Kamila langsung saja mendekati Wahyu yang sedari tadi duduk menghadap jendela. Entah apa yang dia pikirkan.
"Ada hubungan apa kamu dengan Sahara? Kenapa kamu mencintai dia?" tanya Kamila. "Apa Sahara mantan yang sulit kamu lupakan itu?" tanya Kamila kembali."Diam kamu," bentak Wahyu. "Aku dan Sahara hanya masa lalu. Aku berusaha untuk melupakan dia semua demi kamu," ucap Wahyu.Kamila terdiam, dugaannya benar jika antara Wahyu dan Sahara pernah dekat. Namun, dia tak bisa membahas itu lagi karena Wahyu berusaha melupakan Sahara.**Pagi itu mereka bersiap untuk kembali, Kamila bersikap dingin pada Sahara. Orangtuanya dan Miko merasa penasaran karena hal itu."Kamila, apa kamu ada masalah dengan Sahara?" tanya Lusi merasa aneh dengan sikap Kamila."Tidak ada," jawab Kamila. Kamila tak mungkin menceritakan kalau Sahara dan Wahyu adalah mantan kekasih. Dia memilih menyimpan semua.Mereka pamit pulang, Sahara dan Miko merasa lega karena mereka tak perlu berpura-pura lagi di depan semua orang."Mama, kenapa Om Miko harus pura-pura jadi papanya Naura?" tanya Naura. "Naura maunya Om Miko menjadi papanya Naura beneran," sambung Naura.Miko menoleh ke arah Sahara, namun Sahara tak merespon pertanyaan Naura."Naura mau bantu, Om? Bikin biar Om jadi papanya Naura yang sebenarnya," ucap Miko."Mau Om mau," ucap Naura girang.Sahara hanya tersenyum, dia tak mau memberi harapan pada Naura. Dia takut jika nanti tak bisa mewujudkan hal itu. Keluarga Miko adalah keluarga terhormat tak mungkin bisa menerima Sahara yang sudah punya buntut satu. Apalagi jika mereka tahu masa lalu Sahara."Kenapa kamu diam saja tadi? Apa kamu memang tak ada niatan untuk menjadi istriku?" tanya Miko saat mereka hanya berdua. "Di luar sana banyak yang mengantri, tapi aku justru menunggu dirimu. Kalau kita menikah, maka kita tak perlu berpura-pura lagi," sambung Miko."Aku rasa itu bukan jalan terbaik," ucap Sahara.**Sampai di rumah, Wahyu terlihat asyik dengan ponselnya sendiri. Hal itu membuat Kamila merasa kesepian."Punya suami tapi serasa jadi perawan," kata Kamila.Wahyu hanya menoleh tanpa mengatakan apapun. Setelah itu keluar dari kamar dan pergi memakai mobil. Kamila marah karena merasa dicuekin. Semalam dia bilang ingin mencoba melupakan Sahara tetapi sekarang sikapnya justru semakin cuek."Kamila, kenapa kamu marah-marah?" tanya Lusi melihat kamar Kamila yang berantakan. "Aku lihat hubungan kamu dan Wahyu tidak baik-baik saja," sambung Lusi."Memang benar, Ma," ucap Kamila."Bersabarlah," ucap Lusi memeluk Kamila.Sebenarnya Kamila ingin bercerita pada Lusi soal Sahara dan Wahyu, hanya saja dia takut kalau Wahyu akan di salahkan dan menjadi semakin jauh darinya.**"Dari mana kamu, Mas?" tanya Kamila saat melihat Wahyu baru pulang."Dari ngecek rumah, aku sudah membeli rumah untuk kita berdua. Aku harap kita bisa pindah dari sini segera. Semua ku lakukan demi hubungan kita," jawab Wahyu."Kenapa harus pindah? Apa rumah ini mengingatkan kamu dengan Sahara?" tanya Kamila."Jangan sebut nama dia lagi. Dia sekarang milik orang lain," jawab Wahyu kesal. "Jangan pernah ajak aku ke rumah dia lagi, aku ingin menghilangkan dia dari otakku," sambung Wahyu.Kamila memilih diam, jika memang semua demi hubungan mereka dia rela pindah dan meninggalkan rumah orang tuanya.Paginya Kamila mengatakan pada Salman dan Lusi kalau dia akan pindah rumah segera. Mereka tampak kecewa karena mendengar hal itu."Wahyu, kenapa mesti pindah? Apa kamu tidak nyaman tinggal bersama kami?" tanya Salman."Bukan begitu, Pa. Kali hanya ingin mandiri saja," jawab Wahyu."Iya, Pa. Izinkan kami ya, Pa!' pinta Kamila.Mau tak mau Salman memberi izin pada mereka. Biar bagaimanapun Kamila istrinya Wahyu. Dia harus ikut kemana saja Wahyu pergi.**Satu minggu tinggal di rumah baru, Wahyu dan Kamila semakin dekat. Bahkan mereka telah melakukan hubungan suami istri selayaknya. Wahyu sudah berhasil untuk move on dari Sahara."Mas, semoga kita segera punya momongan ya. Biar rumah ini makin ramai," ucap Kamila."Semoga saja, yang penting kita terus berusaha," kata Wahyu.Sementara itu, Sahara dan Miko semakin dekat. Awalnya semua karena Naura namun lama-lama mereka pun sangat dekat."Sahara, apa kamu tak bisa membuka hatimu untukku?" tanya Miko. "ingat Sahara, Naura butuh sosok ayah. Apalagi nanti jika Naura sekolah," sambung Miko."Aku pikirkan dulu," ucap Sahara.Miko berharap, Sahara akan memberikan jawaban terbaik nantinya. Dia sudah lama menunggu agar Sahara mau menjadi istrinya.**"Miko, papa dengar kamu suka dengan salah satu karyawan di kantor," ucap Hilman--papa Miko."Benar, Pa. Miko ingin menikahi dia, sayangnya dia belum memberi jawaban," kata Miko."Aku dengar dia janda beranak satu. Kenapa kamu pilih dia? Banyak wanita di luar sana yang mengharapkan kamu tapi kamu malah kamu memilih dia," kata Hilman.Miko berharap orang tuanya akan mengizinkan dia menikah dengan Sahara. Walau Miko harus berusaha lebih untuk hal itu."Apa papa tidak merestui kami?" tanya Miko.Hilman datang, baru hendak menjawab istrinya datang dengan membawa teh hangat dan camilan."Mas, apa salahnya Miko menentukan pilihannya. Siapapun dia jangan di permasalahkan. Apa kamu tak ingat, dulu waktu kamu menikahi ku juga sudah beranak satu, nyatanya kedua orang tuaku tetap merestui kita, kan," kata Nurmala."Tapi...," Hilman tak meneruskan kalimatnya. Dia terdiam dan menatap Miko. Sementara Miko penuh harap agar mendapatkan restu dari kedua orang tuanya.Hilman menikah dengan Nurmala memang sudah duda beranak satu. Kakak Miko saat ini sudah beristri dan jarang datang karena dia tak suka dengan Nurmala. Padahal Nurmala adalah ibu tiri yang baik. Dia yang dulu selalu menjaga dan mendidiknya."Mama tak pernah menolak siapa pilihan kamu, Miko. Mama tahu memang semua orang tak ada yang sempurna," kata Nurmala. "Jika kamu memilih dia, itu artinya dia yang terbaik," sambung Nurmala."Papa ngikut saja," kata Hilman. "Papa gak bisa memaksa kamu lagi kalau mama mu sudah jawab seperti itu," kata Hilman lagi.Miko senang, dia sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Dia juga akan berusaha agar Sahara mau menerima dia.Miko memberitahu Sahara jika orang tuanya sudah menyetujui mereka. Namun, Sahara justru ragu untuk maju. Bukan karena tak cinta dengan Miko, tetapi dia takut akan menyakiti Miko."Miko, aku pikirkan dulu ya. Aku takut kamu akan terluka karena masa laluku," kata Sahara."Apa kamu masih mencintai dia?" tanya Miko.Sahara diam saja, dia tak menjawab pertanyaan Miko. Miko berasumsi jika Sahara masih mencintai pria itu.10 tahun kemudianUsia tak lagi muda, Sahara sudah mempunyai banyak cabang rumah makan di setiap daerah hal itu membuat dia sering keluar kota, terutama ke Bali.Usia Albi sudah 17 tahun dan Aldo sudah 10 tahun. Mereka ke Bali ikut Sahara memantau cabang Bali. Mereka tengah liburan semester."Bagaimana apa semua lancar?" tanya Sahara pada karyawan yang sudah dia percaya."Alhamdulillah lancar, Bu. Sejak ada pemasok sayuran dan bahan makanan yang baru semua jadi lancar. Oh ya hari ini ada pengiriman sayur dan bahan makanan lainnya. Biasanya orangnya sendiri yang mengantar," katanya."Bagus, kalau gitu aku ke dalam ya," kata Sahara.Satu jam kemudian, Sahara keluar dari ruangannya. Tak sengaja dia menabrak seorang pria yang sedang membawa sayur mayur."Maaf, Mbak," ucapnya.Pria itu menoleh ke arah Sahara, "Sahara...," panggilnya."Wahyu...kamu tinggal di Bali?" tanya Sahara."Iya, oh ya aku ke dalam antar ini. Setelah ini ada yang mau aku obrolan kan sama kamu mumpung ketemu," kata Wah
Wahyu mendekati sang Dokter. Dia memandang Dokter tersebut."Saya mau bicara dengan Dokter, jadi ajak Abbi pergi," kata Wahyu.Della mengajak Abbi untuk pulang, sebelum pulang dia pamit pada Wahyu dan Dokter."Apa kamu sangat mencintai Della?" tanya Wahyu."Ya, aku mencintai dia," jawab Dokter."Tolong jaga Abbi, aku titip Abbi padamu. Anggap saja Abbi anak kandungmu," kata Wahyu."Itu sudah pasti, tapi tampaknya Abbi sangat mengharapkan kamu bersama dengan dia," kata Dokter."Itu tidak mungkin, aku dan Della sudah lama bercerai," kata Wahyu. "Aku hanya ingin kamu bahagiakan Della dan Abbi. Sejak dulu aku gak bisa melakukannya," kata Wahyu.Setelah mengatakan hal itu, Wahyu kembali ke kamarnya. Dia sadar bahwa dia tak pantas lagi untuk Della. Dia ikhlas jika Della bersama pria lain. Apalagi pria itu bisa menyayangi Abbi dengan baik.**Dua bulan kemudian, hari di mana Wahyu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dia sudah sembuh total."Dokter, aku titip surat ini. Berikan pada Della dan
Ternyata Della sedang dekat dengan seorang dokter di rumah sakit jiwa. Dokter itu merupakan teman Dinda saat SMA. Mereka memang belum memutuskan untuk menikah tapi mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.Abbi tengah duduk di bangku rumah sakit jiwa bersama baby Sisternya."Mbak, kata mama papa udah gak ada. Tapi kok aku gak lihat makam papa," kata Abbi."Mbak juga gak tahu, Sayang," ucap Baby Sisternya.Abbi memilih untuk menanyakan hal itu pada orang lain. Dia menanyakan pada salah satu pembantu di rumah Aditia. Pembantu itu menceritakan pada Abbi siapa nama papa Abbi. Tapi Abbi merasa tak asing dengan nama tersebut."Mama, apa benar nama Papa aku itu Wahyu?" tanya Abbi."Kata siapa, Nak?" tanya Della."Kata Bibi," jawab Abbi. "Kata Bi Mina itu nama papa ku, aku kayak pernah lihat dia," jawab Abbi.Della langsung menegur pembantunya, namun saat itu Abbi mendengarkannya."Bi, aku gak mau ya kalau sampai Abbi tahu kalau papanya itu Mas Wahyu. Apalagi kalau sampai dia tahu
Kain penutup itu terbuka, dan wajah yang tak asing bagi Miko tengah tertidur di sana."Tidak mungkin," teriak Miko.Tangis Miko pecah seketika melihat anak yang dia besarkan dengan kasih sayang telah tiada. Dia melihat Sahara tengah menangis, dia memeluk Sahara."Naura ninggalin kita, Mas. Dia pergi," kata Sahara.Miko dan Sahara terlihat lemah, Nurmala menghubungi semua keluarga lalu mengurus jenazah Naura."Mas, Naura....ini mimpi kan, Mas?" tanya Sahara berderai air mata.Miko hanya mampu memeluk Sahara erat dan menguatkannya. Walaupun sebenarnya dia sendiri sangat rapuh.Dari kejauhan, Wahyu melihat jenazah Naura di masukkan ke kamar Jenazah. Dia diam-diam masuk ke kamar Jenazah setalah petugas pergi. Dia ingin melihat Naura yang terakhir kalinya.Setelah melihat wajah Naura, Wahyu tak bisa menahan tangis. Dia menyesal telah menyebabkan semua terjadi. Namun, penyesalan itu sudah terlambat."Naura, m
Sahara mendapatkan panggilan dari seseorang tak di kenal. Dia mengabarkan jika Naura berada di rumah sakit. Seketika Sahara menuju rumah sakit."Naura...apa ada pasien anak SD yang katanya kecelakaan, Sus?" tanya Sahara.Perawat membawa Sahara ke ruangan di mana Naura di rawat. Seseorang menunggu di sana."Maaf, Mbak. Saya benar-benar tak sangaja menabrak anak, Mbak. Saya melihat dia berlari dan saya tak bisa mengerem mendadak," kata pria itu."Keadaan anak saya bagaimana sekarang?" tanya Sahara."Kata Dokter, dia Koma, Mbak," jawabnya.Tidak berapa lama Miko datang, dia lalu meminta penjelasan pada orang yang menabrak Naura. "Saat saya turun dari mobil untuk memanggil ambulan, saya dengar ada yang bilang kalau anak Mbak di kejar seorang pria. Makanya dia buru-buru menyebrang, sepertinya tujuannya ingin ke kantor polisi," kata pria itu."Apa bapak melihat pria itu?" tanya Miko."Maaf, Pak. Saya tidak m
Kecewa itu yang di rasakan oleh Bang Omar. Teman yang dia anggap baik ternyata menusuknya dari belakang. Saat Bang Omar tengah mencari kontrakan baru, di jalan dia bertemu dengan Sahara dan Miko."Bang Omar...," panggil Miko."Eh Pak Miko," ucap Bang Omar."Abang mau kemana? Kok bawa si kecil?" tanya Sahara melihat si kecil ikut berpanas-panasan."Panjang ceritanya, Bu. Tapi ini saya mau cari kontrakan baru," jawab Bang Omar.Sahara dan Miko saling pandang, mereka merasa kasihan pada Bang Omar."Bang, mendingan Abang ikut ke rumah kamu saja. Di rumah kami masih ada kamar kosong," kata Miko. "Kasihan kalau Bang Omar kerja di kecil mau di titipkan siapa? Kalau di rumah saya kan banyak orang, ada yang jaga," kata Miko."Tidak usah, Pak Miko. Saya tidak mau merepotkan Pak Miko," tolak Bang Omar.Miko tetap memaksa hingga Bang Omar ikut ke rumah Sahara. Sampai di sana Bang Omar menceritakan soal apa yang terjadi saat