Share

Bab 314: Pisau dan Janji

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-28 10:45:38

Udara sore menyusup perlahan dari jendela yang terbuka setengah. Tirai tipis berayun pelan, seolah ikut menenangkan hati dua insan yang tengah duduk berdampingan di ruang keluarga yang kini terasa lebih luas dari biasanya.

Rak buku tua berdiri tenang di sudut, sebagian lampunya redup, memancarkan cahaya hangat kekuningan yang membingkai foto-foto lama di dinding.

Nadira dan Nayaka duduk dalam diam, menghadap bingkai kayu besar yang berisi potret kedua orangtua mereka.

Dalam foto itu, sang ayah tampak memeluk bahu ibu mereka, keduanya tersenyum penuh kehidupan.

Sekilas, Nadira menahan napas, seakan bisa mencium lagi wangi sabun khas Ibunya, atau mendengar tawa Bapak dari belakang dapur.

Keheningan pecah saat Nayaka perlahan berdiri. Suara gesekan kain sofa terdengar samar. Ia menatap adiknya, dan tanpa banyak kata, mengulurkan tangan, mengusap lembut rambut Nadira yang sudah ditata rapi sejak pagi.

Matanya memancarkan kehangatan, ada sesuatu

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 319: Hujan di Uluwatu

    Rekaman kamera pengawas tidak menunjukkan apa-apa. Tidak ada gerakan mencurigakan, tidak ada sosok yang tampak menyimpang dari skenario.Semuanya bersih, terlalu bersih. Padahal desas-desus sudah beredar pelan, seperti bisik angin yang membawa bau amis sebelum badai.Hadi, bintang utama sekaligus “titipan” produser, tetap berdiri di posisi yang aman. Terlalu banyak orang tahu permainan macam apa yang sedang dimainkan, tapi tak satu pun berani bicara.Dalam industri ini, keheningan jauh lebih berharga daripada kejujuran.Prinsip yang tak tertulis pun berlaku: jangan cari masalah kalau tak ada bukti kuat. Maka ketika Ghani—pemeran Dangelo—terpeleset secara tidak wajar dan harus dilarikan ke rumah sakit di Denpasar, semua hanya mengangguk pelan, lalu kembali bekerja seolah tak terjadi apa-apa.Padahal langkah mereka semua kini diselimuti bayangan kemungkinan: peran Dangelo bisa digantikan dalam waktu dekat.Sore itu, langit Bali mengga

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 318: Bayangan di Balik Layar

    "Dia bermain-main dengan terlalu banyak orang... Sepertinya dia sudah siap keluar dari industri ini."Kalimat itu menggantung di udara, tajam seperti embusan angin yang membawa firasat buruk. Dipa menatap Nadira dengan mata yang menyipit, mencoba menangkap sesuatu dari nada suara atau sorot matanya yang bisa menjelaskan semuanya.Tapi wajah Nadira tampak seperti topeng, rapat dan dingin. Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja mengucapkan sesuatu seberat itu."Kenapa kamu bilang begitu?" Suara Dipa keluar lebih pelan dari yang ia maksudkan, nyaris berbisik.Namun ketegangan dalam nada bicaranya tidak bisa disembunyikan. Ada sesuatu yang menggigit di dadanya, naluri yang berkata bahwa semua ini pasti berkaitan dengan Ghani, kakaknya.Naluri yang tidak membutuhkannya menjadi detektif untuk tahu ada yang salah.Nadira memalingkan wajahnya, menatap jalanan lengang di luar jendela kafe tempat mereka duduk.Matanya menerawang, seolah

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 317: Di Antara Pisau dan Doa

    Wajah Nadira mengeras, sorot matanya berubah tajam, seperti langit mendung yang menyimpan hujan deras."Kakinya belum sembuh benar, kenapa malah ambil job akting? Mau bunuh diri?"Kalimat itu meluncur dingin saat ia memasuki ruang rawat, tanpa basa-basi. Nadira berdiri di kaki ranjang, lengan terlipat, seragam medisnya masih rapi meski sudah seharian berkutat di rumah sakit.Di hadapannya, Ghani terbaring pucat di ranjang pasien, pipinya cekung, rambutnya berantakan seolah tak sempat disisir.Namun di balik tatapan tegas itu, Ghani menangkap sesuatu yang lain. Ada semacam kepedulian tulus yang asing, yang tidak ia temukan di wajah para produser atau manajer yang selama ini hanya menghitung angka rating dan popularitas."Aku nggak apa-apa, dr. Wulandaru," katanya pelan, mencoba menahan nyeri yang menusuk dari lutut kirinya.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Ini cedera lama. Aku sudah urus dengan baik."Nadira men

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 316: Jangan Khawatir

    Anak itu biasanya setenang danau di pagi hari. Tapi hari ini, seolah ada riak yang tak bisa diredam. Kakinya tak berhenti bergerak di bawah meja, jari-jarinya menggenggam pinggir kursi, matanya menatap kosong ke luar jendela, tapi jelas ada badai kecil yang sedang berputar di balik sorotnya.Tak ada satu pun kata yang keluar untuk menjelaskan, hanya sunyi yang terasa berat.Karena itu, suara di ujung telepon terdengar cemas namun penuh harap.“Anak ini biasanya tenang banget. Tapi kali ini dia gelisah bukan main. Tapi dia nggak mau cerita apa-apa. Jadi aku hubungi kamu, siapa tahu bisa bantu cari tiket buat dia...”“Aku urus sendiri. Kamu nggak perlu khawatir,” jawab Nadira mantap. Suaranya tenang, tapi cepat dan tanpa ragu, seperti seseorang yang sudah mengambil keputusan sejak sebelum kalimat itu selesai diucapkan.Begitu panggilan berakhir, Nadira langsung menekan nomor Dipa. Tak ada basa-basi, tak ada ruang untuk ragu.Begitu tersambung,

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 315: Luka di Tengah Lintasan

    Mahesa duduk tegak di seberang meja batu, tepat di hadapan Lukas. Kedua tangannya bersedekap, tubuhnya nyaris tak bergerak, seperti patung batu di tengah taman yang lengang.Tapi matanya, tajam seperti ujung belati, menancap pada Lukas dengan pandangan penuh siaga. Bibirnya terkatup rapat, seakan menahan sesuatu yang lebih tajam dari kata-kata."Jago naik kuda? Dari mana dia dapat rasa percaya diri itu?" gumamnya dalam hati, tak sudi mengalihkan sorot matanya.Lukas, tampak lebih santai, menyalakan fitur speakerphone dan meletakkan ponsel di atas permukaan meja yang dingin.Batu meja itu memantulkan cahaya matahari sore yang jatuh dari sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan bergerigi di wajah Zayyan yang duduk di sisi kanan.Suasana hening sejenak, hanya diiringi suara burung-burung kecil dari kejauhan dan deru angin yang menggoyangkan ranting.Lalu suara Nadira terdengar, jernih namun sedikit tergesa dari seberang sambungan, “Aku lagi sib

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 314: Pisau dan Janji

    Udara sore menyusup perlahan dari jendela yang terbuka setengah. Tirai tipis berayun pelan, seolah ikut menenangkan hati dua insan yang tengah duduk berdampingan di ruang keluarga yang kini terasa lebih luas dari biasanya.Rak buku tua berdiri tenang di sudut, sebagian lampunya redup, memancarkan cahaya hangat kekuningan yang membingkai foto-foto lama di dinding.Nadira dan Nayaka duduk dalam diam, menghadap bingkai kayu besar yang berisi potret kedua orangtua mereka.Dalam foto itu, sang ayah tampak memeluk bahu ibu mereka, keduanya tersenyum penuh kehidupan.Sekilas, Nadira menahan napas, seakan bisa mencium lagi wangi sabun khas Ibunya, atau mendengar tawa Bapak dari belakang dapur.Keheningan pecah saat Nayaka perlahan berdiri. Suara gesekan kain sofa terdengar samar. Ia menatap adiknya, dan tanpa banyak kata, mengulurkan tangan, mengusap lembut rambut Nadira yang sudah ditata rapi sejak pagi.Matanya memancarkan kehangatan, ada sesuatu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status