Home / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 167. Wejangan dari Zelda

Share

167. Wejangan dari Zelda

Author: Putri Cahaya
last update Last Updated: 2024-12-02 23:43:20
Acara fashion show week telah dimulai dan sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Satu persatu peserta model dari desainer lain mulai tampil.

Dua puluh lima menit sebelum tampil, Zelda bersama Sinta dan timnya kembali datang ke bagian final stage untuk membenahi detail baju dan juga riasan para modelnya.

Busana karya Zelda ini memiliki model yang simpel dan elegan. Tidak ribet saat mengenakannya dan bisa dipakai sendiri tanpa bantuan desainer sehingga lebih cepat selesai dalam bersiap.

“Hai, Lora,” sapa Zelda mendekati Lora yang hanya bergeming di tempatnya seraya meremas tangan. “Deg-degan, ya?”

Lora tersenyum yang terkesan dipaksakan lalu mengangguk pelan. “Aku nervous banget, Zelda.”

“Wajar kalau nervous. Ini kan pengalaman pertamamu.” Zelda menata dan membenahi gamis yang dipakai Lora. Tak lupa kerudungnya juga ikut dirapikan.

“Makanya itu, aku takut gagal dan malah mengecewakanmu.” Lora menoleh sedikit ke belakang di mana Zelda sedang membenahi bagian belakang gamisnya.

Zelda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alya Pristika
Lora telmi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   352. Bukti Telah Lengkap

    Ting! Pintu lift terbuka setelah tiba di lantai paling atas yang menjadi tempat pemimpin perusahaan bekerja. Grissham melangkah keluar dari lift dengan penuh wibawa menuju ke ruang kerjanya usai melaksanakan rapat.Ia berjalan bersama dengan seseorang yang dipercaya untuk mengelola GTC pusat semenjak dirinya pindah ke Indonesia. Pria itu bernama Nathaniel Carrington. Ia merupakan sahabat dekat Grissham dari kecil, tepatnya setelah Annelies dijemput ayahnya. Meskipun pernah berpisah, tetapi persahabatan mereka tetap terjalin sangat erat hingga sekarang.Keduanya sudah seperti saudara bahkan keluarga mereka pun saling menerima dan memiliki hubungan yang sangat dekat karena sama-sama dari keluarga pebisnis. Oleh sebab itu, Grissham mempercayakan perusahaan ini pada sahabatnya setelah melalui banyak pertimbangan dan diskusi dengan dua keluarga.Ia tentu saja tidak akan menyerahkan perusahaan yang dirintisnya dari nol kepada sembarang orang. Ia juga tidak asal memilih hanya semata-ma

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   351. Hukum Tabur Tuai

    Lora mengerutkan kening dengan alis yang nyaris menyatu usai membaca pesan dari mantan suaminya itu. Bantuan apa yang dimaksud? Bola matanya bergerak mulai menebak tujuan utama Dhafin meminta bantuannya.Wanita itu menghela napas panjang lantas mengetikkan balasan. Baru beberapa huruf yang terketik, layar ponselnya berubah diikuti panggilan masuk dari orang yang sama. Ia pun menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.“Assalamu'alaikum, Lora.”“Wa'alaiakumsalam, ada apa?” Lora membalas dengan nada suara tanpa intonasi. Sejak pertemuan dengan Dhafin saat di restoran waktu itu, sikapnya berubah. Lebih dingin dan acuh tak acuh.Terdengar helaan napas berat dari seberang sana seolah Dhafin sedang memikul banyak beban. “Aku sedang menghadapi masalah yang sangat besar, lebih tepatnya perusahaanku.”“Ini akibat dari kerja sama dengan The Bright Group. Di balik kerja sama itu ternyata Om Raynald punya tujuan lain, ingin mengakuisisi Wirabuana Group. Aku sangat butuh bantuanmu sekaligus minta

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   350. Pelukan, Pukulan, dan Sebuah Pesan

    “Dor!”Lora terlonjak kaget hingga ponsel di tangannya terlepas kemudian jatuh di pangkuan. Ia menoleh ke belakang, menatap tajam pelaku utama yang baru saja mengagetkannya. “Abang…!” teriaknya kesal apalagi melihat orang itu yang malah tertawa terpingkal-pingkal penuh kepuasan. Ia melempar kasar satu bantal di sofa yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh abang jahilnya siapa lagi kalau bukan Affan.Pria yang mengenakan kemeja rapi itu meredakan tawanya lalu menghempaskan tubuh duduk di samping Lora.“Lagi ngapain? Aku perhatikan kamu terus mengecek ponsel tiap detik. Lagi nunggu kabar dari Grissham, ya?” tanyanya sekaligus menebak.Lora mengangguk lesu dengan bibir melengkung ke bawah. Ia menyandarkan punggungnya pada sofa. “Kak Sham sama sekali belum mengabariku. Padahal kan harusnya jam segini udah sampai.”Affan mengubah posisi duduknya menjadi serong menghadap adik sepupunya ini. “Lora, adikku sayang. Kamu nggak lupa kan kalau ada perbedaan waktu yang signifikan antara Ind

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   349. Menanti Kabar

    “Kau dari mana saja, Lora?”Lora sontak menghentikan langkahnya di ruang tamu dan memandang ke depan. Tanpa sadar, tangannya menggenggam erat tali tas selempang yang dipakaianya.Di sana, seorang pria tua yang masih terlihat gagah dan bugar berjalan mendekat dengan langkah penuh wibawa. Beliau merupakan orang nomor satu di keluarga ini yang paling disegani dan dihormati. Segala keputusan harus melalui pertimbangannya karena beliau yang memegang kekuasaan penuh atas rumah ini. Seluruh anggota keluarga tidak ada yang berani menentangnya.“Opa?” gumam Lora menyerupai bisikan seraya tersenyum kikuk. Ia mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan sang kakek ketika sudah berhenti di hadapannya.“Kau dari mana?” Pria tua yang biasa dipanggil Opa Arya itu kembali bertanya. Ia menatap cucunya sembari bersedekap dada.“Aku habis dari mengantar Kak Sham ke bandara, Opa. Setelah itu, aku ngantar Annelies ke kantor Om Albern. Cuma mengantar aja terus langsung pulang,” jawab Lora apa adanya.Op

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   348. Sampai Jumpa, Sayang

    Lora ikut tersenyum meskipun matanya berkhianat. Tatapannya terkunci ke arah bola mata abu-abu yang terlihat indah itu. “Aku–”“Perhatian kepada penumpang Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR 957 tujuan London melalui Doha. Proses boarding kini dimulai di Gate 5D.”“Kami mohon penumpang dengan kursi baris 25 hingga 45 untuk segera menuju gate. Pastikan boarding pass dan paspor Anda telah siap diperiksa. Terima kasih.”Suara pengumuman yang menggema di seluruh penjuru bandara berhasil memotong ucapan Lora yang belum terselesaikan. Dua kali pengumuman tersebut diucapkan sebelum akhirnya berhenti.Lora memandang ke arah pintu keberangkatan yang posisinya beberapa meter di belakang Grissham sebelum kembali menatap laki-laki itu. “Udah ada pengumuman boarding. Itu kan nama pesawat sama nomor penerbanganmu, Kak,” ucapnya mengingatkan.Grissham mengibaskan tangannya santai. “Tenang saja, Sayang, tak perlu terburu-buru. Lagi pula tempat dudukku bukan di baris kursi yang disebutkan dalam

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   347. Hanya Pergi Sebentar

    Mentari siang menggantung tinggi di langit dan menyelinap melalui atap kaca bandara, memantul di lantai marmer yang mengkilap, menciptakan kilauan lembut di tengah lalu-lalang manusia. Suara roda koper yang berderak, langkah kaki terburu-buru, dan pengumuman boarding yang bergema bersahutan membentuk simfoni sibuk khas terminal internasional.Ada yang baru mendarat, lalu disambut dengan pelukan hangat dari keluarga maupun orang terkasih. Ada pula yang bersiap lepas landas dan berpamitan sebagai salam perpisahan sebelum berangkat. “Sayang, sejak tadi kau sama sekali belum bersuara. Kenapa?” tanya Grissham sembari menatap Lora yang berdiri di hadapannya. Ia merasa heran dengan sikap sang calon istri yang membungkam sejak bertemu dengannya. Bahkan saat makan siang di restoran bandara tadi juga Lora enggan bersuara dan hanya fokus menikmati makanan.Jadi, ia hanya bisa mengobrol dengan Annelies yang ikut dengan mereka hari ini. Hingga sekarang tiba di depan pintu keberangkatan, Lora te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status