“Nggrek, Taka minta kirimi foto elo.” Rena menunjukkan layar ponselnya, memperlihatkan chat roomnya dengan Taka. Wuri yang sekarang berubah nama panggilan menjadi Anggrek, menggelengkan kepala. “Tiap hari juga ngirim chat, minta kirim fotoku, tapi nggak aku kasih.” Rena tertawa kecil. “Udah bener nggak usah dikasih. Biar kejutan pas liat lo yang udah berubah 1800 begini. Cckk, tapi emang dari sononya lo udah cantik tauk. Cuma elo-nya aja nggak mau rawat diri. Kenyataannya perut lo nggak ada lemak menggelambirnya. Bentuk alis lo asli bagus, kemarin Cuma permak dikit doang. kulit lo juga udah putih, Cuma kering aja dan sekarang keliatan kenyal, lembut. Ddiih, malah ngiri nih gue.” Anggrek tersenyum mendengar pujian Rena. Kedua tangan membingkai wajah sendiri merasakan lembut di kulit wajah. “Kan aku udah bilang, Ren. Aku sibuk kerja sama ngurus rumah, makanya nggak punya waktu untuk sekedar bersolek. Paling Cuma pakai hand body doang.” Rena tertawa. “Taka emang nggak salah pilih sih.
Anggrek mengambil duduk di kursi tunggu. Sementara Taka membeli tiket di depan sana. Tau nggak sih, di kampung itu jauh sama mall. Apa lagi bioskop. Kalau mau nonton film layar lebar, harus ke kota. Itu juga nggak pernah Anggrek lakukan karna dia nggak ada waktunya. Pas zaman pacaran sama Ifan, kalau kencan juga hanya sekedar jalan di tepi pantai saja. Piknik yang paling dekat dan tentu saja hemat.Anggrek menatap lagi layar hapenya yang menampilkan foto Taka sedang berdiri menunggu si embak nyiapin tiket. Dia menunduk menyembunyikan senyumnya. Jari tangannya menekan aplikasi berwarna hijau, berniat memposting gambar itu di sana. Keningnya berlipat saat menyadari sesuatu. Dia belum lama cerai. Kalau sampai ada yang salah paham, bahaya banget pastinya.“Yuk, nyari makan bentar,” ajak Taka. Dia sudah berdiri di depan Anggrek, mengulurkan dua tiket nonton.Anggrek mengangguk, beranjak berdiri dan melangkah keluar dari bioskop. Taka mengajak Anggrek masuk ke stand kusus makanan. Memesan m
Devi makin kesal melihat Taka yang membentaknya. Apa lagi Taka langsung membantu Anggrek berdiri tegap dan mengusap lembut wajah Anggrek yang ada cap lima jari.“Dev! Lo ngapain, hn?!” bentak Taka, suaranya menggema.Beberapa orang yang berada di basemen sampai menoleh ke arah mereka bertiga. Dan jangan lupakan zaman sekrang yang lebih suka mencari keuntungan. Ada camera yang langsung diarahkan ke mereka.“Jadi kamu biarin aku nunggu di depan penghulu karna dia?!” Devi menuding ke arah Anggrek yang memegangi pipi. “Aku nungguin kamu seharian, Taka. Aku khawatirin kamu, aku kenal sama kamu udah lama. kita pacaran udah tahunan. Tiba-tiba kamu pergi ninggalin aku tepat hari pernikahan kita?” bulir menetes di kedua pipi Devi. “Aku nggak nyangka kalau kamu pergi karna udah punya yang lain. Aku pikir kamu sayang, aku pikir kamu cinta. Ternyata … aku udah salah.”Taka menjatuhkan plastik berisi belanjaan Anggrek. Dia maju selangkah, lebih dekat dengan Devi. Tatapanya tak berpindah, menatap t
Kedua mata Wina melebar menatap layar ponsel yang ada di tangannya. Dia sampai memperbesar gambar yang ia lihat hanya demi memastikan kebenarannya.“Ini seriusan kak Wuri? Masa’ sih?” monolognya, tentu saja tak percaya.Bisa dibilang perubahan Wuri kali ini 75%. Wajar saja perubahannya kali ini menggemparkan seluruh warga yang memiliki nomor ponselnya.“Kak Wuri pakai aplikasi apa buat edit foto? Perasaan di otok-otok filternya nggak gini banget deh.”Masih saja Wina fokus lihatin bentu alis Wuri yang cantik. Lalu kedua bulu mata lentik yang terlihat seperti asli, bukan bulu mata pasangan seperti miliknya. Wajahnya juga kelihatan putih bersih merona. Apa lagi bentuk bibir Wuri yang emang asli sexy, terus diwarnai merah muda agak orange. Cckk, cocok banget. Rambut yang biasanya Cuma digelung acak-acakan itu, sekarang terurai dengan warna cat serta curly sesuai dengan penampilan.“Kok kaya’ bukan editan sih?” ngomong sendiri lagi. “Cckk, enak banget kak Wuri sekarang ya! Dia nggak tau a
[Kak, aku bentar lagi lahiran. Kamu nggak ada niat mau bantuin biaya lahiranku?][Walau kamu udah nggak di Jogja, tapi status kita tetap adik kakak. Masih ingat pesan Ibu sama Bapak kalau suruh jagain aku, kan?][Aku abis lahiran nyusul kamu tinggal di Jakarta ya]Anggrek mendesah panjang membaca chat dari Wina. Status saudara dengan darah yang mengalir sama, memang selamanya tidak akan menjadi mantan. Tapi kalau adiknya macam Wina yang nggak tau diri begini, ya harus gimana lagi?Anggrek tersenyum saat melihat Taka yang jalan menghampiri. Dia melirik cowok ganteng yangs ekarang duduk di sebelahnya. “Brisa jadi model utama di sini?”Satu alis Taka terangkat, lalu menggeleng samar. “Bukan yang utama sih, tapi yang aktif di sini dia. Yang lain Cuma kontrak sebulan atau paling lama dua bulan. Tadi ngobrol apa sama Brisa?”Anggrek menekul minuman dari botol lebih dulu. “Uumm, enggak ada yang serius sih. Aku Cuma kenalan sama dia. Sama tadi dia cerita—”Anggrek tak meneruskan kalimatnya. D
Taka mengikuti Anggrek masuk ke dalam apartemen setelah pintu dibuka. Seperti di rumahnya sendiri, Taka menjatuhkan tubuh ke sofa ruang tamu, tiduran di sana. Anggrek ikut mendudukkan diri di sofa yang berbea, melepas tas kecilnya dan menjatuhkan punggung ke sandaran sofa. Melepaskan kaki dari jeratan flat shoes yang menyiksa. Iya memang hanya pakai flat shoes, tapi biasanya dia pakai sendal jepit doang lho. “Belum jadi model aja udah terkenal, hhufft ….” Anggrek memejamkan kedua mata, mengingat vidio yang tadi dia tonton itu. Vidio yang durasinya cukup lama dan tanpa editan. Sebenarnya nggak masalah juga sih, karna di dalam vidio itu Anggrek nggak salah. Justru Devi yang kena dampak negative terlalu banyak. “Nanti biar gue urus.” Taka melirik Anggrek. “Gue nginep sini ya,” ijinnya. Cepat Anggrek menegakkan tubuh, menatap Taka dengan kedua mata yang melebar. “Kan nggak satu kamar. Nggak tidur barengan juga.” “Ya … tapi kita bukan pasangan, Taka. Gimana kalau nanti digrebek?” Tak
[gue pulang] send AnggrekTaka menatap pintu kamar Anggrek yang tertutup rapat. Ini sudah jam dua malam, dia tidak mungkin akan mengetuk pintu kamar itu hanya untuk pamit pulang. Iya, tahan kok untuk nggak macam-macam, tapi mamanya udah mewanti-wanti untuk enggak tinggal seruangan. Ya, setan kan ada di mana-mana ya. Taka memasukkan hape ke saku celana dan melangkah keluar dari apartemen.Mungkin sekitar 20 menit mobilnya memasuki gerbang tinggi yang baru saja dibuka. Dia keluar setelah mematikan mesin. Melangkah santai menaiki undakan teras. Tersenyum saat pintu di hadapannya terbuka dari dalam, lalu mama Rita muncul di sana dengan wajah pesesifnya.“Ngeyel!” marah mama Rita, menutup pintu saat taka sudah berada di dalam. “Nggak baik cowok sama cewek Cuma berdua di ruangan. Mana malam-malam, kamu udah dewasa, dia juga dewasa. Mama nggak mau ya, kamu ngerusak anak orang yang belum sah.”Taka tertawa kecil, bergelayut di tangan mamanya dengan kepala yang nempel di bahu. Mengikuti langka
Pyar!Ponsel yang ada di hadapan mama Rita itu jatuh ke lantai. Dengan sengaja Devi menyambar ponsel. Berkesan mau merebut, tapi berakhir ngejatuhin. Bukan hanya mama Rita saja, tapi semua yang ada di toko dan melihat keributan melebarkan mata. Termasuk Devi yang menutup mulut, lalu jongkok, memungut hape android yang layarnya jadi pecah itu.“Yaah, jatuh.” Wajah Devi terlihat bersalah. “Nanti aku ganti sama hape yang baru. Nggak ada maksud mau jatuhin, tadi niatnya mau ikutan nonton yang kamu kasih liat ke mama.”Anggrek mendengus, sementara karyawan lainnya mencibirkan bibir. Iya, Devi itu cantik, tapi paham sama sifatnya yang tidak pernah meminta maaf jika salah. Dan ya, dia berasal dari keluarga berada. Wajah sombong jelas banget terlihat di sana.Mama Rita menatap Devi dengan gelengan kecil. “Yasudah lah. Hari ini mama sibuk, kerjaan mama juga menumpuk. Kalau mau main sambil cerita, lain kali saja.”Devi mengangguk dengan senyum sok imut. “Iya, Ma. Maaf udah ganggu sibuknya mama.