Share

Mantan Pacarku Anak Tiriku
Mantan Pacarku Anak Tiriku
Author: Loveiba

Balas Budi Penyerahan Diri

"Nak, ada aku di sini," ucap Banka. Mengusap lembut rambut Sally.

"Tuan pulang saja. Sally mau di sini bersama mama papa," kata Sally. Wanita itu terus menangis di hadapan makam kedua orang tuanya.

Melihat gadis di depannya yang terus bersedih dengan wajah yang begitu pucat. Banka kemudian membopong Sally. Gadis yang nampak terkejut itu menggerak-gerakan kakinya, berusaha untuk lepas.

"Turunkan aku! Aku mau di sana saja!" teriak Sally, memberontak.

Pria itu tidak mendengarkan teriakan Sally. Pukulan yang terus terjadi di dadanya, tak berarti besar baginya. Banka tetap berjalan menuju mobil. Pria keturunan bule itu berusaha untuk menghibur Sally dengan caranya sendiri.

Keesokan harinya ....

"Nak," panggil Banka. Menghampiri Sally yang tengah duduk termenung di sofa ruang tamu.

Perempuan itu tidak menunjukan respon apapun, ia tetap diam.

Melihat panggilannya tidak terjawab, Banka duduk di samping Sally sembari mengusap bahunya dengan lembut. "Aku tahu kamu sedang berduka. Aku pun merasa sangat sedih ketika melihat wajahmu murung. Bahkan air matamu sudah lelah untuk jatuh dari pipi lembutmu itu. Sudahlah, Sayang," harap Banka.

Sally menatap tajam lelaki di sampingnya. "Semua orang yang aku cintai sudah meninggalkanku. Papa, mama, pacar. Semua pergi! Lalu? Apa alasanku untuk bahagia?!"

Lelaki itu tersenyum. Kemudian meraih kedua tangan Sally dan menggenggamnya dengan erat. "Menikahlah denganku! Ini permintaan. Maukah kau memenuhinya? Aku tidak akan membiarkanmu kesepian lagi Sally," pinta Banka.

Mendengar hal itu Sally sangat terkejut. Ia menarik tangannya, kemudian mengambil jarak menjauhi pria itu.

Bagaimana bisa permintaan itu keluar dari mulut seorang pria yang lebih tua 10 tahun dari Sally, bahkan pria itu telah memiliki seorang istri. Sementara Sally? Baru saja lulus dari universitas. Bahkan, usianya belum menginjak 22 tahun.

"K-kau. Bagaimana bisa? B-bagaimana bisa kata-kata itu kau ucapkan, Tuan? Apakah kau lupa pada statusmu?" tuntut Sally.

Banka tersenyum. Kemudian, mendekatkan diri pada Sally. Tanpa disadari, Banka mengecup kening Sally dengan lembut. Lelaki itu berkata, "Saat pertama kali melihatmu, aku benar-benar hanya berniat untuk membantu perekonomian keluargamu. Tetapi entah mengapa, saat ini aku begitu mencintaimu. Bahkan aku ingin kamu menjadi miliku sepenuhnya. Nak, menikahlah denganku. Aku berjanji, apa yang kau inginkan akan kupenuhi. Aku tidak akan menyakitimu seperti mantan pacarmu."

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Banka. Sally yang berada di puncak amarah, seketika bangkit. Kemudian, berlari menuju kamarnya.

Bantal dan guling terus melayang, membentur tembok. Kekacauan itu, masih belum dapat mengurangi rasa kesal yang ada di batin Sally. Ia tahu, hidupnya di masa depan akan seperti apa. Tidak pernah terpikir bahwa nasibnya akan jadi seperti ini.

Wanita itu mulai tenang, meskipun kamarnya sudah tak karuan. Sally mulai membaringkan tubuhnya. Ia menutup kedua mata, mencoba mengingat pesan terakhir sang ayah.

Air matanya mengalir. Ia tak kuat lagi menahan segala beban yang ditanggungnya. Ia rindu keluarganya dulu. Keluarga yang selalu harmonis, dan harta keluarganya yang melimpah. Tidak ada kekurangan sedikit pun dalam hidupnya, kala itu. Hingga sang ayah bangkrut dan datang seorang pria yang menawarkan bantuan.

Itulah alasan di balik pesan terakhir sang ayah. Ayah Sally berpesan, agar anak tunggalnya membalas budi yang belum sempat ia lakukan.

Balas budi yang dimaksud sang ayah ialah menjadi abdi dari Banka-lelaki kaya raya yang banyak membantu kehidupannya.

Pesan sang ayah yang akan selamanya membekas dalam benak Sally, ialah ....

'Nak. Ayah tahu, sebentar lagi mata ini tidak dapat melihatmu lagi. Tangan ini sudah tidak dapat merasakan lembutnya kulitmu. Wajah ini sudah tidak dapat menyaksikan kebahagiaan dalam dirimu.' Ayah Sally, mengambil nafas panjang. 'Ayah memintamu untuk membalas kebaikan yang telah diberikan oleh teman ayah-Banka. Ayah mempercayakanmu padanya. Patuhi dia, penuhi segala keinginannya. Hanya dia yang membantu kita di saat t-terpuruk. Ayah sangat m-menyaya-' ungkap sang ayah. Sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Setelah memantapkan diri. Sally pun berniat untuk menghampiri Tuan Banka.

Tok tok tok ....

"Tuan."

Banka menoleh, menuju sumber suara. Wajahnya tersenyum kemudian memperlihatkan kesedihan. "Nak, kemarilah." Banka meminta Sally untuk duduk di sampingnya. "Maaf ... aku egois dan tidak memikirkan perasaanmu. Seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti itu kepadamu. Bagaimana mungkin kau memenuhi permintaan yang tidak masuk akal itu," cetus Banka.

"Aku bersedia, Tuan. Aku bersedia menjadi istri mudamu," jawabnya. Menundukan wajah.

Banka tersentak. Dirinya benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. "A-apa! Bagaimana maksudmu, Nak. Kau bersedia menjadi istriku?"

Sally mengangguk, mengangkat wajahnya dan mencoba untuk mengukir garis bibir.

"Hanya untukmu, Tuan. Lagi pula saat ini, hanya dirimu yang ada untukku. Bagaimana bisa aku menolakmu? Selama ini, rumah yang aku dan keluargaku tempati adalah milikmu, hartamu. Bahkan dengan aku menjadi istrimu, semua itu belum terbalaskan. Tetapi aku akan mencoba membuatmu bahagia. Aku berharap dengan keputusanku ini, hidupku akan bahagia dan berguna untukmu," kata Sally. Memeluk Tuan Banka.

Selama ini Sally menganggap Tuan Banka sebagai ayah kedua. Namun takdir berkata lain. Kini, Tuan Banka berstatus sebagai calon suaminya.

Tuan Banka tersenyum dan membalas pelukan Sally. Pria setinggi 186 cm itu mengangkat tubuh Sally yang mungil setinggi-tingginya.

Sally harap, ini adalah awal kisah keluarga bahagianya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status