali lipat.” Ucap Sebastian dengan nada bercanda

Sera tak bisa menahan tawa.

“Berlebihan,” Sera memukul pelan dada Sebastian

“Aku tidak berlebihan sayang, kamu memang sangat cantik,” balas Sebastian cepat, ia memeluk Sera dari belakang

“Ini bukan soal kalungnya. Kamu memang selalu cantik, tapi hari ini… kamu bersinar.”

Sera tersenyum manis, ia menatap suaminya dari pantulan mereka di cermin, tangannya mengusap tangan suaminya yang melingkar di pinggangnya, rasanya Sera ingin mengabadikan momen bahagia ini selamanya.

Sebastian menggandeng tangan Sera saat menuruni anak tangga bersama. Gaun kebaya Sera dengan lembut mengikuti langkah kakinya dan senyum tak luput dari wajahnya.

Sesampainya di bawah, seluruh keluarga sudah berkumpul. Senyum mama langsung menyambut, matanya berbinar bangga melihat menantunya yang kini telah resmi menjadi seorang sarjana.

“Kamu cantik sekali, Sayang,” puji mama sambil membenarkan sedikit rambut Sera.

Papa pun mengangguk setuju.

“Kamu dan Olivia sama-sama membanggakan"

Sera membalas senyuman itu dengan sopan, tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada mertuanya.

Mama juga memuji anak bungsunya, tetapi saat mama melanjutkan pujian untuk Olivia, ada jarak yang tak terlihat namun terasa di antara kata-kata itu. Olivia melangkah duluan dengan dagu terangkat tinggi.

Di saat yang sama, Sebastian melepaskan genggaman tangannya dari Sera, membuat Sera tiba-tiba merasa kehilangan sesuatu. Ia jadi kikuk.

“Aku mengundang Naomy ke wisudaku,” ucap Olivia tiba-tiba, nada suaranya ringan, seolah tak ada yang aneh dengan ucapannya.

Tidak ada yang menanggapi. Papa dan mama diam, Sebastian pun tak berkata apa pun, seolah nama itu adalah tamu biasa, bukan bagian dari masa lalu suaminya.

Sera hanya terdiam, walau di dalam hatinya ada rasa getir yang mulai naik ke dada.

Saat mereka berjalan ke arah mobil, tiba-tiba ponsel Sera bergetar. Ada sebuah pesan masuk, sera menunduk sekilas untuk melihatnya.

“Selamat wisuda, Sera,"

"Aku akan mengunjungimu."

– Aiden -

Napas Sera tercekat, jantungnya seolah tersentak, wajahnya seketika pucat, dengan gerakan cepat, ia mengunci layar dan menyelipkan ponselnya kembali ke dalam tas.

Tidak, Ini bukan waktunya, Ia tak ingin siapa pun tahu, Terutama Sebastian.

Ia menarik napas pelan, berusaha menenangkan diri, Ia tersenyum kecil, mencoba terlihat biasa.

Namun di dalam hatinya, ada suara yang berteriak "Kenapa semuanya datang di hari bahagiaku?"

Mobil melaju cepat, membawa serta kegelisahan di hati Sera, ia hanya bisa berharap, wisudanya hari ini akan berjalan lancar dan menjadi hari yang membahagiakan.

.

.

Hari ini yang seharusnya menjadi salah satu momen paling membahagiakan di hati sera, justru menjadi momen yang paling mengguncang batinnya. Untuk pertama kalinya, ia melihat langsung sosok Naomy, wanita masa lalu yang dicintai suaminya.

Naomy memang sangat cantik, kecantikannya memikat tanpa polesan yang berlebihan. Ia membawa dirinya dengan elegan, penuh percaya diri, dan sorot matanya tajam. Bahkan saat tersenyum pun, ada kesan kuat bahwa ia tahu persis di mana tempatnya berdiri, dekat dengan keluarga Sebastian, dan mungkin saja masih dekat dengan hati Sebastian.

Sebastian memperkenalkan Naomy dengan tenang. Sera membalasnya dengan senyum sopan dan suara lembut, seolah tak ada yang mengganggu pikirannya. Tapi di dalam dadanya, ada keresahan yang mendesak keluar.

"Kenapa haris Sebastian yang mengenalkan kami? Kenapa bukan olivia?" Sera membatin, dadanya sesak, rasanya ada sesuatu hal yang tak ia ketahui dari keluarga barunya.

Sebelum acara dimulai, mereka mengobrol ringan, Mama Clara terlihat sangat akrab dengan Naomy, tertawa kecil sambil menggandeng tangannya, seolah mereka keluarga lama. Papa pun demikian, sementara Olivia tak berhenti menatap Sera dengan senyum penuh makna.ip

Dan saat Sera melirik ke arah suaminya, kenyataan yang menyesakkan dada muncul tiba-tiba. Pandangan Sebastian dan Naomy sering kali bersirobok. Sekilas, memang terlihat biasa, tapi di mata Sera, itu bukan sekadar tatapan. Itu adalah kilasan masa lalu yang belum selesai.

Seketika, tanpa berpikir panjang, Sera mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Sebastian yang ada di sampingnya.

Bukan karena ingin bermanja. Tapi untuk menunjukkan, khususnya pada Naomy, bahwa Sebastian adalah suaminya, sebastian adalah miliknya dan ia bukan sekadar tamu dalam rumah tangga ini.

Sebastian menoleh, sempat terkejut, namun kemudian tersenyum. Senyum lembut yang seolah berkata "Tenang saja."

Dan untuk sejenak, Sera merasa menang. Merasa diakui, ia membalas senyuman suaminya.

Tapi di balik genggaman itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh di dalam hatinya. Ia sadar… bahwa ia mulai jatuh cinta pada Sebastian. Perlahan tapi pasti, dan justru karena itulah ia mulai takut. Naomy… terasa seperti ancaman besar bagi cintanya.

Bersambung. . .

Jangan lupa tinggalkan jejak teman

Terimakasih

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 86 Puas

    Keriuhan langsung pecah begitu pintu ruangan terbuka dan sang pemilik baru perusahaan melangkah masuk. Tatapan penuh pesona sempat menyambut Aiden hingga dalam hitungan detik tatapan itu memudar. Semua mata sontak tertuju pada wanita cantik yang digandengnya dengan begitu bangga. Tanpa ragu, Aiden memperkenalkan Sera sebagai istrinya… sekaligus CEO baru perusahaan ini. Sera membelalakkan mata. Ia bahkan sempat menahan napas. "Sayang… kamu jangan main-main," bisiknya pelan di telinga Aiden. Sementara itu, Sebastian dan Olivia tampak seperti tersambar petir tidak percaya, marah, sekaligus terhina. "Aku tidak main-main, sayang. Perusahaan ini sekarang milikmu. Kau yang akan mengurusnya… tentu saja dengan bimbinganku," Aiden mengedipkan satu matanya, membuat seluruh karyawan terperangah melihat kemesraan itu. Bisik-bisik mengalir dari berbagai sudut ruangan. Banyak yang memuji, banyak yang iri tapi semua sepakat bahwa pasangan itu terlihat sangat serasi. Berbeda dengan Sera yang mula

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 85 Merasa Pulang

    Seminggu berlalu setelah bulan madu mereka berakhir. Kini Sera dan Aiden harus kembali pada realita menjalani hari-hari dengan bekerja seperti biasa. Mereka sudah tinggal bersama di apartemen baru yang Aiden beli khusus untuk istrinya. Sementara apartemen lama milik Aiden, kini ia sewakan. Pagi itu, Sera sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. “Kenapa tidak apartemen lama mu saja yang kita tempati, sayang?” tanya Sera sambil menata piring. Aiden mendekat, mengambil tangan Sera, lalu menciumnya lembut. “Itu rumah bujangku. Ini rumahku bersama istriku. Aku hanya ingin suasana baru.” Sera tersenyum kecil. “Oh iya… apa aku akan jadi ibu rumah tangga?” “Siapa bilang?” Aiden menjawab santai sambil menikmati sarapannya. Sera hanya mengangkat bahu, pasrah. “Kau tetap jadi sekretarisku,” ujar Aiden sambil mengedipkan sebelah mata. “Kau harus selalu ada di sampingku. Jadi kita bisa berbulan madu di mana saja.” Senyumnya berubah penuh makna. “Maksudmu?” Sera mengernyit, bingung denga

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 84 Di Cintai

    Pagi hari, Aiden sudah bersiap, begitu pula dengan Sera. Dengan gaun sederhana yang melekat di tubuhnya, Sera tampak cantik tanpa perlu usaha berlebihan. Aiden menatapnya lama, tersenyum, lalu mendekat dan memeluk pinggang istrinya dari belakang. “Terima kasih,” bisik Aiden sambil mengecup ceruk leher Sera. Sera menatap pantulan mereka di cermin, memegang tangan Aiden yang di perutnya. “Terima kasih untuk apa?” “Untuk semua yang kau berikan.” Sera berbalik menghadap suaminya. Dengan lembut ia memegang kedua pipi Aiden. “Dengar… aku tidak memberikan apa pun selain cintaku. Dan aku rasa itu pun belum cukup. Aku ingin memberimu seorang anak.” Ia lalu mengecup bibir Aiden penuh kelembutan. Aiden terdiam sejenak, menatap Sera dengan penuh cinta. “Seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Terima kasih atas perjuanganmu selama ini. Kalau kau tidak berjuang, aku tidak akan bersamamu sekarang… dan tidak akan sebahagia ini.” Air mata Sera mulai mengalir. “Terima kasih,

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 83. HoneyMoon

    Pagi-pagi sekali mereka sudah berkumpul di restoran hotel. Aiden tak melepaskan genggaman tangannya dari tangan istrinya, seolah takut Sera menghilang barang sedetik. Mereka menyapa keluarga satu per satu sebelum akhirnya duduk dan ikut menikmati sarapan hangat bersama. “Aku akan membawa Sera berlibur, Dad,” ucap Aiden sambil tersenyum pada Daddy dan Mommy. “Itu bagus. Sudah seharusnya kalian berbulan madu,” jawab Daddy ringan. “Papa akan mensponsori tiket keberangkatan dan kepulangan kalian. Ke mana pun.” Papa berkata dengan bangga. Hari itu, ia baru benar-benar melihat anaknya tersenyum tanpa tekanan, sepanjang hari bersama Aiden. “Dan Daddy akan mensponsori penginapan kalian,” Daddy menimpali tak mau kalah. Mommy ikut menggoda, “Enak ya punya orang tua dan mertua kaya.” Tawa pun pecah di meja itu. “Terima kasih Pa… thank you, Dad,” Aiden bertos ria, seperti kebiasaannya sejak dulu bersama Daddy. Sera dan keluarganya bisa merasakan kehangatan keluarga Aiden, sesuatu y

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 82 Nakal

    Sebastian dan keluarganya naik ke panggung untuk memberi selamat kepada pengantin baru. Aiden menatap mereka dengan ekspresi datar, namun ia menggenggam tangan Sera erat seolah ingin melindungi pujaan hatinya dari apa pun yang mungkin datang. “Selamat, Sera… akhirnya kau menemukan pengganti kakakku,” ucap Olivia dengan cibiran yang jelas merendahkan. Aiden tidak langsung turun tangan. Ia ingin melihat sejauh apa Sera bisa melawan. “Ada apa dengan kakakmu? Siapa dia? Dan kau sendiri… siapa? Aku rasa aku tidak mengenalmu. Bagaimana bisa kau datang ke pestaku?” Sera berpura-pura masih hilang ingatan, dengan ekspresi yang begitu tenang. Olivia terkekeh meremehkan. “Dasar amnesia. Kau itu janda, jangan bermimpi terlalu tinggi. Aku rasa…” Olivia mendekat dan berbisik di telinga Sera. “Kau akan bernasib sama seperti dengan kakakku dulu. Habis manis, sepah dibuang.” Sera tetap tersenyum, senyum yang justru semakin memancing emosi Olivia. “Kita lihat saja. Jika suamiku dibandin

  • Mantan Jadi Suami   Bab. 81 Hari Bahagia

    Hari ini adalah hari bahagia Sera dan Aiden. Berbeda dengan pernikahannya yang dulu, kali ini Sera benar-benar bahagia menikah dengan hati dan pilihannya sendiri. Sekali lagi, kebaya putih menyelimuti tubuh mungilnya. Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Sera, senyum manis terukir begitu sempurna. “Ayo sayang… Aiden sudah menunggumu,” ucap Mama dan Mommy lembut. Mereka menggandeng Sera menuju tempat Aiden berada. Aiden menatap Sera dengan senyuman yang langsung melembutkan seluruh raut wajahnya. Air mata menggenang di matanya, akhirnya ia sampai pada titik ini, menikahi perempuan yang benar-benar ia cintai. “Tidak ada yang tidak mungkin untuk cinta. Akhirnya kau menikahi wanita yang kau cintai, brother,” Mike menepuk pundak Aiden. “Aku acungkan jempol untuk perjuangan cintamu,” tambah Vincent dengan bangga. Aiden tersenyum sambil mengusap sudut matanya. Ia terharu, ini hari yang sudah ia nantikan sejak lama. “Terima kasih sudah membantuku. Hari ini tidak akan ada tanpa kalian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status