Hari itu, Rehan benar-benar menagih janji kepada Amora untuk pergi bersamanya ke taman bermain. Rehan membawa Oliver sebagai alasan. Awalnya Amora pikir Rehan hanya menggodanya. Melihatnya yang sudah rapi sepagi ini bersama Oliver, mau tak mau mengundang kecurigaan semua orang di rumah kediaman keluarga Dwipangga.“Mau ke mana kalian?” tanya Erlangga dengan tatapan menyelidik.“Kami mau main ke taman bermain, Yah,” jawab Rehan dengan santai sambil ikut duduk dengan kami di meja makan.“Olivia?” Erlangga tampak bingung karena melihat Olivia yang pagi ini tidak kebagian jatah memasak juga tampak cantik dan rapi, tapi style yang ia kenakan sama sekali tak seperti orang yang akan pergi ke taman bermain.“Tidak, Yah. Aku ada undangan ke pernikahan teman, jadi aku titip Oliver kepada papanya saja. Lagi pula, mereka sudah merencanakan ini jauh-jauh hari. Tak mungkin kalau aku merusak janji yang mereka buat.”Erlangga paham. Hanya saja, rasanya tidak lazim bagi seorang ibu yang tidak mau meng
“Andai saja itu terjadi, sudah pasti yang sedang kau gendong itu bukan Oliver, melainkan anak kita yang seumuran dengannya. Dan juga, jika itu benar terjadi sudah pasti anak itu masih hidup.”Amora menangis, Rehan panik. Ia salah bicara kali ini. Biarpun masa lalu, tapi anak mereka bukanlah kenangan tapi bukti bahwa Rehan bukanlah suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.“Maafkan aku, Amora. Maaf!” Rehan langsung memeluk Amora dengan erat meskipun Oliver sedang dalam gendongannya. Ia sadar kalau apa yang ia lakukan dulu adalah kesalahan besar sehingga mau tak mau ia mendapatkan balasannya sekarang.Amora masih saja menangis mengingat bagaimana saat-saat ia hamil tanpa mendapat perhatian dari suaminya yang bahkan malah tergila-gila kepada temannya sendiri. Saat itu baik Amora dan Olivia sama-sama sedang mengandung, tapi Rehan lebih peduli kepada anak mendiang Liam dibandingkan anaknya sendiri.Dari kejauhan, Olivia terbelalak melihat pemandangan tak menyenangkan di hadapannya. Ia je
Giandra pulang ke rumah dan mendapati senyuman sinis dari iparnya. Ia tak tahu kalau Olivia bisa sesinis itu kepadanya karena selama yang ia lihat, Olivia selalu terlihat segan kepadanya.“Pulang juga kau akhirnya. Jaga istrimu dan buat sendiri anak kalian. Jangan sampai kejadian hari ini terjadi lagi karena aku tak akan memaafkannya.”“Jangan sembarangan bicara mengenai istriku. Bukti yang kau kirimkan tak berpengaruh bagiku,” balas Giandra dengan tampang yang lebih sinis.“Benarkah begitu? Lalu, kau akan diam saja kalau istrimu main gila dengan mantan suaminya?” Olivia malah mengompori Giandra.“Istriku tidak akan pernah main gila karena aku percaya kepadanya. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah perbaiki sikapmu dan buat agar suamimu betah di rumah dan tidak melulu mengundang keributan dengan mertuamu. Jangan menjadi wanita murahan yang tidak berguna di rumah ini.” Giandra masuk ke dalam kamar tanpa mau menunggu balasan dai iparnya yang kurang ajar itu.“Sial! Apa sih yang kau bi
Akhirnya Rehan dan Olivia ikut bergabung dengan rencana bulan madu Giandra. Amora diam saja karena suaminya juga tak bisa menolak kalau Sofia sudah memutuskan meski Erlangga tak terlalu menyukai ide ini.“Bagaimana bisa dua pasangan melakukan hal yang sama dengan tempat dan waktu yang sama? Apa kau pikir mereka tak punya privasi?” Begitu Erlangga menentangnya. Namun, kata-kata Rehan malah membuatnya tak berkutik.“Tenang saja, Yah. Aku dan Kak Giandra kan bukan anak kecil yang harus diajarkan cara untuk berbulan madu.”Sialnya lagi, tiket yang dipesan secara dadakan itu juga malah tersedia. Tapi tak apa, Amora tak begitu peduli soal itu. Malahan, ia bisa melihat sejauh mana Rehan dan Olivia bisa bertahan untuk tidak ribut selama bulan madu.Mereka berempat sampai ke Bali ketika waktu sudah menjelang malam. Rencananya malam ini mereka hanya akan tidur dulu sebelum besok berjanji akan bertemu di pantai dan sarapan bersama. Meski Giandra tak menyetujui rencana itu, tapi Rehan yang bersik
Hari ini Giandra dan Amora berencana pergi ke salah satu tempat di Bali, yaitu Pura Tanah Lot. Semalam Giandra mengajak Amora untuk berkunjung ke Pura Tanah Lot. Itu sebabnya mereka bangun pagi-pagi sekali dan sudah bersiap untuk datang ke tempat yang berlokasi di Desa Beraban tersebut.Amora memakai maxi dress warna lilac lengan pendek dengan belahan kaki one shoulder, sedangkan Giandra memakai kemeja berwarna senada dengan dress Amora dan dipadukan dengan celana chino selutut warna putih. Amora juga memakai floppy hat berbahan serat wol, dan Giandra sendiri hanya memakai kacamata hitam. Sepatu putih menjadi pilihan mereka. Amora sempat memilih untuk mengenakan sandal, tapi Gianda dengan cepat menolak.“Agar lebih leluasa berjalan-jaan, sebaiknya kita pakai sepatu saja, untuk menghindari kaki cantikmu ini dari luka nantinya,” jelas Giandra sambil berjongkok di hadapan Amora yang duduk di pinggir ranjang.Giandra sendiri sudah menyiapkan sepatu sneaker dengan ukuran yang pas di kaki A
Tepat di saat Rehan mengunci pintu kamarnya agar dia tak lagi ceroboh memaksa masuk ke kamar mantan istrinya, ponselnya berdering. Ah, bukan ponselnya ternyata karena ponsel miliknya ada di kantung celananya.“Olivia pergi tanpa membawa ponselnya?” Rehan menghampiri ponsel yang terus berbunyi itu. Ada nama Randika di layarnya. Tak berselang lama, suaranya berhenti karena Rehan tak kunjung mengangkatnya.Di saat Rehan bertanya-tanya maksud telepon itu, suara denting telepon membuatnya melihat lagi ke arah layar. Ada pesan masuk berupa notif yang sempat ia lihat sekejap sebelum ponsel gelap.[Sayang, aku tunggu di kamarku, ya. Jangan lupa pakai baju yang cantik.]Demi apa pun yang bisa ia ingat, Rehan langsung membanting ponsel Olivia ke lantai. Sejauh itukah hubungan yang dilakukan istrinya itu. Tadinya, ia berpikir kalau Olivia hanya sedang nostalgia karena wajah orang itu mirip sekali dengan mendiang Liam.Ia tak pernah berpikir kalau ternyata perselingkuhan ini sudah sampai ke tahap
Paginya, semua tampak berantakan. Giandra bangun dengan penyesalan yang baru saja ia sadari. Amora tidak ada di sampingnya sejak ia membuka mata setelah malam pertama mereka yang penuh dengan amarah. Satu hal yang ia tahu, setelah ini hubungannya dengan Amora tak akan baik-baik saja.Sebenarnya ia sama sekali tak ingin melakukan hal itu kepada Amora, terlebih dengan paksaan. Ia ingin mendapatkannya di saat Amora sudah mencintainya dan mereka melakukan kewajiban itu dengan dasar ibadah, bukan nafsu semata.Sayangnya, semua rencananya berakhir ketika tanpa ia prediksi jika istrinya menghabiskan waktu bersama adiknya yang juga mantan suami itu. Giandra juga tahu kalau Amora dan Rehan tak mungkin melakukan hal yang tak ia inginkan, tapi melihat Rehan yang mabuk dan kondisi Amora yang berantakan, dirinya kalap. Semua logikanya dikalahkan oleh amarah.Giandra bangun dan langsung membersihkan diri. Setelah itu, ia mencari keberadaan istrinya di sekitar kamar hotel, tapi tak ada pertanda kala
Giandra kebingungan mencari keberadaan Amora di Bali yang seramai ini. Jika ditilik lagi, ia menyesal karena tak langsung mengejarnya dan malah sibuk bertengkar dengan Rehan. Ini semua memang salahnya. Hanya karena cemburu dan marah, ia meluapkan segalanya, bahkan sampai mencuri haknya sebagai suami dengan paksa.Dalam kekalutannya, Giandra bertemu salah seorang pria yang duduk sendirian di tepi pantai dengan tebing yang tinggi-tinggi. Semula Giandra tak menghiraukannya, tapi melihat gerak-geriknya terlihat mencurigakan. Pria itu malah berdiri dan seolah akan menceburkan dirinya ke laut. Sontak, Giandra mendekat dan bicara padanya.“Maaf, apa yang Anda lakukan di sini? Jangan bilang kalau Anda mau menjatuhkan diri ke bawah sana.” Giandra bicara sambil memegang tangan pria itu.Pria itu kaget dan berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Giandra. Di saat orang itu berontak, Giandra jadi semakin yakin kalau apa yang ia pikirkan itu benar. Dengan sekuat tenaga ia menarik pria itu sema