Setelah mobil Fikri menghilang, Tora melihat ke arah Kevin dan berbicara."Aduh, kamu terlalu emosional! Hanya akan membawa masalah untuk dirimu sendiri!""Mereka yang keterlaluan, Kak Tora jangan khawatir, aku tidak takut pada mereka!"Kevin berbicara santai, dia sama sekali tidak menyesal, malah berpikir seharusnya dia memukul Fikri lebih keras lagi agar dia kapok. Tora melirik Kevin yang terlihat tidak peduli, sama sekali tidak tahu harus bagaimana memberitahunya lagi."Sekarang kamu pergi meminta izin kepada Ketua David! Sembunyi satu minggu dulu, jikamereka membawa orang kembali, habislah kita."Kata Tora.Dia jatuh bangun di kota ini bertahun-tahun, instingnya mengatakan jika kejadian ini tidak akan selesai begitu saja."Tidak perlu, Kak Tora, aku sudah bilang jika aku tidak takut pada mereka!" Kevin menolak niat baik Tora, dia perlu tinggal di sini untuk melindungi Elmira."Jika begitu aku izin sendiri, hati-hati lah beberapa hari ini! Tetap jaga-jaga." Tora tidak bisa membu
"Tuan muda Damar, apa yang ingin Anda periksa, aku akan segera memeriksanya…." Telepon terhubung, terdengar nada hormat dari seorang pria."Aku mau informasi tentang 2 penjaga keamanan yang berjaga di kediaman keluarga Universitas Santara hari ini." Kata Damar dengan datar lalu memutuskan panggilan. Dia lumayan penasaran dengan identitas Kevin, seorang penjaga keamanan, bagaimana dia bisa sangat tenang dan tidak takut menghadapi tuan muda seperti mereka?10 menit kemudian, orang tadi menghubungi Damar."Tuan Muda Damar, aku menemukannya, mereka berdua bernama Tora dan Kevin…"Mendengar kata "Kevin", Damar sedikit terkejut, beberapa hari lalu Keluarga Damar baru mendapatkan informasi dari keluarga Wijaya yang tersembunyi."Tuan muda Keluarga Wijaya, Kevin telah dikeluarkan dari keluarga."Sebuah pikiran gila muncul di benak Damar, apakah penjaga keamanan ini adalah Tuan muda Keluarga Wijaya, Kevin?Tapi dengan cepat dia menghilangkan pikiran gila itu, kekayaan keluarga Wijaya yang te
"Tidak, aku akan mencarimu setelah gajian!" Tora menolaknya dengan tersenyum kecil.Ketika umurnya 20 tahun, Tora masih mungkin membayar wanita jalanan dan bermain semalaman, tapi dia yang sekarang tidak akanmelakukannya lagi, uangnya untuk sekolah adiknya, tidak mungkin ia habiskan pada tubuh mereka.Wanita jalanan itu yang tidak bisa mendapatkan uang dari Tora berbalik dan kembali duduk di kursinya dan melirik Tora sinis sambil bergumam."Miskin, bahkan jika kamu ada uang, aku juga tidak akan melakukannya denganmu."Tora berjalan kembali ke depan pintu basement yang ia tinggal dan mengetuk pintu. Tidak lama, celah pintu terbuka, yang membuka pintu adalah seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah, dia menguncir rambut nya, tidak ada riasan sama sekali di wajahnya, terlihat sederhana dan cuek, dia adalah adik perempuan Tora, Laura."Kakak! Kamu sudah pulang!"Melihat kalau itu kakaknya, ekspresi Laura yang awalnya waspada langsung menjadi sangat gembira. Dia segera membuka pintu
Medi berbicara sambil tersenyum dingin, dia menutup pintu, bagi Tora dan adiknya, dia yang sekarang adalah dari neraka. Medi mendekati Tora selangkah demi selangkah."Kak, kakak…." Laura berbisik takut, dia memiliki firasat jika pria ini akan membawakan hal buruk pada mereka berdua."Plakk!"Medi mengangkat tangannya dan menampar kepala Tora, baskom yang dipegang Tora terjatuh, mangkuk didalamnya pecah, dia merasakan otaknya bergetar seperti tersengat listrik. Perasaan sakit tidak begitu penting, yang ia rasakan paling kuat adalah ketakutan!"Kakak!" Laura melihat kakaknya dipukuli segera turun dari tempat tidur dan menerjang Medi, siapa yang berani memukul kakaknya, dia akan membalasnya. Tapi baru saja Laura sampai di depan Medi, Medi mendorong nya, Laura terjatuh ke tempat tidur lagi."Gadis kecil yang mulus sekali, tunggu akumenyingkirkan kakakmu, kakak ini akan membuatmu merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan, walaupun tempat tidur ini sedikit kecil, tapi keahlian kak
Kevin menyelesaikan pekerjaan hari itu dan sudah selesai memakan cemilan yang dibawakan oleh Elmira, setelah melihat lampu kamar Elmira padam, dia sedikit khawatir dengan Tora sehingga dia menelponnya."Kevin…"Medi memanggilnya dengan suara dingin, suara itu membuat Kevin menegang, dia memiliki firasat buruk dan segera bertanya."Siapa kamu?""Tora ada di tanganku, jika tidak ingin terjadi sesuatu padanya, datang sekarang juga ke rumahnya! Ingat, jangan melapor polisi atau membawa orang lain, aku beritahu dulu, itu semua tidak ada gunanya, hanya akan membuatku membunuh Tora lebih cepat."Medi berbicara dingin."Aku peringatkan jangan sampai kamu menyentuh Kak Tora!" Kata Kevin dengan cepat."Heh, itu tergantung kamu datang tepat waktu atau tidak!" Medi tahu jika Kevin akan datang."Kevin, jangan datang, dia akan membunuh…" Tora berseru kepadanya, dia tidak ingin menyeret temannya."Sialan!" Medi menampar wajah Tora."Kak Tora, Kak Tora..." Kevin memanggil panik."Aku sudah menga
"Siapa aku, huh, bukan ini yang seharusnya kamu khawatirkan sekarang!"Kevin berbicara dingin, beraninya dia memukul Tora sampai seperti itu, Kevin tidak akan melepaskannya dengan mudah."Cari mati!"Walaupun Medi sadar jika Kevin tidak selemah yang ia kira, tapi dia merasa dia juga tidak buruk, dia yakin bisa mngalahkan Kevin. Medi mengarahkan tinjunya ke arah Kevin lagi! Dia ingin menghancurkan kepala Kevin!"Huh…”Kevin mendengus, sama sekali tidak menganggap Medi, dia juga mengarahkan tinjunya ke Medi dan kedua tinju itu saling bertabrakan."Kretakk." Terdengar suara tulang yang remuk, keduanya mundur, tangan Kevin tidak terluka sama sekali dan tangan Medi, tulang jari tengah sampai jari kelingkingnya sudah patah."Arrggghhh…."Medi berteriak kesakitan, ini sama sekali berbeda dengan apa yang dia pikirkan, pemuda ini sangat kuat, lebih kuat berkali lipat daripada lawan yang pernah ia temui di ring tinju, Medi menatap Kevin dengan takut."Siapa sebenarnya kamu? Bagaimana mungkin b
"Sekarang bawa aku menemui kedua Keturunan generasi kedua yang kaya itu!"Kevin berbicara dingin.Tanpa perlu di tanya, Medi pasti dikirimkan oleh dua orang Keturunan generasi kedua yang kaya yang mereka singgung tadi, jika mereka ingin membunuhnya dan Tora, maka Kevin tidak akan memaafkan mereka dengan mudah."Baik baik…" Medi tidak berani melawan dan buru-buru menjawab."Aku juga tidak tahu mereka ada dimana sekarang, aku perlu menanyakannya terlebih dahulu.""Tanyakanlah, bagaimana mengatakannya, apa yang harus dikatakan, aku rasa tidak perlu aku ajari lagi!" Kata Kevin, dia juga tidak takut Medi bermain trik.Medi mengontrol emosinya agar Damar tidak curiga, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Damar, mendengar nada sibuk dari ponselnya, jantung Medi berdetak semakin kencang.Saat ini Damar dan Fikri berada di villa pribadi Fikri. Di dalam villa kamar tidur besar terdapat tempat tidur double ekstra besar di bagian tengahnya, terdapat meja, kursi ayun, alas panjat, dsb. S
"Oh, apakah sudah selesai?"Damar merasa sedikit terkejut. Dia ingat bahwa dirinya pernah meminta Medi untuk membunuh orang beberapa kali sebelumnya. Setelah Medi selesai menangani mayat itu setiap kalinya, dia baru akan meneleponnya untuk melapornya.Saat ini, Medi baru saja pergi kurang dari dua jam. Dalam waktu yang begitu singkat ini, apakah Medi sudah membunuh dan menangani mayat dari kedua satpam itu?"Mungkin saja kali ini Medi melakukannya dengan lancar bukan?" Pikir Damar di dalam hatinya."Kakak, aku merasa sangat senang sekarang.”Tebakan tentang Medi tadinya sudah benar-benar dilupakan oleh Damar. Damar biasanya sangat tenang, tetapi hanya saja saat ini, dia bisa kehilangan kesadarannya untuk sesaat.Saat ini, Medi mengendarai mobil dan telah perlahan mendekati kompleks rumah tempat Fikri tinggal. Kevin duduk di sebelahnya. Kompleks rumah tempat Fikri tinggal adalah kompleks kecil yang mewah di kota. Karena identitas Fikri, dia lebih dihargai dan diperhatikan oleh komplek