"Bu...bukan itu masalahnya," jawab Sahara.
Sahara tak pernah mencintai Wahyu, apalagi dia sekarang sudah beristri. Rasa cintanya sudah hilang sejak dulu, sejak Wahyu memutuskan hubungan dengannya."Lalu apa? Soal orang tuaku,mereka sudah merestui kita, Sahara," ucap Miko. "Mereka akan menerima kamu apa adanya," sambung Miko."Sebenarnya aku masih takut," ucap Sahara.Miko termasuk orang yang sabar, dia menunggu sampai Sahara benar-benar siap.**Kamila dan Wahyu semakin mesra, namun Wahyu jarang ikut Kamila mengunjungi orang tuanya."Mas, Papa minta kamu datang ke rumah. Sesekali kamu datang temani papa main catur kalau pas hari libur," kata Kamila."Maaf, Kamila. Aku gak bisa," tolak Wahyu.Walaupun Wahyu sudah melupakan masa lalunya dengan Sahara. Namun, dia masih tak bisa mengunjungi sang mertua. Dia takut jika nanti bertemu Sahara. Walaupun Sahara tidak tinggal di sana.Kamila memberi kabar pada sang papa kalau Wahyu berhalangan datang. Beliau merasa kecewa."Punya dua anak perempuan gak ada yang mau tinggal bersama kita, Ma," ucap Salman. "Kalau tua kita mau dirawat sama siapa?" tanya Salman."Entahlah, Pa. Kamila dan Wahyu yang dekat saja jarang kemari," jawab Lusi. Padahal di sana ada Kamila."Pa, Ma, maafkan Kamila. Kamila hanya seorang istri, jadi Kamila hanya bisa nurut sama suami," kata Kamila."Sahara juga begitu, malah tinggal jauh dari kita. Jarang ngasih kabar sama kita. Aku heran sama dia, betah banget jauh dari orang tua," kata Lusi.Kamila tak bersuara, dia tak mau membuka masa lalu antara Sahara dan Wahyu. Biar bagaimanapun, semua dia lakukan demi rumah tangganya.**"Sahara, pulanglah! Sesekali jenguk papa dan mama," ucap Kamila dalam panggilan telfon. "Aku sama Mas Wahyu sudah tidak tinggal sama mereka. Jadi aku mohon kamu sesekali datang temui mereka," kata Kamila."Iya, Kak. Sahara akan usahakan," ucap Sahara."Ajak suami dan anakmu," kata Kamila. "Jangan jadi anak durhaka kamu, udah nikah gak ngasih tahu orang tua. Jarang pulang pula," ucap Kamila segitu kesalnya.Sahara hanya diam karena memang dia bersalah. Dia tak ingin sampai ke dua orang tuanya tahu apa yang telah terjadi sebenarnya."Kamu apa gak mikir perasaan mereka. Punya anak nikah tapi gak ngasih tahu. Itu namanya kamu gak menghargai mereka. Apa kamu lupa pengorbanan mereka membesarkan kamu?" tanya Kamila.Kamila mulai mengomel tanpa henti. Seperti seorang ibu yang memarahi anaknya yang nakal. Tak ingin terus di marahi, Sahara akhirnya bersuara."Aku akan ke sana, sudah jangan memojokkan aku. Kamu gak tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Sahara lalu mematikan panggilan dengan Kamila secara sepihak.Bukan Sahara tak mau di salahkan, tetapi dia terpaksa melakukan semua itu.Liburan tiba, Sahara mengajak Naura mengunjungi orang tuanya. Tentu kali ini tidak mengajak Miko. Sahara tak bercerita jika akan datang ke rumah orang tuanya pada Miko."Mana, Miko? Kenapa kamu datang berdua saja?" tanya Lusi."Mas Miko sedang ada pekerjaan, Ma. Maaf dia gak bisa ikut,'' jawab Sahara."Sahara, sebenarnya kamu dan Miko itu menikah tidak sih? Kok mama gak pernah lihat foto pernikahan kalian?" tanya Lusi.Sahara tak berpikir sampai ke situ. Dia kira Lusi tak akan menanyakan hal itu."Ada kok, Ma. Hanya saja kamu tak memajangnya," jawab Sahara."Sudah...biarkan mereka istirahat dulu," sahut Salman.Salman mengajak Naura untuk ke kamarnya. Sebenarnya Sahara takut jika nanti Naura akan keceplosan. Anak sekecil Naura masih polos dan sangat jujur.**Malam itu mereka makan malam bersama. Lusi juga mengundang Kamila dan Wahyu. Namun, Wahyu tak bisa datang."Suami kamu itu kenapa? Kenapa gak pernah datang kemari lagi?" tanya Salman. "Apa salah kami sampai dia gak mau ke sini?" tanya Salman pada Kamila."Bukan kalian yang salah. Tapi... Mas Wahyu hanya sibuk saja dengan pekerjaannya, Pa," jawab Kamila sambil melirik Sahara yang menyuapi Naura.Sahara tahu jika sang kakak marah padanya. Apalagi setelah melihat kejadian waktu itu antara Sahara dan Wahyu."Lalu kenapa? Ah rasanya papa udah gak dihargai lagi jadi menantu," sesal Salman."Kenapa papa juga gak tanya kenapa Miko gak ikut Sahara kemari? Kenapa papa hanya tanya soal Mas Wahyu?" tanya Kamila. Sebenarnya bukan pertanyaan melainkan sebuah protes."Miko sibuk dengan kerjaannya. Lagian dia kan bos," jawab Lusi."Sama saja, harusnya dia bisa ambil libur dan menemani keluarganya ke sini," bantah Kamila.Selesai makan, Kamila menemui Sahara yang sedang menidurkan Naura. Dia merasa kalau Salman membeda-bedakan antara Miko dan Wahyu."Kamila, kamu tuh selalu saja bikin masalah," kata Kamila saat Sahara keluar dari kamarnya."Masalah apa lagi sih, Kak?" tanya Sahara."Aku sudah tahu kalau kamu tuh mantannya Mas Wahyu, kan?" tanya Kamila. "Dia udah mau nerima aku dan melupakan kamu. Tapi kamu kenapa malah menambah masalah untuk orang tua kita," kata Kamila."Kak, aku sudah turuti maunya kakak. Aku udah ke sini tapi mengapa aku masih di salahkan?" tanya Sahara yang merasa sejak tadi Kamila selalu menyalahkan dia. "Aku juga gak mau jauh dari orang tua kita, tapi aku punya keluarga dan pekerjaan yang gak bisa aku tinggalkan," sambung Sahara. "Sejak kakak tahu masa lalu aku dengan Wahyu, kenapa kakak berubah? Kakak seperti memusuhi aku," ucap Sahara tak mau kalah.Di depan orang tuanya Sahara terpaksa diam. Namun, tidak jika dibelakang orang tuanya. Dia tak tahan jika terus disalahkan."Ya, karena kamu sudah membuat rumah tanggaku hampir berantakan. Itulah sebabnya kenapa Mas Wahyu gak mau datang ke sini lagi. Semua karena kamu, Sahara," ucap Kamila."Kenapa dia harus sangkut pautkan aku dengan hal itu? Dia saja yang gak bisa menerima keadaan. Dia kira aku mau seperti ini, tidak," kata Sahara."Ada apa ini?" tanya Lusi. "Kami menunggu kalian di depan malah kalian debat di sini. Apa yang kalian debatkan? Kenapa kalian menuenjy nama Wahyu?" tanya Lusi.Seketika Kamila dan Sahara terdiam. Mereka mati kutu jika sudah dihadapkan dengan orang tua mereka. Bukan karena takut hanya saja mereka tak mau membaut beban pikiran orang tua."Ayo jawab! Kenapa juga Wahyu tidak mau kesini karena Sahara? Kenapa? Ada apa antara Wahyu dan Sahara?" tanya Lusi.Masih belum ada jawaban dari keduanya. Lusi seketika mengambil kesimpulan sendiri karena mereka diam saja."Apa Wahyu dan Sahara pernah ada hubungan?" tanya Lusi menatap satu persatu ke dua putrinya."Ada hubungan apa antara Sahara dan Wahyu?" tanya Salman yang baru saja muncul.Keduanya semakin mati kutu dihadapkan dengan ke dua orang tuanya."Itu..sebenarnya Sahara dan Mas Wahyu merupakan...," Kamila menjeda perkataannya dan melihat ke arah Sahara.Sahara takut jika Kamila menceritakan hal yang sebenarnya. Dia belum siap jika harus jujur kepada ke dia orang tuanya10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat
Siang itu, Miko memanggil Wahyu untuk datang ke ruangannya. Di sana sudah ada Sahara yang menunggu kedatangan Wahyu."Maaf, Pak Miko memanggil saya?" tanya Wahyu."Wahyu, apa benar kamu habis menemui Naura kemarin di sekolahannya?" tanya Miko.Wahyu tampak terkejut, dia yakin Naura yang bercerita hal itu pada Miko dan Sahara."Maksud kamu apa memberi tahu Naura kalau kamu papanya?" tanya Sahara. "Kamu harusnya bicara sama aku dulu sebelum menemui Naura, apalagi membahas soal papa Naura," kata Sahara."Maaf, Sahara. Aku hanya ingin di akui oleh anakku," kata Wahyu."Kamu ingin di akui? Emangnya kamu pernah ada buat dia? Gak kan. Pantas saja Della melarang kamu ketemu Abbi," bantah Sahara. "Aku kecewa sama kamu," ucap Sahara."Aku hanya ingin di akui dan di panggil ayah saja oleh Naura. Karena aku tak bisa melakukannya ke Abbi," kata Wahyu."Aku tahu tapi cara kamu salah. Menemui Naura tanpa izin aku, apalagi memb
Dua tahun berlaluWahyu sudah dinyatakan bebas, dia keluar dari lapas hari itu. Tak ada yang menjemputnya. Dia hanya berbekal alamat Bang Omar. Dia tak akan pulang ke rumah orang tuanya."Wahyu, maaf aku tak bisa menjemputmu. Istriku masih kerepotan karena anak kamu demam," kata Bang Omar."Tidak apa, Bang," ucap Wahyu."Oh ya, aku udah Carikan kamu kontrakan di sebelahku ini, udah aku bayar untuk satu bulan ke depan ya. Setelah itu bayar sendiri," kata Bang Omar."Sekali lagi terimakasih, Bang," kata Wahyu.Wahyu lalu istirahat di kontrakannya, setelah tenaganya terisi penuh. Dia mulai dari ke makam Kamila dan Dini. Dia ingin mengunjungi mantan istrinya dulu."Kamila, maafkan aku. Baru kali ini aku sempat menemui makammu," kata Wahyu. Setelah mengirim doa untuk Kamila, Wahyu ganti ke makam Dini yang memang berada di satu area.Setelah itu dia kembali ke kontrakan. Dia melihat istri Bang Omar tampak di luar deng
Sahara menghadiri pemakaman Dini, biar bagaimanapun dia pernah mengenal Dini sebagai sahabat Kamila."Aku gak nyangka, setelah Carry tiada, kini Dini juga meninggal," kata Sahara."Ya mau bagaimana lagi, setiap yang hidup pasti akan kembali ke yang maha kuasa hanya menunggu giliran saja," kata Miko.Sepulang dari makam, Sahara menyempatkan diri mampir ke lapas. Dia mengabari Wahyu kalau Dini telah tiada."Baru saja dia datang menemui aku, tapi kini sudah pergi," kata Wahyu. "Dia malah berpesan sama aku, kalau dia mati, dia minta aku untuk menjaga malamnya," sambung Wahyu."Aku kira dia belum ke sini sebelumnya," kata Miko."Sudah, tapi aku juga tak menyangka akan secepat itu dia pergi," kata Wahyu."Setiap yang hidup di dunia ini kan pasti akan kembali pada yang kuasa. Bukan hanya Dini kita juga nanti akan kembali. Tinggal nunggu saatnya saja," kata Miko."Benar, tapi rasanya bekal untuk kesana masih kurang," ka