Share

9. Kecewa

Author: Difanah
last update Last Updated: 2025-07-03 17:07:46
Pagi baru menyapa dengan cahaya keemasannya. Udara masih segar, dengan aroma samar embun dan bunga dari taman di luar.

Aluna berdiri di depan cermin besar berukir. Tangannya perlahan merapikan helaian terakhir rambutnya yang ia biarkan tergerai alami. Wajahnya tampak tenang, tapi matanya memancarkan perasaan yang sulit dijelaskan, rindu, kehilangan, dan keteguhan hati bercampur menjadi satu.

Alih-alih mengenakan gaun hitam seperti kebanyakan orang saat berziarah, Aluna justru memilih gaun biru tua dengan kombinasi biru muda yang lembut. Gaun itu jatuh anggun di tubuhnya, sederhana tapi penuh makna.

"Mama, Papa... aku datang hari ini. Bukan dengan gaun hitam, karena kalian tidak pernah suka melihatku dalam duka. Tapi dengan gaun biru, warna yang selalu kalian bilang membuatku tampak kuat,” bisiknya sendiri.

Ia menyentuh kalung kecil di lehernya, hadiah ulang tahun terakhir dari orangtuanya sebelum kecelakaan itu terjadi. Mata Aluna mulai berkaca-kaca, tapi ia cepat-cepat menenangkan dir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   26. Grup Karyawan

    Langkah Aluna terhenti ketika melihat Reyhan sudah berdiri di dekat mobilnya, menunggunya dengan senyum yang tak biasa, senyum penuh kekaguman.Aluna mengernyit, menatapnya curiga.“Kamu lihat... apa yang aku lakukan tadi?”Reyhan mengangguk sambil menahan senyum. “Lihat dengan jelas, malah dari awal sampai akhir. Gerakanmu mulus sekali… refleksmu sangat bagus.”Aluna menyandarkan tubuh ke pintu mobil, menatapnya sambil menahan senyum.“Lucu ya, sebenarnya gerakan itu aku siapkan untuk seseorang yang nyakitin aku di masa lalu. Padahal aku sudah bertekad akan menghajarnya begitu aku melihatnya.” Reyhan sempat terdiam, keningnya sedikit terangkat karena terkejut. Ia tahu, Aluna menyindirnya. Tapi bukannya tersinggung, ia malah terkekeh pelan.“Kalau gitu… lain kali nggak usah repot-repot. Aku dengan sukarela akan menjatuhkan diriku sendiri di pelukanmu, biar kamu nggak perlu bersusah payah.”Aluna termangu, tak tahu harus menjawab apa. Ia hanya bisa menatap Reyhan dengan kesal. Detik

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   25. Bertemu Raditya

    Langit mulai gelap saat Aluna berdiri di balkon ruang kerjanya, memandang ke kejauhan dengan pandangan penuh tekad. Tangannya menggenggam ponsel, sementara jari-jarinya mengetikkan sebuah nama yang membuatnya dipenuhi kemarahan, Raditya.Dengan napas dalam, ia menekan tombol panggil. Tak lama kemudian, teleponnya tersambung."Raditya? Ini Aluna,” sapanya datar."Aluna!” suara di seberang terdengar riang, sedikit terkejut. “Wah, akhirnya kamu hubungi aku juga. Apa karena kamu tak bisa melupakan aku sejak pertemuan kita semaalam?"Aluna mengabaikan pertanyaan itu, ia benar-benar tak ingin membuang waktunya untuk laki-laki itu."Aku ingin bertemu. Langsung. Malam ini,” ucapnya tegas.Raditya tertawa kecil. "Tentu. Aku senang sekali kamu minta bertemu. Kebetulan aku punya reservasi di sebuah restoran rooftop malam ini. Tempatnya tenang, hanya kita berdua. Aku kirimkan alamatnya sekarang."“Baik. Sampai nanti."Setelah menutup telepon, Aluna berbalik. Di ambang pintu berdiri Reyhan, wajahn

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   24. Ancaman

    Tuan Besar Wiratama duduk bersandar di ranjang rumah sakit, matanya tajam menatap ke arah kursi di hadapannya.Pak Yono berdiri tegak, kedua tangannya saling menggenggam di depan tubuhnya. Wajahnya tegas, tapi ada kegugupan yang tak bisa disembunyikan."Kenapa aku harus mendengar kabar tentang cucuku dari orang lain, Yono? Kenapa bukan kamu yang memberitahuku langsung?" tanyanya dengan suara pelan tapi penuh tekanan.Pak Yono menunduk hormat, ia menjawab dengan suaranya rendah. "Maafkan saya, Tuan. Saya… saya khawatir. Kondisi kesehatan Tuan belum stabil, dan saya tidak ingin kabar seperti ini membuat tekanan darah Tuan naik."Tuan Besar terdiam sejenak, seolah menahan sesuatu di dadanya. Tapi kemudian, ia menghela napas panjang dan menatap lurus ke arah Pak Yono, sorot matanya tenang namun menyala."Yono, aku memang tua… tapi aku tidak bodoh. Jangan pikir aku akan runtuh hanya karena sebuah skandal. Apalagi kalau itu menyangkut Aluna, cucu semata wayangku.""Saya hanya ingin melindun

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   23. Melindungi Reyhan

    "Aku minta penjelasan. Sekarang,” ucap Pak Yono pada Reyhan. Itu bukan permintaan, melainkan perintah.Reyhan menundukkan kepala, menarik napas pelan. "Saya bisa jelaskan, Pak. Tapi semuanya tidak seperti yang....""Saya tidak butuh pembenaran. Saya butuh kejujuran." Pak Yono memotong. "Kau dipekerjakan untuk satu tugas, mengawal dan melindungi Nona Aluna. Bukan menciptakan skandal. Bukan mendekati dia. Dan jelas-jelas bukan menjatuhkannya.""Saya tidak pernah berniat menjebak siapa pun. Tidak Nona Aluna, tidak siapa-siapa. Saya tetap menjalankan tugas saya. Hanya saja... beberapa hal berada di luar kendali saya.”Pak Yono tidak langsung percaya. "Kau yakin? Karena dari sudut pandangku, seolah-olah kau memang sudah menargetkan Nona Aluna sejak awal. Kau selalu berada di dekatnya, lebih dekat dari yang seharusnya. Dan sekarang, muncul foto-foto itu. Siapa lagi yang harus saya curigai?""Saya peduli pada Nona Aluna. Saya....”“Itu semua bukan salah Reyhan,” potong Aluna cepat.Hatinya

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   22. Skandal

    Suasana di ruang makan mulai mereda dari ketegangan emosional beberapa menit sebelumnya. Aluna dan Reyhan masih duduk berseberangan, cangkir teh masing-masing kini tinggal setengah isinya.Hening yang menggantung terasa berbeda, lebih ringan, namun tetap menyimpan banyak yang belum sempat terucapkan.Suara langkah Kirana memecah keheningan itu. Ia masuk dengan tablet kecil di tangannya, menatap keduanya bergantian, lalu duduk di samping Aluna."Maaf, lama. Saya baru ngecek agenda hari ini,” ucapnya dengan nada profesional tapi santai. “Dan ternyata, hari ini Nona nggak ada jadwal resmi apa-apa. Hari Minggu ini kosong. Total. Tapi kalau besok....”“Jadwal besok, kasih tahu aku malam nanti saja, Kak. Seharian ini aku mau santai, nggak mau mikirin apapun,” potong Aluna cepat.“Oke,” jawab Kirana patuh. Ia menutup tabletnya.Aluna lalu menghela napas ringan. "Bagus. Jadi hari ini aku bisa nemenin Kakek di rumah sakit. Aku mau habiskan waktu penuh di sana."Kirana mengangguk cepat, siap m

  • Mantanku Pengawal Pribadiku   21. Rasa yang Kembali

    Mobil berhenti tepat di depan rumah utama. Malam sudah larut, tapi lampu di teras depan masih menyala.Saat Reyhan turun dari mobil, ia segera menggendong tubuh Aluna, membuatnya setengah bersandar di pelukannya. Napasnya cepat dan pendek, tubuhnya gelisah, tangannya masih terus meraba dada Reyhan tanpa arah.Langkah kaki Reyhan cepat menuju pintu depan. Belum sempat ia mengetuk, pintu sudah terbuka dari dalam. Kirana menyambutnya dengan nada tinggi penuh amarah."Reyhan! Dari mana saja kamu?! Kamu tahu....""Bantu saya dulu Bu, nanti saya jelaskan,” potongnya cepat.Kirana menatap Aluna yang berada di dekapan Reyhan dengan mata membelalak lebar.Kirana yang awalnya hendak melontarkan kemarahan, langsung bungkam saat melihat kondisi Aluna. Mata Aluna sayu, wajahnya memerah, napasnya tersengal. Jemarinya yang terus mengelus dada Reyhan membuat Kirana langsung tahu, ada sesuatu yang tidak wajar.“Apa yang terjadi? Apa yang kamu lakukan padanya?” “Bukan saya. Minuman itu dicampur obat.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status