Home / Rumah Tangga / Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi / Bab 303: Hujan, Luka, dan Rumah Jagal

Share

Bab 303: Hujan, Luka, dan Rumah Jagal

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-27 09:42:58

Pintu gerbang Rose Garden mengatup rapat dengan dentuman logam yang membelah udara sore. Mahesa berdiri hanya beberapa langkah dari gerbang itu, wajahnya datar, tapi matanya tajam, seperti bilah pisau yang sedang diasah.

Hujan belum turun, tapi udara sudah mengandung aroma tanah basah, pertanda langit akan pecah kapan saja.

“Hei, kalian ini kenapa sih?” suara Rafael menggelegar, nadanya tak bisa diredam, “Begini caranya Keluarga Wulandaru memperlakukan tamu?”

Namun Mahesa tak menjawab. Ia hanya meraih kerah Rafael dengan tenang dan menggiringnya kembali ke mobil, seolah ingin menyapu sisa emosi yang sempat membuncah.

Tak ada letupan marah dari mulutnya, hanya ketegangan diam yang menggantung seperti petir yang belum menyambar.

Begitu duduk di jok belakang, Mahesa memberi aba-aba singkat pada sopir, “Ke Rasa Nusantara.”

Restoran mewah itu bukan tempat biasa. Tempat yang tak bisa dibooking sembarangan, kecuali oleh seseorang seperti Nadira Wul

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 306: Pulau untuk Nadira

    Aroma gurih sup yang hampir matang merayap dari dapur, menyusup pelan ke sudut-sudut rumah kayu bergaya kolonial itu.Uap tipis mengepul dari panci yang dibiarkan terbuka sedikit, sesekali bergoyang halus oleh angin sore yang menyelinap dari jendela yang tak sepenuhnya tertutup.Di antara kehangatan itu, Nadira menyelipkan ketapelnya ke dalam saku apron dan tersenyum kecil.“Boleh,” katanya sambil menatap isi panci, “sebentar lagi sup-nya matang.”Seakan menjawab ucapannya, langkah kaki terdengar dari arah dapur. Dipa muncul membawa semangkuk sup hangat, aroma rempahnya langsung menguar begitu ia menjejakkan kaki ke ruang tengah.“Nona Nadira, apakah kita bisa mulai jamuannya sekarang?” tanyanya dengan nada sopan dan wajah yang berseri cerah.Nadira mengangguk, senyumnya ringan. “Bisa, kita mulai aja.”Saat meletakkan mangkuk di atas meja, mata Dipa sempat terpaku pada kalung liontin yang tergantung di leher Nadira.Liontin kec

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 305: Panah Mini dan Sirip Duyung

    Rambut Nadira disisir rapi ke belakang, ditata dengan presisi seperti karya seni yang nyaris sempurna, lalu disematkan penjepit berbentuk burung Fayra berwarna keemasan.Aksen kecil itu tampak hidup, seperti hendak mengepakkan sayapnya di antara helaian rambut gelap yang mengilap.Di bawah pencahayaan temaram ruangan, pundaknya tampak berpendar lembut, tertutup lapisan kain transparan yang memeluk kulitnya seperti kabut pagi.Payet merah di bagian dada gaunnya memantulkan cahaya dalam percikan halus, seolah Nadira mengenakan pecahan bintang yang dijahit dengan benang waktu.Ia berdiri di tengah ruangan seperti karakter utama dari dunia lain, sesuatu antara peri kota dan pejuang dongeng masa lalu.Tatapan tamu-tamu yang berkumpul di Warung Selera Nusantara mengarah padanya dalam senyap, seperti seisi ruangan terperangkap dalam jeda napas yang tertahan.Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Tara masuk sambil terengah, jaket dan rambutnya bas

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 304: Gaun Sisik Ikan

    Gilang muncul di ambang pintu, tubuhnya setengah diterangi cahaya senja yang tumpah dari jendela kaca besar.Langkahnya ringan, tapi mantap, membawa tas selempang berwarna krem yang tampak agak menggembung.Begitu melihat sosoknya, Nayaka bangkit dari sofa dan langsung memeluknya sebentar, hangat dan penuh kerinduan, seperti dua orang yang diam-diam menyimpan banyak cerita tak terucap selama bertahun-tahun."Gil," sapa Nayaka sambil menunjuk tas yang dibawa. "Bawa apa tuh?"Dengan senyum jenaka yang mengendap-endap di sudut bibir, Gilang mengangkat tas itu sedikit. “Hadiah ulang tahun dong, buat si kecil.”Tatapan Gilang kemudian beralih ke Nadira, yang duduk bersila di atas karpet, dikelilingi pita warna-warni dan serpihan tisu kado.Senyumnya melunak saat melihat aksesori rambut Nadira—hiasan bunga laut berkilau di sisi kepala—berpadu manis dengan wajah adik perempuannya yang mulai beranjak dewasa, namun masih menyimpan binar anak kecil di

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 303: Hujan, Luka, dan Rumah Jagal

    Pintu gerbang Rose Garden mengatup rapat dengan dentuman logam yang membelah udara sore. Mahesa berdiri hanya beberapa langkah dari gerbang itu, wajahnya datar, tapi matanya tajam, seperti bilah pisau yang sedang diasah.Hujan belum turun, tapi udara sudah mengandung aroma tanah basah, pertanda langit akan pecah kapan saja.“Hei, kalian ini kenapa sih?” suara Rafael menggelegar, nadanya tak bisa diredam, “Begini caranya Keluarga Wulandaru memperlakukan tamu?”Namun Mahesa tak menjawab. Ia hanya meraih kerah Rafael dengan tenang dan menggiringnya kembali ke mobil, seolah ingin menyapu sisa emosi yang sempat membuncah.Tak ada letupan marah dari mulutnya, hanya ketegangan diam yang menggantung seperti petir yang belum menyambar.Begitu duduk di jok belakang, Mahesa memberi aba-aba singkat pada sopir, “Ke Rasa Nusantara.”Restoran mewah itu bukan tempat biasa. Tempat yang tak bisa dibooking sembarangan, kecuali oleh seseorang seperti Nadira Wul

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 302: Hadiah yang Tak Diinginkan

    Meski warna catnya nyaris menjeritkan selera yang dipertanyakan—ungu metalik menyilaukan dengan aksen kuning menyala di velg dan spoiler—mobil modifikasi itu meluncur lincah, menggeram lembut seperti predator yang sedang main-main dengan mangsanya.Asap tipis dari knalpotnya membentuk garis-garis samar di udara Jakarta Selatan yang mulai gelap, bercampur aroma bensin dan udara lembap setelah hujan sore.Nadira duduk di balik kemudi dengan ekspresi serius namun penuh kenikmatan. Tangan kirinya menggenggam kemudi ringan, sementara tangan kanan sesekali berpindah ke persneling dengan gerakan gesit, nyaris seperti penari yang hafal betul ritmenya.Jalanan yang basah, lampu-lampu jalan yang memantul di aspal, suara gemuruh mesin, semuanya menyatu dalam tarian liar mobil itu.Tama dan Nayaka berdiri di depan restoran kecil yang lampunya temaram, papan kayunya menggantung miring dengan tulisan "Warung Pagi Rasa Petang".Dari dalam dapur, Dipa muncul sambi

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 301: Hadiah Paling Aneh

    “Nayaka, sayang banget dia nggak bisa ikut makan bareng. Tapi liat deh hadiah dari kita!”Nada suaranya ringan dan ceria seperti lagu anak-anak. Dengan penuh semangat, Nayaka menyerahkan sebuah map cokelat ke tangan Nadira, seolah-olah ia baru saja menyelesaikan misi rahasia yang penting.Wajahnya memancarkan antusiasme polos, seperti anak SD yang baru saja mendapat bintang emas dari guru kelasnya.“Kita habiskan setengah hari cari ide. Dan akhirnya kita sepakat, ini dia hadiahnya!”Nadira memandangi map itu, alisnya mengernyit pelan. Jemarinya ragu menyentuh pita karet yang mengikatnya.Isinya foto? Surat? Kontrak kerja?Di seberangnya, Tama sudah tak sabar menyendokkan suapan demi suapan ke mulut sambil melirik ke arah map itu, matanya menyipit penuh rasa ingin tahu.Saat pita terlepas, Nadira menarik keluar isi mapnya dengan hati-hati. Bukan foto, bukan kontrak, bukan surat ucapan ulang tahun bergaya vintage.Melainkan… sele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status