Share

Bab. 3 Tabrakan Jodoh

Bella dan Melissa berbelanja di sebuah mal berdua. Melissa sebagai asisten membantu Bella memilihkan kostum yang cocok untuk acara yang akan dihadiri Bella nanti malam. Sehubungan dengan film terbarunya yang box office, Bella mendapat kehormaan untuk hadir sebaga bintang tamu di salah satu acara talk show di televisi. Tentunya dengan semua pendukung film tersebut.

Melissa sibuk memilihkan baju untuk Bella, sedangkan Bella malah melamun. Sepertinya pertemuannya dengan Rayhan beberapa saat lalu telah benar-benar membuat pikirannya kacau sepanjang hari.

"Kenapa tadi kita nggak ke butik langganan aja sih, Bel? Tumben banget kamu ngajak belanja di luar?" tanya Melissa sambil memilah-milah beberapa baju yang sekiranya cocok dengan Bella.

"Lagi pengen keluar aja," jawab Bella asal tanpa berpikir.

Melissa mengambil sebuah gaun cantik berwarna biru muda kesukaan Bella. "Gimana kalau ntar malem kamu pake aja yang ini, Bel?" tanya Melissa sembari menempelkannya di badan Bella dan mengamatinya. "Kayaknya oke, deh."

"Terserah kamu aja, deh. Yang mana aja nggak masalah." Bella malas memberikan komentar apapun. Pikirannya masih ruwet gara-gara Rayhan. Walaupun kesal mengakuinya, tapi pada kenyataannya di otaknya dipenuhi tentang pertemuannya dengan pria tersebut.

Melissa jadi bingung. "Kamu kenapa, sih? Kayaknya belakangan ini sikap kamu aneh banget? Syuting salah melulu, banyak ngelamun, kalau diajak ngomong terserah-terserah aja? Kamu ada masalah apa?"

"Nggak ada masalah apa-apa. Aku cuma lagi mikirin soal Daniel aja." Bella mencari-cari alasan yang lain.

"Daniel? Kenapa sama dia?"

"Ya gitu deh. Setelah tahu kalau aku udah jadian sama Ferly, kayaknya Daniel agak nggak suka, deh."

Melissa mengernyitkan dahinya. "Nggak suka? Maksud kamu?"

Bella memandang Melissa. "Selama ini aku bukannya nggak tahu, tapi aku emang sengaja pura-pura nggak tahu. Kalau sebenernya ... kayaknya Daniel emang beneran suka sama aku deh, Mel. K-a-y-a-k-n-y-a." Bella memberi penekanan pada kata terakhir karena tidak mau dibilang terlalu percaya diri.

"Aku udah duga itu kan, Bel. Daniel tuh suka sama kamu. Kamu nya aja yang keras kepala, tetep nggak mau ngejalanin hubungan sama dia. Alasan kamu itu nggak masuk akal banget, tahu nggak. Temen juga bisa jadi pacar kalau mereka emang cocok."

Bella hanya menghela napas. Melissa memang tidak salah, hanya saja Bella tidak bisa melakukan itu. Berpacaran dengan sahabat? Jika suatu saat mereka putus, maka Bella akan kehilangan pacar dan juga sahabat. Dia tidak mau hal itu terjadi padanya. Lagi.

"Terus gimana tindakan kamu selanjutnya? Kamu udah tahu Daniel suka sama kamu, tapi kamu malah sengaja nyari cowok lain buat kamu pacarin. Kamu nggak mikirin gimana perasaannya Daniel?"

"Itu lebih baik."

Melissa tidak mengerti. "Lebih baik gimana?"

"Jauh lebih baik kalau aku sama dia cuma temenan aja, Mel. Karena aku jauh lebih ngehargain temen daripada pacar." Bella mengakatakan sesuatu yang sulit dimengerti oleh Melissa.

Melissa tetap bingung. "Ya udah terserah kamu aja, deh. Terus gimana? Bajunya mau yang ini apa enggak?" Melissa mengulangi pertanyaannya, menunjukkan gaun berwarna biru muda.

"Iya."

"Ya udah, mendingan kamu coba dulu aja sana. Nih." Melissa memberikan gaun.

Bella segera pergi ke kamar ganti. Dia sudah pasrah dan menurut saja dengan apa yang dipilihkan Melissa.

Malas berpikir.

Melissa menunggu Bella sambil iseng-iseng melihat-lihat baju tanpa membelinya. "Kalau aja aku punya banyak uang, pasti udah aku borong semua baju-baju di mal ini. Bagus-bagus banget."

Mike sedang mengendap-endap masuk ke arena butik tempat Bella dan Melissa berbelanja. Dia kelihatannya sedang berusaha bersembunyi dari seseorang. Dia terus-menerus menoleh ke belakang takutnya orang itu mengejarnya. Dia berjalan mundur-mundur sampai akhirnya tanpa sengaja menabrak Melissa yang berdiri di belakangnya tanpa tahu apa yang terjadi.

Keduanya kaget sekali, dan berteriak dengan spontan. Tapi Mike yang duluan sadar keburu membungkam mulut Melissa supaya Melissa tidak teriak lagi.

"Ssssttt ... jangan teriak, ya? Please." pinta Mike.

Melissa mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mike melepas bungkaman mulut Melissa, setelah dirasa cukup aman.

Melissa bisa bernapas lega, dan dia sedikit takut melihat Mike. "Siapa kamu?"

Karena tadi terlalu kaget, Mike jadi lupa memperhatikan wanita cantik di depannya itu. Dan baru sekaranglah dia sadar kalau Melissa ini benar-benar cantik. Sifat playboy nya kumat lagi dan dia menebar senyum semanis mungkin pada Melissa.

"Sorry ya, aku nggak sengaja," kata Mike berseri-seri, mendapat calon gebetan baru lagi.

"Iya nggak apa-apa."

Mike dengan kepercayaan diri yang luar biasa, mengulurkan tangannya. "Hai, kenalin aku Michael Raditya. Panggil aja Mike. Usia 30 tahun, masih lajang. Kamu tahu Deva Market kan? Aku CEO-nya."

Melissa menjabat tangan Mike dengan ragu-ragu seakan-akan tidak terlalu peduli dengan perkenalan Mike yang amat panjang itu. "Melissa."

Mike tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan pendekatan. Dia mencium tangan Melissa, dan itu membuat Melissa takut dan buru-buru menarik tangannya.

"Jangan kurang aja ya, kamu!" Melissa berubah galak.

Namun Mike menanggapinya sesantai mungkin. "Ups, maaf banget. Aku nggak tahu kalau kamu nggak suka diperlakukan begitu."

Bella muncul dari belakang dengan membawa gaun biru muda yang sudah selesai dicobanya. "Mel."

Melissa dan Mike menoleh.

Mike kaget sekali bertemu dengan Bella, karena setahunya Bella adalah artis papan atas. Siapa sih yang tak kenal dia. Dan seketika itu juga Mike bermaksud mau ngegebet Bella juga. "Kamu ... kamu bukannya Bella? Artis itu, kan?"

Bella memandang asing ke arah Mike. "Iya, kenapa?"

Mike mengulurkan tangannya. "Kenalin, kenalin. Aku Michael Raditya, biasa dipanggil Mike. Usia 30 tahun, masih lajang, dan sekaligus CEO Deva Market."

Bella mengangguk tanpa menyentuh tangan Mike, lalu berpaling pada Melissa. "Bajunya pas. Kayaknya aku ambil yang ini aja, deh."

"Oh iya. Ayo." Melissa dan Bella pergi meninggalkan Mike sendirian.

Tangan Mike masih terulur, dia memandangi tangannya sendiri sambil berkata, "Aku Bella. Seneng banget ketemu sama kamu. Kapan-kapan gimana kalau kita jalan?"

Lalu Mike manarik tangannya, dan mendengkus kesal. "Seandainya aja tadi tuh cewek bilang gitu, aku pasti seneng setengah mati."

___

Bella dan Melissa keluar mal dan menuju ke mobil yang ada di parkiran sambil berbincang.

"Cowok yang tadi siapa, sih? Aneh banget?" tanya Bella menanyakan tentang Mike.

"Tahu tuh, aku juga nggak kenal sama dia. Ketemu juga baru tadi." Jawab Melissa. "Kalau dilihat-lihat dari tampangnya sih, kayaknya bukan cowok baik-baik."

"Kamu punya pikiran yang sama kayak aku. Dia salah satu dari sejuta cowok berengsek se - Indonesia."

Setelah berjalan di antara deretan mobil-mobil yang terparkir rapi di area parkir, Bella dan Melissa mendekati sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di antara ratusan mobil di mal itu.

"Tukang parkirnya mana?" Melissa mengedarkan pandangan ke segala arah dan melihat si tukang parkir sedang berada di ujung area parkir mengomando mobil yang mau mundur. "Eh, di sana tuh orangnya."

"Udah biarin aja, kalau dia nggak dateng ke sini ya udah nggak usah dibayar." Bella masuk ke dalam mobilnya dan duduk di belakang kemudi.

Melissa masuk dan duduk di sebelahnya.

Sebuah mobil berwarna hitam mengkilat melaju pelan di area parkir itu, lalu dengan tidak sengaja mobil Bella yang bergerak mundur menabrak mobil yang melintas di belakangnya.

SRAK!!!

Mobil yang tertabrak tadi otomatis langsung berhenti karena pasti sopirnya kaget mendengar suara itu.

"Bel, suara apaan tuh?" Melissa menengok ke belakang dan membelalak, mobil mereka menabrak mobil orang. "Ya ampun. Nabrak, Bel."

Bella kelihatan panik, dia melihat ke belakang dari spion mobilnya. "Aduh, ada-ada aja, deh. Perasaan tadi di belakang nggak ada apa-apa."

Mobil yang ditabrak Bella maju sedikit supaya pintu bisa terbuka. Dan Rayhan keluar dari mobilnya, mengecek cat mobilnya yang lecet akibat tertabrak tadi. Dia pun berteriak ke arah mobil Bella.

"Hei, keluar! Keluar kalian!" teriak Rayhan dari samping mobilnya.

Jantung Bella berdegup kencang, dia sangat mengenali suara Rayhan biarpun tidak melihat orangnya. Setelah belasan tahun, Bella masih saja hafal dengan suara pria itu. Tentu saja itu membuatnya kesal sendiri.

'Rayhan? Serius dia?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status