Share

Mulai tak peduli.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2023-10-12 17:45:37

Setelah menginap satu malam, pagi ini aku memutuskan untuk pulang. Aku pulang dengan mengendarai motor matic bersama Azqiara tanpa dijemput Mas Aska.

Jangankan menjemput, menelpon atau sekedar mengirim pesan saja tidak. Padahal aku bersama putri kami. Segitu tak berharganya kami di matamu, Mas. Itulah sebabnya aku tidak akan melepaskan Azqiara apapun nanti jalan yang kita tempuh.

Kuhela nafas panjang. Memang apa yang kamu harapkan Nafisa? Kamu tahu cintanya bukan untukmu, bagaimana bisa kamu mengharapkan perhatiannya. Rasanya aku sedang menertawai kebod*han yang selama ini aku lakukan.

Seharusnya dulu kamu mencari tahu dulu tentang masa lalu Mas Aska, cinta masa lalunya sudah selesai apa belum? Supaya kamu tidak menyesal dikemudian hari, seperti saat ini.

Ah percuma menyesal, nasi sudah menjadi bubur. Kini yang harus aku lakukan adalah memikirkan bagaimana caranya kami hidup tanpa Mas Aska? Aku harus belajar lebih mandiri lagi.

Mulai sekarang aku harus serius menekuni dunia literasi yang sudah setengah tahun ini aku geluti. Asalkan aku serius aku pasti bisa menghidupi Azqiara tanpa Mas Aska.

"Bunda, jangan lupa beli eskrim dulu ya di ind****. Tadi kan sudah janji." Suara ceria Azqiara membuyarkan kegelisahan yang memenuhi otakku.

Astagfirullah..... aku menggelengkan kepalaku. Beruntung jalanan sepi. Bagaimana bisa aku mengendarai motor sambil melamun.

Kutarik paksa ujung bibirku. "Siap peri kecilku," jawabku tersenyum tipis dan mengacak rambut Azqiara sebentar lalu kembali fokus mengendari motor maticku.

Azqiara, gadis cilik dengan kulit putih dan lesung pipi itu aku bonceng di depan dengan posisi menghadap jalanan.

Seperti keinginan Azqiara kami mampir sebentar ke sebuah mini market tak jauh dari perumahan yang kami tempati.

Aku sempat melihat mobil Mas Aska saat membelokkan motorku ke area mini market. Tidak hanya aku, putriku pun mengatakan melihat mobil ayahnya.

"Bunda, itu seperti mobil Ayah." Bocah polos itu menunjuk sebuah mobil yang baru meninggalkan area parkir mini market.

Hendak kemana Mas Aska, bukankah ini hari libur? Rasa penasaran membuatku tak jadi memasuki area parkiran mini market. Segera aku memutar lagi haluan motor yang sedang aku kendarai.

"Sayang kita beli eskrimnya di toko dekat rumah aja. Sekarang kita kejar Ayah Yuk, nanti kita kagetin." Ujarku sambil memperhatikan jalanan, mencari mobil Mas Aska.

"Ok," pekik Azqiara antusias. "Sekarang kita jadi detektif, kita buntuti kemana Ayah pergi. Ayo Bun....kita kejar Ayah..."

Aku sedikit terkejut dengan kosa kata Azqiara. Bagaimana gadis kecil itu bisa mengucapkan kata, "Kita buntuti ayahnya."

Ah.... Mungkin di sekolah dia sering bermain detektif-detektifan dengan teman-temannya.

Karena terlalu pelan aku jadi kehilangan jejak mobil Mas Aska. "Aduh.... mana ya mobil Ayah? Kayaknya kita ketinggalan, deh," ucapku masih sambil menyipitkan mata mencari mobil hitam milik Mas Aska.

"Itu Bun, itu mobil Ayah. Itu yang di depannya mobil putih." seru Azqiara sesaat setelah aku mengeluh kehilangan jejak Mas Aska.

Tanpa sadar satu sudut bibirku tertarik. Ini benar-benar menegangkan, kami seperti dua detektif beneran yang sedang beraksi mengungkap kasus perselingkuhan.

Aku dan Azqiara adalah partner yang kompak dalam segala hal. Tidak hanya sebagai ibu, sebisa mungkin aku selalu berusaha untuk bisa menjadi teman dan kakak perempuan untuk putri kecilku ini.

Hal itu kulakukan agar tidak ada rahasia yang disembunyikan gadis kecil ini dariku saat dewasa nanti. Aku tak ingin dia salah bergaul dan terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik.

"Mobil Ayah belok Bunda," seru Azqiara sambil menunjuk mobil Ayahnya yang memasuki sebuah kawasan perumahan.

Kuhentikan motor di pinggir jalan beberapa meter dari pintu masuk perumahan. Aku mendongak, menatap pada besi melengkung yang menampakkan nama perumahan tersebut.

Perum Permata Indah Permai Regency

Degh....

Tiba-tiba jantungku terasa nyeri. Perumahan siapa ini? Mungkinkah....

Jika tidak salah ingat, nama perumahan ini sama dengan nama perumahan yang Vania katakan waktu pertama kali kami bertemu.

"Aku tinggal di perum Permata Indah Perma. Kalau ada waktu silahkan mampir," katanya waktu itu.

Tidak, aku tidak boleh masuk ke dalam sana bersama Azqiara. Bagaimanapun aku harus menjaga perasaan gadis kecil ini.

"Sayang, kayaknya Ayah sedang ada kerjaan penting. Kita pulang aja ya...!"

"Masa hari minggu juga kerja?" Gadis kecilku merengut kesal.

"Kan Ayah sudah sering lembur di hari minggu. Lagian kerjanya kan buat bayar sekolah Azqiara. Nanti kalau pekerjaannya selesai pasti pulang," bujukku lalu menyalakan kembali motor dan memutar kembali kearah jalan pulang.

Setiap fakta yang terkuak aku jadikan sebuah cambukan untuk menyadarkan hatimu bahwa sedikit demi sedikit nama Mas Aska harus terhapus dari hati dan pikiranku.

*****

"Bunda, dimana kaos kakiku?" teriak Azqiara dari teras.

Gadis kecil itu sudah tidak sabar untuk segera berangkat. Hari ini dia ada olimpiade matematika dia sebuah sekolah negeri di tengah kota.

Gadis berseragam merah putih itu bahkan tidak mau berpamitan dengan Ayahnya yang sedang sarapan di meja makan. Katanya kesal karena seharian kemarin Mas Aska tak ada di rumah.

Entah kemana dia pergi? Mungkin dengan wanita itu, aku sudah tak peduli. Seperti yang aku katakan waktu itu. Mas Aska bebas menemui wanita itu dan terima konsekuensinya.

Mas Aska sendiri seperti tanpa dosa, tak ada penjelasan, pertanyaan atau ucapan maaf. Sepertinya dia juga sudah siap dengan perpisahan kami.

Pagi ini aku akan mengantar dan menemani Azqiara sampai acara selesai. Atasan putih dan celana biru tua aku padukan dengan jilbab pink salem. Selesai bersiap aku menyambar tas selempang yang ada diatas ranjang.

Tak lupa aku ambil dulu kaos kaki Azqiara yang ada di meja setrika dekat meja makan.

"Aku anter Azqiara. Assalamu'alaikum, " pamitku tanpa mencium tangannya, juga tak menunggu jawaban akupun segera melenggang pergi menuju teras.

"Sudah, ayo!" ajakku setelah memasangkan kaos kaki Azqiara.

Lima belas menit kami sampai di sekolah dan langsung berangkat bersama ke sekolah SMP negeri yang menjadi tempat Olimpiade.

Setelah konfirmasi kedatangan Azqiara ditemani gurunya dibawa masuk ke sebuah ruangan kaca. Sedangkan aku hanya boleh menunggu di halaman sekolah bersama ibu-ibu yang juga mengantar anaknya.

Sekitar 45 menit, Azqiara berjalan keluar sambil melambaikan tangannya, "Bunda...." teriaknya lalu berlari memelukku.

"Sudah selesai?" Aku mencium pipinya.

"Sudah,"

"Apa hasilnya?"

"Tunggu satu jam untuk pengumuman juaranya." Bukan suara Azqiara. Tapi.....

Aku mendongak, seorang pria tersenyum kearahku.

"Masih ingat denganku?" tanyanya.

"Kak, Sakha...."

"Iya. Akhirnya kita bertemu lagi."

🌸🌸🌸

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Extra part.

    [Kha, Nafisah mengalami kontraksi. Sepertinya akan melahirkan. Sekarang kami dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Harapan Bunda. Kamu cepatlah menyusul.]Pesan dari Sezha yang seketika membuat Shaka panik. Dengan tangan gemetaran dia membereskan buku-bukunya. "Karena saya ada keperluan, tolong kalian kerjakan tugas harian halaman selanjutnya."Segera dia berlari keluar kelas setelah mengucapkan salam. Ruang guru yang ditujunya. Meminta tolong pada piket untuk menggantikan dirinya tiga jam ke depan. "Ada apa?" Geri yang baru masuk ruang guru langsung mengerutkan keningnya. Ada yang tak biasa dengan rekan kerjanya yang satu ini. "Istriku akan melahirkan," jawab Shaka tanpa menoleh ke lawan bicaranya. Yang nnya sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel miliknya. "Katanya masih seminggu lagi, kok jadi sekarang. Dokter gak kompeten," gerutu Shaka sambil bergumam. Geri yang berdiri tak jauh darinya hanya mengulas senyum tipis, seolah melihat dirinya sendiri setahun yang lalu.

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kabar bahagia tidak hanya datang dari keluarga kecil Shaka dan Nafisah. Dari luar pulau pun terdengar kabar yang tak kalah menggembirakan. Kabar dari dua sejoli yang terikat karena keterpaksaan. Arsya dan Kirana sudah mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA setempat. Ternyata dalam hitungan bulan cinta itu akhirnya tumbuh di hati keduanya. Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan itu pun kini sudah sah di mata hukum dan agama. "Kehamilan Nafisah benar-benar membawa banyak keberkahan. Banyak berita bahagia setelah hadirnya calon anakmu itu, Kha." komentar Zamar sesat setelah Shaka memberitahu tentang keadaan perkebunan yang semakin baik juga tentang hubungan Arsya dengan Kirana. "Alhamdulillah, Mas benar. Banyak hal baik setelah kehadirannya. Aku benar-benar bersyukur atas anugrah yang Alloh berikan." Shaka pun tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugrah yang tidak pernah ia sangka akan diberikan dalam waktu secepat ini. Saat menikahi Nafisah, pria itu tak pernah berani walau

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Kayaknya kamu hamil deh, Naf." Seorang wanita cantik dengan hijab hijau toska berjalan masuk dengan seorang anak kecil di sebelahnya. "Mbak Sezha." Nafisah sedikit kaget melihat kakak iparnya yang tiba-tiba muncul. "Pintu gerbangnya gak dikunci. Nutupnya juga gak bener, jadi kami bisa langsung masuk." Sezha langsung menjelaskan tanpa ditanya. "Tapi aku sudah menguncinya kok," sahut Aydan dengan menepuk dadanya. "Terima kasih Aydan." Shaka mengacungkan dua jempolnya. "Sepertinya istri kamu itu hamil, Ka." Ujar Sezha mengulangi ucapannya tadi. "Beneran, Mbak" tanya Shaka dengan mata berbinar. "Dilihat dari tanda-tandanya sih gitu." Wanita berkulit putih bersih itu meletakkan tasnya diatas meja. Setelahnya memanggil Qiara yang sejak tadi memegangi tangan Bundanya. "Main sama Kak Aydan, ya. Bunda gak papa, sayang...." bujuk Sezha pada gadis kecil yang menampilkan raut wajah sedih. "Tadi Bunda muntah-muntah," jawab Qiara. Mata gadis kecil itu sudah mengembun. Nafisah mengurai s

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Hidup tak selamanya tentang kebahagiaan. Namun terkadang hidup itu tentang menghadapi masalah dengan senyuman dan semangat. Hidup tidak akan lebih baik tanpa masalah tapi akan lebih bijak setelah mengalami banyak ujian."Hari terus bergulir tanpa terasa sudah lima bulan berlalu setelah kembali Shaka dan Nafisah ke Jakarta. Hari-hari mereka lalui selayaknya pasangan pada umumnya. Kadang bermesraan tak jarnah juga berdebat yang diakhiri dengan pengakuan salah dari Shaka. Seminggu sekali Aska akan menjemput Qiara untuk menginap di apartemen laki-laki itu dan satu bulan sekali berkunjung ke rumah kakek dan neneknya yang ada di luar kota. Namun tentu saja mengikuti jadwal kegiatan Qiara yang semakin besar semakin padat dengan Olimpiade dan eskul sekolahnya. "Ya Alloh.... Kak Shaka, kan sudah dibilangin kalah habis mandi handuknya jangan ditaruh di kasur. Tuh.... ada jemuran kecil di balkon," omel Nafisah begitu masuk kamar. Wanita itu baru saja dari kamar putrinya, memastikan gadis kec

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸🌸

    Sudah di putuskan, Shaka dan Nafisah akan kembali ke Jakarta segera setelah kepulangan Arsya bersama Kirana. Tak mau menunggu lama satu haribsetalah kepulangan Arsya, suami Nafisah itu pun segera pamit. Sebelum pergi Shaka menyerahkan segala urusan perkebunan kembali pada Arsya. Tak lupa Shaka juga menceritakan tentang tawaran keluarga Gracia yang bersedia menanggung segala kerugian atas perbuatan Gracia dan Hartama yang sengaja berniat merusak citra baik hasil perkebunan milik mereka. "Aku sudah melaporkannya dan wanita itu sudah beberapa kali dipanggil ke kantor polisi namun masih sebagai saksi. Untuk kelanjutannya terserah kamu," ujar Shaka di malam sebelum keberangkatannya. "Silahkan, kamu putuskan sendiri apa yang menurutmu baik untuk perkebunan ini. Mulai hari perkebunan ini sepenuhnya tanggung jawabmu dan aku tidak akan ikut campur lagi. Tapi, jika boleh aku memberi saran, jangan pernah membukakan pintu untuk kucing yang pernah mencuri ikan di rumahmu." Tak bisa di pungkiri

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kak Shaka berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mengarah keluar jendela. Pelan aku mendekatinya. Kulihat rahangnya mengeras dengan otot-otot leher menonjol, ekspresi marah yang jarang sekali kulihat. "Mereka sudah pergi," beritahuku namun sampai beberapa menit tak mendapat respon darinya. Mungkin Kak Shaka merasa kesal padaku. Kurasa dia merasa aku membela Gracia. "Gracia meminta maaf. Dia menyesal sudah membuat kekacauan dan merugikan banyak pihak. Katanya dia akan menggangu rugi semuanya." Kusampaikan pesan dari Gracia. Sempat tak percaya namun itulah kebenarannya. Wanita sombong itu benar-benar meminta maaf. Entah tikus atau tidak, yang pasti dia tidak mau keluarga besarnya ikut menanggung hasil perbuatannya. Aku beralih ke sofa tak jauh dari jendela. Dari posisiku saat ini terlihat jelas ekspresi wajah Kak Shaka. Wajahnya memerah dengan dada naik turun. "Semua yang terjadi tentu tak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Tapi dengan marah dan menyimpan dendam juga tak bisa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status