Beranda / Romansa / Mantan Terindah / Bab. 2 Kenangan Masa Lalu

Share

Bab. 2 Kenangan Masa Lalu

Penulis: Larasatiameera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-27 19:18:54

Bella pulang ke rumahnya dan berlari melewati Evellyn yang sedang santai di ruang keluarga. Dia berlari ke atas menuju kamarnya tanpa menyapa mamanya.

"Bella, kamu sudah pulang? Kamu kenapa?" Evellyn heran sekaligus cemas melihat kelakuan putrinya.

Bella tidak menggubris panggilan Evellyn dan tetap berlari ke atas, lalu masuk ke kamarnya. Menutup pintu dan bersandar di pintu seperti orang panik yang berusaha lari menghindari sesuatu. Dia berusaha mengontrol napasnya yang terengah-engah, keringat membasahi wajahnya.

Di bawah Evellyn masih kebingungan sendiri. "Itu anak kenapa, sih? Ah, palingan juga baru putus lagi sama cowoknya."

Bella terduduk lemas di tempat tidurnya dan memikirkan sesuatu. Masih berusaha menenangkan dirinya setelah bertemu Rayhan. "Nggak mungkin cowok itu ada di sini. Kenapa dia ada di sini? Kenapa dia harus muncul lagi?"

Mundur ke beberapa jam yang lalu saat Bella bertemu dengan Rayhan di dekat pohon besar berdaun lebat yang terletak di taman belakang SMA. Mereka berpandangan sangat lama, sampai akhirnya Bella memutuskan untuk kabur saja.

"Bella!" Rayhan memanggil dan mengejarnya dan akhirnya berhasil meraih pergelangan tangan Bella.

Bella mau tak mau harus kembali bertatap muka dengan Rayhan.

Kedua mata mereka bertemu. Untuk beberapa saat Bella sempat terbawa suasana ketika menatap mata Rayhan. Entah kenapa hatinya mulai merasa menghangat saat akhirnya dia bisa kembali bertemu seseorang yang sudah lama tidak pernah dia lihat lagi.

Namun semua kerinduan yang tanpa sengaja dirasakannya mendadak menghilang, kehangatan yang muncul langsung lenyap seketika saat Bella teringat bahwa tak seharusnya dia merasakan semua itu sekarang.

"Lepasin!" Bella berusaha melepaskan pegangan tangannya tapi seolah tak bertenaga sama sekali. "Lepasin aku atau aku teriak sekarang?" Bella berusaha mengancam biarpun tahu sekeras apapun dia berteriak, tidak akan ada yang mendengar teriakannya di tempat seperti itu.

Rayhan mulai mengendurkan cengkeramannya dan melepaskan tangan Bella. Tanpa mengalihkan tatapannya pada wanita itu.

Kesempatan ini dimanfaatkan Bella untuk lari meninggalkan Rayhan, karena memang itulah yang sedari tadi ingin dia lakukan. Bella tidak peduli apa yang dipikirkan Rayhan dan dia juga tidak mau tahu. Pertemuan ini tidak seharusnya terjadi---tidak---Bella yang tidak seharusnya mendatangi tempat tersebut.

Mengakhiri kilas balik beberapa waktu lalu, Bella menjatuhkan dirinya di tempat tidur dengan posisi terlentang---memandangi langit-langit kamarnya yang bewarna cokelat.

***

Sementara itu di rumahnya, Rayhan juga sedang melakukan hal yang sama. Melamun di pinggir kolam dengan kedua kakinya terjuntai ke bawah dan menyentuh air kolam. Di belakangnya, Mike sedang asyik bertelepon ria dengan salah satu pacarnya. Bertolak belakang dengan wajah gembira Mike, Rayhan justru terlihat sedang bersedih.

Ingatannya kembali ke masa 12 tahun yang lalu.

Rayhan keluar dari mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Dia mengenakan seragam SMA dengan menyandang tasnya. Kelihatan dia sangat kesal sekali dan menendang ban mobilnya yang kempes sambil ngomel-ngomel.

"Rese lo!" Rayhan memaki-maki mobilnya, lalu berjalan beberapa langkah untuk menyetop sebuah bus kota yang melaju dari kejauhan.

Rayhan naik ke bus kota yang penuh sesak, maklumlah waktunya anak-anak berangkat sekolah dan orang-orang berangkat ke tempat kerjanya. Dengan terpaksa Rayhan naik ke bus yang penuh penumpang itu, biarpun sebenarnya malas.

Bus kembali melaju setelah berhenti beberapa saat menunggu Rayhan naik. Rayhan berada di antara orang-orang yang berdiri di dalam bus karena tidak mendapatkan tempat duduk. Penumpang bus juga sebagian besar anak sekolah. Dia berusaha mencari pegangan supaya tidak jatuh saat bus direm atau berbelok-belok.

Tepat di sebelah Rayhan ada seorang gadis berseragam SMA juga kelihatannya sedang sibuk mencari pegangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Dan yang benar saja, sebelum berhasil mencapai pegangan, bus membelok dengan mendadak menghindari sebuah kendaraan lain. Tanpa sengaja tubuh gadis itu merapat ke tubuh Rayhan saat posisi laki-laki itu menunduk, dan hanya kurang beberapa senti lagi mereka saling berciuman di dalam bus.

Gadis itu terlihat kaget begitu juga dengan Rayhan. Dan mereka dengan perasaan gugup dna malu berusaha menjauhkan diri di antara padatnya penumpang. Namun gagal, tetap saja mereka berdekatan karena memang kondisi bus penuh sesak.

"Sorry," kata Bella pada Rayhan. Dia kelihatannya malu sekali. "Aku nggak sengaja."

"Iya, nggak apa-apa. Aku maklum, kok." Rayhan berusaha pengertian. Padahal jantungnya berdegup kencang saat ini. Terang saja, dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka tanpa sengaja berciuman di dalam bus.

Ketika waktunya membayar karcis bus, Bella mendapat satu masalah. Yakni dompetnya kecopetan dan semua uangnya ada di dompet itu, sehingga dia tidak bisa membayar karcis bus.

"Aduh, gimana nih? Mana nggak bawa uang lagi?" Bella tampak panik, sementara kenek bus yang berdesak-desakan dengan para penumpang menunggu Bella membayar.

"Ini, Pak. Dua orang, ya?" ujar Rayhan tiba-tiba seraya memberikan uang pada kenek bus itu.

Otomatis itu membuat Bella kaget dan langsung menoleh memandang Rayhan.

Rayhan tersenyum dan mengangkat bahunya, pertanda Bella tidak ada pilihan lain selain menerima bantuan dari Rayhan.

"Makasih, ya. Nanti aku pasti ganti uang kamu."

Rayhan lagi-lagi hanya mengangkat kedua bahunya. "Santai aja."

***

Rayhan dan Bella turun di halte yang sama, dan ternyata mereka juga bersekolah di SMA yang sama---SMA Pelangi. Mereka berdua sama-sama tak habis pikir. Kebetulan yang menarik bagi mereka.

"Jadi kamu juga sekolah di sini?" tanya Rayhan.

"Aku emang sekolah di sini," jawab Bella. "Kamu sendiri ...."

"Aku murid pindahan dari Bandung. Baru hari ini aku mulai masuk sekolah."

"Oh, ternyata kita satu sekolah, ya." Bella tampak senang sekali bertemu dengan Rayhan apalagi mereka satu sekolah. Sepertinya pertemuan pertama mereka sangat membekas di hati Bella.

Rayhan mengulurkan tangannya. "Oh iya, kenalin. Aku Rayhan."

Bella menjabat tangan Rayhan dengan suka cita. "Bella."

Kembali ke masa kini. Rayhan hanya bisa menghela napas mengingat tentang masa lalunya bersama Bella. Memikirkan wanita itu selama 12 tahun sangat menyakitkan untuknya, tetapi melihatnya kembali ternyata jauh lebih menyakitkan dari yang dia duga. Mengingat tentang apa yang dia lakukan di masa lalu pasti sangat menyakitkan untuk Bella, membuat Rayhan berpikir apakah segalanya bisa dimulai kembali ketika mereka bertemu lagi.

"Aku nggak tahu nasib apa yang menanti kita. Tapi aku harap, itu adalah sebuah keberuntungan untuk kita, Bella. Haruskah kita memulai kembali apa yang dulu pernah kita lakukan?"

Rayhan merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil melipat kedua lengannya di belakang kepala dan menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih terang.

"Apa aku mengambil keputusan yang salah dengan pulang ke Indonesia? Apa aku seharusnya di Amerika aja selamanya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mantan Terindah   Bab. 105 I Love You

    Mike sedang sibuk dengan ponselnya---membaca berita di internet dalam keadaan tenang. Tiba-tiba ada keributan datang dan mengganggu ketenangannya. Empat anak kecil---dua perempuan dan dua laki-laki yang semuanya masih kecil-kecil berlari menghampirinya. "PAPA!!!!" Mike kaget dan buru-buru meletakkan ponselnya dan menyambut kedatangan mereka. "Ada apa? Kenapa ribut-ribut?" tanya Mike. "Kalian nggak sekolah?" "Aku belum sekolah, Pa," kata salah satu anak perempuannya yang masih kecil. "Aku masih tiga tahun." "Maksud Papa, kakak-kakak kamu itu." Mike menunjuk ketiga anaknya yang lainnya. "Kenapa kalian nggak sekolah?" "Ini kan hari Minggu, Pa," kata salah satu anak laki-lakinya. "Papa aja santai-santai di rumah, nggak kerja." "Apa?" Mike bengong. "Masa Papa nggak tahu kalau hari ini hari Minggu? Ih, ternyata Papa kita payah." Mike langsung kesal. "Hei, biar payah gini, aku ini papa kalian, tahu. Kalau Papa nggak ada, nggak mungkin kalian bakalan ada." Mike mengatakan hal-hal yan

  • Mantan Terindah   Bab. 104 Undangan Pernikahan

    Sepuluh Tahun Kemudian .... Bella sedang menjalani syuting film terbarunya di sebuah taman bermain. Dia berdialog panjang sekali, sampai-sampai harus mengulang sampai tiga kali karena salah terus. Dan di take ke tiga-nya .... "Kamu nggak tahu kenapa aku melakukan ini?" kata Bella dalam dialognya bersama seorang pria yang menjadi lawan mainnya. "Sudah 15 tahun aku menunggu kamu, tapi apa? Kamu hanya memberikan janji-janji tapi nggak pernah menepatinya. Kalau kamu terus seperti ini, mendingan kita---" "MAMA!!!!" Dialog Bella lagi-lagi terputus, kali ini bukan karena Bella lupa dialognya, melainkan ada yang memanggilnya di luar syuting. Dua anak laki-laki memakai seragam SD dan seorang anak perempuan memakai seragam TK berlari ke arahnya dan memasuki lokasi syuting. Mereka bertiga mendekati Bella. "CUT! CUT! CUT!!" teriak sutradara. "Aduh, ada apa lagi sih, itu?!" Sutradara mulai frustrasg "Mama, ayo pulang!" rengek salah seorang anak laki-lakinya yang kembar. "Iya, Mama!" si kemb

  • Mantan Terindah   Bab. 103 Kamu Milikku

    Daniel melihat ke foto yang dirobek Naura, lalu tersenyum kecil. "Nyerah?" Naura terdiam, memandangi fotonya yang sudah terpisah dengan foto Rayhan. "Menurut kamu?" "Aku juga udah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang aku mau. Tapi memang, ada hal-hal yang seharusnya memang bukan menjadi milik kita. Sekeras apapun usaha kita untuk ngejar dia, kalau emang dia bukan milik kita, pasti akan tetep ninggalin kita." Naura masih diam, memandangi foto Rayhan. "Gimana kalau aku nyaranin, mendingan kamu mulai lupain dia?" tanya Daniel. "Emang itu yang mau aku lakuin sekarang," jawab Naura. "Aku udah cukup bahagia Rayhan sekarang sembuh. Aku juga bahagia, kalau Rayhan bahagia." Daniel menoleh, memandangi Naura dengan tatapan aneh. Sebuah pemikiran pun terlintas di benaknya. "Ra?" "Iya, kenapa?" "Kamu mau ikut aku ke Sidney?" tanya Daniel tiba-tiba. Naura memandang Daniel---bingung. "Sidney?" "Aku bakal bantu kamu buat bisa ngelupain Rayhan sepenuhnya," ujar Daniel. "Untuk m

  • Mantan Terindah   Bab. 102 Semua yang Hidup Pasti Mati

    Satu tahun kemudian .... Bella berlari-lari sambil membawa sepatu hak tingginya. Dia berlari di atas rerumputan hijau yang subur, dan berkali-kali dia menginjak tanah becek karena sepertinya habis hujan deras tadi malam. Tentu saja dia sangat kesusahan berlari apalagi dengan mengenakan sepatu hak tinggi, makanya dia memutuskan untuk telanjang kaki saja.Setelah lari-lari dan menghadapi beberapa rintangan, seperti tanah becek, genangan air, dan lain-lain, Bella sampai juga di tempat tujuan. Sebuah pohon besar yang sudah tidak asing lagi untuknya. Napasnya terengah-engah dan hampir saja dia tidak bisa bernapas karena terlalu lelah."Terlambat dua menit, lima puluh tiga detik," kata seseorang.Bella berteriak kesal. "HEI!"Seseorang berdiri membelakangi Bella sambil menatap pohon besar tua di depan matanya yang daunnya tampak lebat dan hijau subur. Rayhan memutar tubuhnya dan tersenyum jahil padanya. "Aku kan udah bilang, aku nggak punya banyak waktu. Aku suruh kamu dateng dalam waktu l

  • Mantan Terindah   Bab. 101 Kamu Boleh Pergi

    FlashbackRayhan dan Vicko menghabiskan akhir pekannya dengan pergi memancing sesuai rencana. Tempat yang mereka pilih untuk acara memancing adalah sebuah sungai besar yang terletak di tepi hutan. Air sungai yang jernih serta dikelilingi banyak bebatuan, menjadikan tempat itu sangat nyaman untuk bersantai sambil memancing. "Udaranya seger ya, Pa?" Rayhan yang duduk di atas bebatuan sambil memegang kail pancingnya, berkata pada sang papa yang juga melakukan hal yang sama di sebelahnya. "Iya, kebetulan cuaca agak mendung jadi nggak panas. Mudah-mudahan aja nggak hujan." Vicko menengadah ke langit dan melihat gumpalan awan abu-abu yang tersebar di langit sejak pagi tadi. "Sebenernya ya, Pa. Dari pada mancing, aku lebih suka nyemplung aja ke sungai terus berenang." Rayhan berkata sembari tertawa. "Aku udah lupa kapan terakhir kali mandi di sungai." "Waktu kamu kelas 1 SD dan Papa bawa kamu pulang sambil dijewer kupingnya." Vicko menjawab sekaligus mengingatkan. Jawaban Vicko sukses m

  • Mantan Terindah   Bab. 100 Kembalikan Senyuman Anak Saya

    Sambungan flashback"Aku janji nggak akan lupa sama pelajaran sekolah kok, Ma." Bella memberikan pembelaan. "Sekolah tetep jadi yang utama buat aku. Lagian, kita pacarannya nggak akan macem-macem, kok."Rayhan mengangguk lagi, mengiyakan ucapan Bella. "Betul, Mama---emm maksud saya Tante. Kita berdua nggak akan ngelakuin hal-hal yang aneh, kok.""Saya sudah menyuruh kamu diam, ya." Evellyn melotot ke arah Rayhan. "Kenapa kamu main nyerobot saja dari tadi? Diam."Rayhan menutup mulutnya rapat-rapat dan kembali menganggukkan kepalanya.Evellyn kembali menatap ke arah putrinya. "Bella, kamu nggak pacaran aja nilai kamu sudah jelek. Kamu bahkan menempati urutan ke tiga terendah di kelas kamu. Apalagi sekarang kamu sok-sok an pacaran segala? Mau jadi apa kamu nanti? Sebenarnya kamu ke sekolah buat belajar apa buat pacaran, sih?""Aku janji bakal rajin belajar kalau Mama ngijinin aku sama Rayhan pacaran, Ma." Bella tetap bersikeras. "Kamu pikir Mama percaya? Pokoknya Mama nggak setuju kali

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status