Pesan terakhir sang ayah membuat Sally terjerat pada janjinya sendiri. Tanggungan hutang budi membuat dirinya menikah dengan pria yang berusia lebih tua darinya, dengan status sebagai istri kedua. Pada saat itu, Sally juga tengah patah hati karena sang kekasih berselingkuh dengan sahabatnya. Karena hal itu, Sally berencana untuk membalaskan dendamnya pada sang mantan yang menduakannya. Sally ingin menaklukan hati mantannya kembali. Kemudian, menyakitinya seperti yang dirasakannya dulu. Akan tetapi, ada kenyataan yang baru diketahui oleh Sally tentang hubungan mantan kekasihnya dan Suaminya. Siapakah sebenarnya jati diri dari mantan kekasih Sally?
View More"Nak, ada aku di sini," ucap Banka. Mengusap lembut rambut Sally.
"Tuan pulang saja. Sally mau di sini bersama mama papa," kata Sally. Wanita itu terus menangis di hadapan makam kedua orang tuanya.Melihat gadis di depannya yang terus bersedih dengan wajah yang begitu pucat. Banka kemudian membopong Sally. Gadis yang nampak terkejut itu menggerak-gerakan kakinya, berusaha untuk lepas."Turunkan aku! Aku mau di sana saja!" teriak Sally, memberontak.Pria itu tidak mendengarkan teriakan Sally. Pukulan yang terus terjadi di dadanya, tak berarti besar baginya. Banka tetap berjalan menuju mobil. Pria keturunan bule itu berusaha untuk menghibur Sally dengan caranya sendiri.Keesokan harinya ...."Nak," panggil Banka. Menghampiri Sally yang tengah duduk termenung di sofa ruang tamu.Perempuan itu tidak menunjukan respon apapun, ia tetap diam.Melihat panggilannya tidak terjawab, Banka duduk di samping Sally sembari mengusap bahunya dengan lembut. "Aku tahu kamu sedang berduka. Aku pun merasa sangat sedih ketika melihat wajahmu murung. Bahkan air matamu sudah lelah untuk jatuh dari pipi lembutmu itu. Sudahlah, Sayang," harap Banka.Sally menatap tajam lelaki di sampingnya. "Semua orang yang aku cintai sudah meninggalkanku. Papa, mama, pacar. Semua pergi! Lalu? Apa alasanku untuk bahagia?!"Lelaki itu tersenyum. Kemudian meraih kedua tangan Sally dan menggenggamnya dengan erat. "Menikahlah denganku! Ini permintaan. Maukah kau memenuhinya? Aku tidak akan membiarkanmu kesepian lagi Sally," pinta Banka.Mendengar hal itu Sally sangat terkejut. Ia menarik tangannya, kemudian mengambil jarak menjauhi pria itu.Bagaimana bisa permintaan itu keluar dari mulut seorang pria yang lebih tua 10 tahun dari Sally, bahkan pria itu telah memiliki seorang istri. Sementara Sally? Baru saja lulus dari universitas. Bahkan, usianya belum menginjak 22 tahun."K-kau. Bagaimana bisa? B-bagaimana bisa kata-kata itu kau ucapkan, Tuan? Apakah kau lupa pada statusmu?" tuntut Sally.Banka tersenyum. Kemudian, mendekatkan diri pada Sally. Tanpa disadari, Banka mengecup kening Sally dengan lembut. Lelaki itu berkata, "Saat pertama kali melihatmu, aku benar-benar hanya berniat untuk membantu perekonomian keluargamu. Tetapi entah mengapa, saat ini aku begitu mencintaimu. Bahkan aku ingin kamu menjadi miliku sepenuhnya. Nak, menikahlah denganku. Aku berjanji, apa yang kau inginkan akan kupenuhi. Aku tidak akan menyakitimu seperti mantan pacarmu."PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi Banka. Sally yang berada di puncak amarah, seketika bangkit. Kemudian, berlari menuju kamarnya.Bantal dan guling terus melayang, membentur tembok. Kekacauan itu, masih belum dapat mengurangi rasa kesal yang ada di batin Sally. Ia tahu, hidupnya di masa depan akan seperti apa. Tidak pernah terpikir bahwa nasibnya akan jadi seperti ini.Wanita itu mulai tenang, meskipun kamarnya sudah tak karuan. Sally mulai membaringkan tubuhnya. Ia menutup kedua mata, mencoba mengingat pesan terakhir sang ayah.Air matanya mengalir. Ia tak kuat lagi menahan segala beban yang ditanggungnya. Ia rindu keluarganya dulu. Keluarga yang selalu harmonis, dan harta keluarganya yang melimpah. Tidak ada kekurangan sedikit pun dalam hidupnya, kala itu. Hingga sang ayah bangkrut dan datang seorang pria yang menawarkan bantuan.Itulah alasan di balik pesan terakhir sang ayah. Ayah Sally berpesan, agar anak tunggalnya membalas budi yang belum sempat ia lakukan.Balas budi yang dimaksud sang ayah ialah menjadi abdi dari Banka-lelaki kaya raya yang banyak membantu kehidupannya.Pesan sang ayah yang akan selamanya membekas dalam benak Sally, ialah ....'Nak. Ayah tahu, sebentar lagi mata ini tidak dapat melihatmu lagi. Tangan ini sudah tidak dapat merasakan lembutnya kulitmu. Wajah ini sudah tidak dapat menyaksikan kebahagiaan dalam dirimu.' Ayah Sally, mengambil nafas panjang. 'Ayah memintamu untuk membalas kebaikan yang telah diberikan oleh teman ayah-Banka. Ayah mempercayakanmu padanya. Patuhi dia, penuhi segala keinginannya. Hanya dia yang membantu kita di saat t-terpuruk. Ayah sangat m-menyaya-' ungkap sang ayah. Sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.Setelah memantapkan diri. Sally pun berniat untuk menghampiri Tuan Banka.Tok tok tok ...."Tuan."Banka menoleh, menuju sumber suara. Wajahnya tersenyum kemudian memperlihatkan kesedihan. "Nak, kemarilah." Banka meminta Sally untuk duduk di sampingnya. "Maaf ... aku egois dan tidak memikirkan perasaanmu. Seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti itu kepadamu. Bagaimana mungkin kau memenuhi permintaan yang tidak masuk akal itu," cetus Banka."Aku bersedia, Tuan. Aku bersedia menjadi istri mudamu," jawabnya. Menundukan wajah.Banka tersentak. Dirinya benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. "A-apa! Bagaimana maksudmu, Nak. Kau bersedia menjadi istriku?"Sally mengangguk, mengangkat wajahnya dan mencoba untuk mengukir garis bibir."Hanya untukmu, Tuan. Lagi pula saat ini, hanya dirimu yang ada untukku. Bagaimana bisa aku menolakmu? Selama ini, rumah yang aku dan keluargaku tempati adalah milikmu, hartamu. Bahkan dengan aku menjadi istrimu, semua itu belum terbalaskan. Tetapi aku akan mencoba membuatmu bahagia. Aku berharap dengan keputusanku ini, hidupku akan bahagia dan berguna untukmu," kata Sally. Memeluk Tuan Banka.Selama ini Sally menganggap Tuan Banka sebagai ayah kedua. Namun takdir berkata lain. Kini, Tuan Banka berstatus sebagai calon suaminya.Tuan Banka tersenyum dan membalas pelukan Sally. Pria setinggi 186 cm itu mengangkat tubuh Sally yang mungil setinggi-tingginya.Sally harap, ini adalah awal kisah keluarga bahagianya.Malam itu di bawah sinar rembulan. Adez, Sally, dan Luzzi tengah berkumpul di rooftop. Meow ... meow ....“Luzzi, sudah! Itu makanan ibuku,” ujar Adez menghentikan kucingnya yang terus meminta jatah otak-otak.Sally menekuk wajahnya. Hatinya masih terkejut dengan tingkah laku kucing Adez yang nakal. Selain itu, otak-otak hasil gorengannya pun terus diambili Luzzi sehingga makanannya kian sedikit.“Maaf, besok akan kuganti.” Adez berjalan menjauhi luzzi. “Eh, tidak apa. Otak-otak itukan memang punya dia. Aku yang seharusnya tidak makan,” cetus Sally. Adez tersenyum. “Boleh juga. Sekarang sudah bisa bersikap dewasa yak.” Ledek Adez.“Tuh,kan. Kalo aku serius kamu seperti itu.” Sally bangkit memukul-mukul Adez. Mereka berdua tertawa bersama, sebelum Adez membuat suasana hening dengan pernyataannya. “Aku akan pergi, besok.”“Apa?!” Sally terkejut tak percaya. Sebelumnya Adez tidak membicarakan apapun dengannya. “Kenapa? Kok tiba-tiba mau pergi?” sambungnya bertanya.Adez tersenyum, ta
"Kamu sejak kapan ada di depan kamarku, Dez?" tanya Sally. Berjalan mengikuti langkah Adez."Aku baru saja tiba saat kamu keluar kamar. Kenapa memangnya?" Tanya Adez membalikkan pertanyaan."T-tidak apa," jawab Sally. "Ngomong-ngomong, kamu tidak ikut bisnis ayahmu?" tanyanya.Adez menggelengkan kepala. "Tidak. Bahkan aku tidak tahu sama sekali projek ayah kali ini," kata Adez."Ouh, iyakah. Kenapa bisa begitu? Aku kira kamu selalu tahu dan menjalankan bisnis yang sama," ujar Sally."Tidak, kami berbeda bidang. Bidang bisnisku di bidang properti sedangkan ayah di bidang pengelolaan uang," tuturnya. Pintu lift terbuka. Seperti biasa Sally dapat melihat pemandangan dari atap rumahnya yang begitu indah. "Pemandangan di sini tidak pernah mengecewakan," kata Sally.Adez tersenyum. "Jelas. Karena Mama Maya yang memilih rumah ini. Dia sangat memperhatikan estetika setiap sudut yang dapat dipandang di dalam ataupun di luar rumah," kata Adez."Mama Maya? Dia yang memilih rumah ini?" Adez meng
Hari demi hari, kondisi kesehatan mental Sally semakin membaik. Wajah cantik wanita itu mampu memperlihatnya ukiran bibirnya lagi. Berkat kerjasama yang dilakukan oleh Banka dan Adez, Sally dapat sedikit melupakan kejadian naas yang menimpanya. Tetapi rasa tenang hatinya tak bertahan lama, hari ini kecemasannya kembali lagi."Sayang ... kamu akan baik-baik saja," ujar Banka. Mengelus-elus istrinya yang tengah memeluknya dengan erat. "Jangan pergi ...." Sally terus meminta agar suaminya tidak jadi berangkat ke luar kota."Aku tidak bisa, Sayangku .... Aku harus menjalankan bisnis ini," kata Banka. Mengusap air mata Sally yang mulai tumpah."Kamu tidak sayang ya sama aku? Aku takut kalau sendirian, sejak kejadian itu kamu selalu menemani aku." "Hei ... aku sangat mencintaimu, aku sayang padamu. Kamu mau ikut aku pergi ke luar kota?" tanya Banka. Meyakinkan istrinya.Sally menggelengkan kepala. "Tidak mau. Aku mau kamu di sini menemaniku! Kalau tidak aku marah," gumam Sally. Mengancam s
Dua hari setelah pemeriksaan kejiwaan .... Banka, Sally, Adez dan para pelayan berkumpul mengadakan bakar-bakar di taman samping rumah. "Sayang, bagaimana kalau kita pergi mencari tempat yang penuh dengan ketenangan?" tanya Banka. Sembari melahap makanan di meja makan."Ke mana?" Sally mengembalikan pertanyaan suaminya. "Adez, Sabrina wanita yang baik. Aku merasa memiliki teman yang sangat menenangkan pikiranku," sambung Sally. Menatap Adez yang tengah makan bersama Sally dan Banka."Iya, dia teman sekolahku. Kalau kamu mau, nanti akan aku berikan nomor teleponnya. Siapa tahu bisa membantumu untuk mempermudah konsultasi," jawab Adez."Iya, baiklah. Terima kasih," ucap Sally. Menyantap nasi goreng."Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke daerah pegunungan. Suasananya pasti sangat asri dan sejuk. Rasa lelah dan stres kita pasti akan terbantu, tutur Banka."Boleh. Kapan kita akan pergi?" tanya Sally. "Apakah Adez akan ikut?" "Malam ini pun boleh," kata Banka."Aku tidak ikut, Sally. K
"Sally, maafkan aku," ucap Banka. Terus memohon kepada istrinya.Sally tak membalas perkataan suaminya, wanita itu hanya diam seribu bahasa. Banka yang melihat istrinya marah mencoba untuk mendekatkan diri. "Sayang, ayolah ... maafkan aku. Aku berjanji tidak egois lagi," ucap Banka. "Loh, kamu kenapa berkeringat dingin seperti ini? Padahal AC sudah dinyalakan. Kamu sakit, Sayang?" tanyanya. Memeriksa suhu tubuh Sally dengan punggung tangannya."Takut ....""Takut kenapa, Sayang?" tanya Banka. Memeluk istrinya. "A-aku tidak mau di kamar ini. Aku mau pindah," ujarnya berusaha bangkit dari ranjang. Namun sayangnya tubuh Sally tak seimbang kemudian jatuh tersungkur. Brug!"Ya ampun, Sayang!" teriak Banka. Segera menggendong istrinya. Tlit ... tlit ..../Ada apa, Ayah?/(Aku ingin menanyakan tentang istriku.)/Istrimu kenapa?/(Dia baru saja jatuh pingsan. Tubuhnya penuh dengan keringat tetapi suhu tubuhnya dingin. Apa kamu tahu penyebabnya? Mungkin kau salah memberi dia suatu makanan.)
"Di mana istriku?" tanya Banka. Menabrak tubuh Adez yang ada di depan pintu, kemudian segera mencari keberadaan istrinya. "Pelankan suaramu, Ayah. Istrimu sedang tidur," jawab Adez."Sayang ... kasihan sekali istri cantikku ini," cetus Banka. Mengusap lembut rambut Sally."Pelaku sudah ditangkap?" tanya Adez. Mendekati sang ayah."Itu urusanku," sahut Banka."Jawab saja pertanyaanku! Ini juga bagian dari urusanku," celetuk Adez. Menginginkan jawaban pasti dari ayahnya."Akan kuurus semua. Tenang saja," kata Banka."Seberapa sulit menjawab pertanyaanku, Ayah? Jangan bilang kalau kau membebaskan pelayan pengkhianat serta anak dari rekan bisnismu itu!" "Aku sudah memikirkan jalan terbaik. Yang terpenting istriku tidak apa," katanya."Tidak apa? Mungkin bisa terlihat jika fisik Sally masih baik-baik saja. Tetapi psikisnya? Jiwanya mungkin tidak, Ayah. Sudah aku pastikan jika mentalnya sangat rapuh saat ini. Cobaan bertubi-tubi bahkan menghancurkan semangatnya," tutur Adez."Aku tahu apa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments