Beranda / Romansa / Mantan Terindah / Bab. 3 Tabrakan Jodoh

Share

Bab. 3 Tabrakan Jodoh

Penulis: Larasatiameera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-29 11:08:52

Bella dan Melissa berbelanja di sebuah mal berdua. Melissa sebagai asisten membantu Bella memilihkan kostum yang cocok untuk acara yang akan dihadiri Bella nanti malam. Sehubungan dengan film terbarunya yang box office, Bella mendapat kehormaan untuk hadir sebaga bintang tamu di salah satu acara talk show di televisi. Tentunya dengan semua pendukung film tersebut.

Melissa sibuk memilihkan baju untuk Bella, sedangkan Bella malah melamun. Sepertinya pertemuannya dengan Rayhan beberapa saat lalu telah benar-benar membuat pikirannya kacau sepanjang hari.

"Kenapa tadi kita nggak ke butik langganan aja sih, Bel? Tumben banget kamu ngajak belanja di luar?" tanya Melissa sambil memilah-milah beberapa baju yang sekiranya cocok dengan Bella.

"Lagi pengen keluar aja," jawab Bella asal tanpa berpikir.

Melissa mengambil sebuah gaun cantik berwarna biru muda kesukaan Bella. "Gimana kalau ntar malem kamu pake aja yang ini, Bel?" tanya Melissa sembari menempelkannya di badan Bella dan mengamatinya. "Kayaknya oke, deh."

"Terserah kamu aja, deh. Yang mana aja nggak masalah." Bella malas memberikan komentar apapun. Pikirannya masih ruwet gara-gara Rayhan. Walaupun kesal mengakuinya, tapi pada kenyataannya di otaknya dipenuhi tentang pertemuannya dengan pria tersebut.

Melissa jadi bingung. "Kamu kenapa, sih? Kayaknya belakangan ini sikap kamu aneh banget? Syuting salah melulu, banyak ngelamun, kalau diajak ngomong terserah-terserah aja? Kamu ada masalah apa?"

"Nggak ada masalah apa-apa. Aku cuma lagi mikirin soal Daniel aja." Bella mencari-cari alasan yang lain.

"Daniel? Kenapa sama dia?"

"Ya gitu deh. Setelah tahu kalau aku udah jadian sama Ferly, kayaknya Daniel agak nggak suka, deh."

Melissa mengernyitkan dahinya. "Nggak suka? Maksud kamu?"

Bella memandang Melissa. "Selama ini aku bukannya nggak tahu, tapi aku emang sengaja pura-pura nggak tahu. Kalau sebenernya ... kayaknya Daniel emang beneran suka sama aku deh, Mel. K-a-y-a-k-n-y-a." Bella memberi penekanan pada kata terakhir karena tidak mau dibilang terlalu percaya diri.

"Aku udah duga itu kan, Bel. Daniel tuh suka sama kamu. Kamu nya aja yang keras kepala, tetep nggak mau ngejalanin hubungan sama dia. Alasan kamu itu nggak masuk akal banget, tahu nggak. Temen juga bisa jadi pacar kalau mereka emang cocok."

Bella hanya menghela napas. Melissa memang tidak salah, hanya saja Bella tidak bisa melakukan itu. Berpacaran dengan sahabat? Jika suatu saat mereka putus, maka Bella akan kehilangan pacar dan juga sahabat. Dia tidak mau hal itu terjadi padanya. Lagi.

"Terus gimana tindakan kamu selanjutnya? Kamu udah tahu Daniel suka sama kamu, tapi kamu malah sengaja nyari cowok lain buat kamu pacarin. Kamu nggak mikirin gimana perasaannya Daniel?"

"Itu lebih baik."

Melissa tidak mengerti. "Lebih baik gimana?"

"Jauh lebih baik kalau aku sama dia cuma temenan aja, Mel. Karena aku jauh lebih ngehargain temen daripada pacar." Bella mengakatakan sesuatu yang sulit dimengerti oleh Melissa.

Melissa tetap bingung. "Ya udah terserah kamu aja, deh. Terus gimana? Bajunya mau yang ini apa enggak?" Melissa mengulangi pertanyaannya, menunjukkan gaun berwarna biru muda.

"Iya."

"Ya udah, mendingan kamu coba dulu aja sana. Nih." Melissa memberikan gaun.

Bella segera pergi ke kamar ganti. Dia sudah pasrah dan menurut saja dengan apa yang dipilihkan Melissa.

Malas berpikir.

Melissa menunggu Bella sambil iseng-iseng melihat-lihat baju tanpa membelinya. "Kalau aja aku punya banyak uang, pasti udah aku borong semua baju-baju di mal ini. Bagus-bagus banget."

Mike sedang mengendap-endap masuk ke arena butik tempat Bella dan Melissa berbelanja. Dia kelihatannya sedang berusaha bersembunyi dari seseorang. Dia terus-menerus menoleh ke belakang takutnya orang itu mengejarnya. Dia berjalan mundur-mundur sampai akhirnya tanpa sengaja menabrak Melissa yang berdiri di belakangnya tanpa tahu apa yang terjadi.

Keduanya kaget sekali, dan berteriak dengan spontan. Tapi Mike yang duluan sadar keburu membungkam mulut Melissa supaya Melissa tidak teriak lagi.

"Ssssttt ... jangan teriak, ya? Please." pinta Mike.

Melissa mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mike melepas bungkaman mulut Melissa, setelah dirasa cukup aman.

Melissa bisa bernapas lega, dan dia sedikit takut melihat Mike. "Siapa kamu?"

Karena tadi terlalu kaget, Mike jadi lupa memperhatikan wanita cantik di depannya itu. Dan baru sekaranglah dia sadar kalau Melissa ini benar-benar cantik. Sifat playboy nya kumat lagi dan dia menebar senyum semanis mungkin pada Melissa.

"Sorry ya, aku nggak sengaja," kata Mike berseri-seri, mendapat calon gebetan baru lagi.

"Iya nggak apa-apa."

Mike dengan kepercayaan diri yang luar biasa, mengulurkan tangannya. "Hai, kenalin aku Michael Raditya. Panggil aja Mike. Usia 30 tahun, masih lajang. Kamu tahu Deva Market kan? Aku CEO-nya."

Melissa menjabat tangan Mike dengan ragu-ragu seakan-akan tidak terlalu peduli dengan perkenalan Mike yang amat panjang itu. "Melissa."

Mike tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan pendekatan. Dia mencium tangan Melissa, dan itu membuat Melissa takut dan buru-buru menarik tangannya.

"Jangan kurang aja ya, kamu!" Melissa berubah galak.

Namun Mike menanggapinya sesantai mungkin. "Ups, maaf banget. Aku nggak tahu kalau kamu nggak suka diperlakukan begitu."

Bella muncul dari belakang dengan membawa gaun biru muda yang sudah selesai dicobanya. "Mel."

Melissa dan Mike menoleh.

Mike kaget sekali bertemu dengan Bella, karena setahunya Bella adalah artis papan atas. Siapa sih yang tak kenal dia. Dan seketika itu juga Mike bermaksud mau ngegebet Bella juga. "Kamu ... kamu bukannya Bella? Artis itu, kan?"

Bella memandang asing ke arah Mike. "Iya, kenapa?"

Mike mengulurkan tangannya. "Kenalin, kenalin. Aku Michael Raditya, biasa dipanggil Mike. Usia 30 tahun, masih lajang, dan sekaligus CEO Deva Market."

Bella mengangguk tanpa menyentuh tangan Mike, lalu berpaling pada Melissa. "Bajunya pas. Kayaknya aku ambil yang ini aja, deh."

"Oh iya. Ayo." Melissa dan Bella pergi meninggalkan Mike sendirian.

Tangan Mike masih terulur, dia memandangi tangannya sendiri sambil berkata, "Aku Bella. Seneng banget ketemu sama kamu. Kapan-kapan gimana kalau kita jalan?"

Lalu Mike manarik tangannya, dan mendengkus kesal. "Seandainya aja tadi tuh cewek bilang gitu, aku pasti seneng setengah mati."

___

Bella dan Melissa keluar mal dan menuju ke mobil yang ada di parkiran sambil berbincang.

"Cowok yang tadi siapa, sih? Aneh banget?" tanya Bella menanyakan tentang Mike.

"Tahu tuh, aku juga nggak kenal sama dia. Ketemu juga baru tadi." Jawab Melissa. "Kalau dilihat-lihat dari tampangnya sih, kayaknya bukan cowok baik-baik."

"Kamu punya pikiran yang sama kayak aku. Dia salah satu dari sejuta cowok berengsek se - Indonesia."

Setelah berjalan di antara deretan mobil-mobil yang terparkir rapi di area parkir, Bella dan Melissa mendekati sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di antara ratusan mobil di mal itu.

"Tukang parkirnya mana?" Melissa mengedarkan pandangan ke segala arah dan melihat si tukang parkir sedang berada di ujung area parkir mengomando mobil yang mau mundur. "Eh, di sana tuh orangnya."

"Udah biarin aja, kalau dia nggak dateng ke sini ya udah nggak usah dibayar." Bella masuk ke dalam mobilnya dan duduk di belakang kemudi.

Melissa masuk dan duduk di sebelahnya.

Sebuah mobil berwarna hitam mengkilat melaju pelan di area parkir itu, lalu dengan tidak sengaja mobil Bella yang bergerak mundur menabrak mobil yang melintas di belakangnya.

SRAK!!!

Mobil yang tertabrak tadi otomatis langsung berhenti karena pasti sopirnya kaget mendengar suara itu.

"Bel, suara apaan tuh?" Melissa menengok ke belakang dan membelalak, mobil mereka menabrak mobil orang. "Ya ampun. Nabrak, Bel."

Bella kelihatan panik, dia melihat ke belakang dari spion mobilnya. "Aduh, ada-ada aja, deh. Perasaan tadi di belakang nggak ada apa-apa."

Mobil yang ditabrak Bella maju sedikit supaya pintu bisa terbuka. Dan Rayhan keluar dari mobilnya, mengecek cat mobilnya yang lecet akibat tertabrak tadi. Dia pun berteriak ke arah mobil Bella.

"Hei, keluar! Keluar kalian!" teriak Rayhan dari samping mobilnya.

Jantung Bella berdegup kencang, dia sangat mengenali suara Rayhan biarpun tidak melihat orangnya. Setelah belasan tahun, Bella masih saja hafal dengan suara pria itu. Tentu saja itu membuatnya kesal sendiri.

'Rayhan? Serius dia?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Terindah   Bab. 105 I Love You

    Mike sedang sibuk dengan ponselnya---membaca berita di internet dalam keadaan tenang. Tiba-tiba ada keributan datang dan mengganggu ketenangannya. Empat anak kecil---dua perempuan dan dua laki-laki yang semuanya masih kecil-kecil berlari menghampirinya. "PAPA!!!!" Mike kaget dan buru-buru meletakkan ponselnya dan menyambut kedatangan mereka. "Ada apa? Kenapa ribut-ribut?" tanya Mike. "Kalian nggak sekolah?" "Aku belum sekolah, Pa," kata salah satu anak perempuannya yang masih kecil. "Aku masih tiga tahun." "Maksud Papa, kakak-kakak kamu itu." Mike menunjuk ketiga anaknya yang lainnya. "Kenapa kalian nggak sekolah?" "Ini kan hari Minggu, Pa," kata salah satu anak laki-lakinya. "Papa aja santai-santai di rumah, nggak kerja." "Apa?" Mike bengong. "Masa Papa nggak tahu kalau hari ini hari Minggu? Ih, ternyata Papa kita payah." Mike langsung kesal. "Hei, biar payah gini, aku ini papa kalian, tahu. Kalau Papa nggak ada, nggak mungkin kalian bakalan ada." Mike mengatakan hal-hal yan

  • Mantan Terindah   Bab. 104 Undangan Pernikahan

    Sepuluh Tahun Kemudian .... Bella sedang menjalani syuting film terbarunya di sebuah taman bermain. Dia berdialog panjang sekali, sampai-sampai harus mengulang sampai tiga kali karena salah terus. Dan di take ke tiga-nya .... "Kamu nggak tahu kenapa aku melakukan ini?" kata Bella dalam dialognya bersama seorang pria yang menjadi lawan mainnya. "Sudah 15 tahun aku menunggu kamu, tapi apa? Kamu hanya memberikan janji-janji tapi nggak pernah menepatinya. Kalau kamu terus seperti ini, mendingan kita---" "MAMA!!!!" Dialog Bella lagi-lagi terputus, kali ini bukan karena Bella lupa dialognya, melainkan ada yang memanggilnya di luar syuting. Dua anak laki-laki memakai seragam SD dan seorang anak perempuan memakai seragam TK berlari ke arahnya dan memasuki lokasi syuting. Mereka bertiga mendekati Bella. "CUT! CUT! CUT!!" teriak sutradara. "Aduh, ada apa lagi sih, itu?!" Sutradara mulai frustrasg "Mama, ayo pulang!" rengek salah seorang anak laki-lakinya yang kembar. "Iya, Mama!" si kemb

  • Mantan Terindah   Bab. 103 Kamu Milikku

    Daniel melihat ke foto yang dirobek Naura, lalu tersenyum kecil. "Nyerah?" Naura terdiam, memandangi fotonya yang sudah terpisah dengan foto Rayhan. "Menurut kamu?" "Aku juga udah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang aku mau. Tapi memang, ada hal-hal yang seharusnya memang bukan menjadi milik kita. Sekeras apapun usaha kita untuk ngejar dia, kalau emang dia bukan milik kita, pasti akan tetep ninggalin kita." Naura masih diam, memandangi foto Rayhan. "Gimana kalau aku nyaranin, mendingan kamu mulai lupain dia?" tanya Daniel. "Emang itu yang mau aku lakuin sekarang," jawab Naura. "Aku udah cukup bahagia Rayhan sekarang sembuh. Aku juga bahagia, kalau Rayhan bahagia." Daniel menoleh, memandangi Naura dengan tatapan aneh. Sebuah pemikiran pun terlintas di benaknya. "Ra?" "Iya, kenapa?" "Kamu mau ikut aku ke Sidney?" tanya Daniel tiba-tiba. Naura memandang Daniel---bingung. "Sidney?" "Aku bakal bantu kamu buat bisa ngelupain Rayhan sepenuhnya," ujar Daniel. "Untuk m

  • Mantan Terindah   Bab. 102 Semua yang Hidup Pasti Mati

    Satu tahun kemudian .... Bella berlari-lari sambil membawa sepatu hak tingginya. Dia berlari di atas rerumputan hijau yang subur, dan berkali-kali dia menginjak tanah becek karena sepertinya habis hujan deras tadi malam. Tentu saja dia sangat kesusahan berlari apalagi dengan mengenakan sepatu hak tinggi, makanya dia memutuskan untuk telanjang kaki saja.Setelah lari-lari dan menghadapi beberapa rintangan, seperti tanah becek, genangan air, dan lain-lain, Bella sampai juga di tempat tujuan. Sebuah pohon besar yang sudah tidak asing lagi untuknya. Napasnya terengah-engah dan hampir saja dia tidak bisa bernapas karena terlalu lelah."Terlambat dua menit, lima puluh tiga detik," kata seseorang.Bella berteriak kesal. "HEI!"Seseorang berdiri membelakangi Bella sambil menatap pohon besar tua di depan matanya yang daunnya tampak lebat dan hijau subur. Rayhan memutar tubuhnya dan tersenyum jahil padanya. "Aku kan udah bilang, aku nggak punya banyak waktu. Aku suruh kamu dateng dalam waktu l

  • Mantan Terindah   Bab. 101 Kamu Boleh Pergi

    FlashbackRayhan dan Vicko menghabiskan akhir pekannya dengan pergi memancing sesuai rencana. Tempat yang mereka pilih untuk acara memancing adalah sebuah sungai besar yang terletak di tepi hutan. Air sungai yang jernih serta dikelilingi banyak bebatuan, menjadikan tempat itu sangat nyaman untuk bersantai sambil memancing. "Udaranya seger ya, Pa?" Rayhan yang duduk di atas bebatuan sambil memegang kail pancingnya, berkata pada sang papa yang juga melakukan hal yang sama di sebelahnya. "Iya, kebetulan cuaca agak mendung jadi nggak panas. Mudah-mudahan aja nggak hujan." Vicko menengadah ke langit dan melihat gumpalan awan abu-abu yang tersebar di langit sejak pagi tadi. "Sebenernya ya, Pa. Dari pada mancing, aku lebih suka nyemplung aja ke sungai terus berenang." Rayhan berkata sembari tertawa. "Aku udah lupa kapan terakhir kali mandi di sungai." "Waktu kamu kelas 1 SD dan Papa bawa kamu pulang sambil dijewer kupingnya." Vicko menjawab sekaligus mengingatkan. Jawaban Vicko sukses m

  • Mantan Terindah   Bab. 100 Kembalikan Senyuman Anak Saya

    Sambungan flashback"Aku janji nggak akan lupa sama pelajaran sekolah kok, Ma." Bella memberikan pembelaan. "Sekolah tetep jadi yang utama buat aku. Lagian, kita pacarannya nggak akan macem-macem, kok."Rayhan mengangguk lagi, mengiyakan ucapan Bella. "Betul, Mama---emm maksud saya Tante. Kita berdua nggak akan ngelakuin hal-hal yang aneh, kok.""Saya sudah menyuruh kamu diam, ya." Evellyn melotot ke arah Rayhan. "Kenapa kamu main nyerobot saja dari tadi? Diam."Rayhan menutup mulutnya rapat-rapat dan kembali menganggukkan kepalanya.Evellyn kembali menatap ke arah putrinya. "Bella, kamu nggak pacaran aja nilai kamu sudah jelek. Kamu bahkan menempati urutan ke tiga terendah di kelas kamu. Apalagi sekarang kamu sok-sok an pacaran segala? Mau jadi apa kamu nanti? Sebenarnya kamu ke sekolah buat belajar apa buat pacaran, sih?""Aku janji bakal rajin belajar kalau Mama ngijinin aku sama Rayhan pacaran, Ma." Bella tetap bersikeras. "Kamu pikir Mama percaya? Pokoknya Mama nggak setuju kali

  • Mantan Terindah   Bab. 99 Hanya Kamu

    Bella kembali ke lantai dasar dan sampai di lapangan basket sekolah. Dulu, tempat itu selalu ramai tiap kali jam istirahat karena ada banyak murid laki-laki yang bermain basket di sana dan para murid perempuan menjadi penonton.Di sisi yang lain, dulu pernah ada sebuah panggung hiburan di sana saat pentas seni sekolah. Di panggung itu dulu Bella dan Rayhan berduet menyanyikan lagu sampai tragedi Rayhan lupa lirik dan semua teman-temannya melempari mereka dengan segala macam benda yang ada termasuk sepatu.Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan oleh Bella."Bella!"Bella menoleh lagi mendengar namanya disebut. Lalu dia seolah berada di masa belasan tahun yang lalu, saat hujan turun ketika pelajaran olahraga.Rayhan remaja membawakan payung berwarna kuning dan menghampiri Bella remaja yang sedang asik menikmati hujan pertama di lapangan, sementara semua teman-temannya berteduh."Kamu ngapain hujan-hujanan?" tanya Rayhan remaja sambil memayungi Bella remaja yang seragam olahraganya s

  • Mantan Terindah   Bab. 98 SMA Kenangan

    Hari ini tiba-tiba Bella ingin mengunjungi SMA tempatnya dulu bersekolah. Setelah berkali-kali hanya lewat dan lebih sering mengunjungi taman belakangnya yang merupakan tempat kencan favoritnya bersama Rayhan, kali ini Bella menyempatkan mendatangi sekolah lamanya dan menyapa beberapa guru yang dulu pernah mengajarnya di kelas. SMA Pelangi---papan nama itu masih tetap terpampang dengan jelas di atas pintu gerbang. Bella sengaja datang di saat jam pelajaran berlangsung karena dia ingin berjalan-jalan di sekolah tanpa ada keramaian. Ketika melangkahkan kakinya memasuki halaman sekolah, Bella langsung bernostalgia tentang masa-masa SMA nya dulu. Seolah dia melihat dirinya sendiri yang memakai seragam SMA sedang berlarian bersama teman-temannya---dengan tawa candanya. Senyuman Bella mengembang saat dia mulai teringat masa remajanya dulu. Dia melanjutkan langkahnya menuju serambi sekolah. Suasana sangat sepi seperti yang dia harapkan dikarenakan proses belajar mengajar masih berlangsung

  • Mantan Terindah   Bab. 97 Happy Birthday

    Bella memarkir mobilnya di tepi jalan dengan lampu sein sebelah kiri menyala. Di dalam ada Daniel yang duduk di sebelahnya. Suara kendaraan berlalu lalang menjadi latar belakang."Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, Bel." Daniel membuka percakapan mereka. "Aku minta maaf karena udah minta kamu buat ketemu sama mama aku. Aku juga nggak tahu ternyata mamaku kayak gitu. Aku pikir dia minta mau ketemu kamu buat tujuan yang baik. Nggak tahunya ...." Daniel benar-benar menyesalkan semuanya."Nggak apa-apa. Aku ngerti, kok." Bella berusaha memahami perasaan Daniel, walaupun dia merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Catherine tempo hari. "Aku juga minta maaf mewakili mama aku, Bel. Aku janji, aku bakal kasih pengertian lagi ke mama. Aku nggak akan nyerah biar mama aku bisa terima kamu.""Dan." Bella berusaha menjelaskan. "Aku yang harus minta maaf ke kamu. Mungkin selama ini aku terkesan ngasih harapan palsu ke kamu."Daniel seolah tahu apa yang akan dikatakan Bella selanjutnya, tamp

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status