Beranda / Rumah Tangga / Mari Berpisah, Aku Menyerah / 242. Azhar Minta Maaf, Tante

Share

242. Azhar Minta Maaf, Tante

Penulis: Putri Cahaya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 23:58:18

Lora memarkirkan mobilnya di garasi kediaman keluarga Brighton berjejeran dengan mobil lain yang dijadikan koleksi.

Hari ia pulang sedikit telat karena harus membantu mengatasi masalah ringan di restoran.

Dirinya pulang kemari sendirian tanpa didampingi Mira yang memilih pulang ke rumahnya.

Wanita yang mengenakan setelan tunik dilengkapi celana kulot longgar itu berjalan memasuki rumah.

Raut wajah yang semula sumringah itu seketika berubah ketika mendengar bentakan seseorang bersumber dari arah ruang tengah.

“Kubilang berhenti, ya, berhenti! Jangan mendekat!”

Lora dengan langkah cepat sekaligus khawatir menghampiri sumber suara. Pikirannya langsung tertuju pada anak-anak.

Beberapa meter dari arahnya, ia melihat Amina yang berlutut di dekat si kembar yang tampak ketakutan.

Belum cukup sampai sana, ia dibuat jantungan ketika melihat Florence yang mendorong tubuh kecil Zora hingga menghantam lantai.

“Florence!” teriaknya penuh amarah.

Lora segera berlari kencang mendekati Zora yang sud
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wira Rizky
apakah grisham sama lora bersatu gw ga rela klo lora balikan sama dhafin jd ga seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
jangan bikin Florence jadi orang jahat thor, biar orang tuanya jahat tapi kan Florence dibesarkan sama orang baik, biarkan Florence dan lora akur terus sayang sama twins
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   349. Menanti Kabar

    “Kau dari mana saja, Lora?”Lora sontak menghentikan langkahnya di ruang tamu dan memandang ke depan. Tanpa sadar, tangannya menggenggam erat tali tas selempang yang dipakaianya.Di sana, seorang pria tua yang masih terlihat gagah dan bugar berjalan mendekat dengan langkah penuh wibawa. Beliau merupakan orang nomor satu di keluarga ini yang paling disegani dan dihormati. Segala keputusan harus melalui pertimbangannya karena beliau yang memegang kekuasaan penuh atas rumah ini. Seluruh anggota keluarga tidak ada yang berani menentangnya.“Opa?” gumam Lora menyerupai bisikan seraya tersenyum kikuk. Ia mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan sang kakek ketika sudah berhenti di hadapannya.“Kau dari mana?” Pria tua yang biasa dipanggil Opa Arya itu kembali bertanya. Ia menatap cucunya sembari bersedekap dada.“Aku habis dari mengantar Kak Sham ke bandara, Opa. Setelah itu, aku ngantar Annelies ke kantor Om Albern. Cuma mengantar aja terus langsung pulang,” jawab Lora apa adanya.Op

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   348. Sampai Jumpa, Sayang

    Lora ikut tersenyum meskipun matanya berkhianat. Tatapannya terkunci ke arah bola mata abu-abu yang terlihat indah itu. “Aku–”“Perhatian kepada penumpang Qatar Airways dengan nomor penerbangan QR 957 tujuan London melalui Doha. Proses boarding kini dimulai di Gate 5D.”“Kami mohon penumpang dengan kursi baris 25 hingga 45 untuk segera menuju gate. Pastikan boarding pass dan paspor Anda telah siap diperiksa. Terima kasih.”Suara pengumuman yang menggema di seluruh penjuru bandara berhasil memotong ucapan Lora yang belum terselesaikan. Dua kali pengumuman tersebut diucapkan sebelum akhirnya berhenti.Lora memandang ke arah pintu keberangkatan yang posisinya beberapa meter di belakang Grissham sebelum kembali menatap laki-laki itu. “Udah ada pengumuman boarding. Itu kan nama pesawat sama nomor penerbanganmu, Kak,” ucapnya mengingatkan.Grissham mengibaskan tangannya santai. “Tenang saja, Sayang, tak perlu terburu-buru. Lagi pula tempat dudukku bukan di baris kursi yang disebutkan dalam

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   347. Hanya Pergi Sebentar

    Mentari siang menggantung tinggi di langit dan menyelinap melalui atap kaca bandara, memantul di lantai marmer yang mengkilap, menciptakan kilauan lembut di tengah lalu-lalang manusia. Suara roda koper yang berderak, langkah kaki terburu-buru, dan pengumuman boarding yang bergema bersahutan membentuk simfoni sibuk khas terminal internasional.Ada yang baru mendarat, lalu disambut dengan pelukan hangat dari keluarga maupun orang terkasih. Ada pula yang bersiap lepas landas dan berpamitan sebagai salam perpisahan sebelum berangkat. “Sayang, sejak tadi kau sama sekali belum bersuara. Kenapa?” tanya Grissham sembari menatap Lora yang berdiri di hadapannya. Ia merasa heran dengan sikap sang calon istri yang membungkam sejak bertemu dengannya. Bahkan saat makan siang di restoran bandara tadi juga Lora enggan bersuara dan hanya fokus menikmati makanan.Jadi, ia hanya bisa mengobrol dengan Annelies yang ikut dengan mereka hari ini. Hingga sekarang tiba di depan pintu keberangkatan, Lora te

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   346. Batas Kesabaran Dhafin

    Bu Anita langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menghela napas. “Kami melakukan semua ini demi kebaikanmu, Dhafin.”Dhafin tertawa sarkas. Ia menatap ibunya dengan sorot dingin bercampur sendu. “Kebaikan? Kebaikan apa yang Mama maksud? Bagian mana yang menjadi kebaikan untukku, Ma?”Bu Anita maju satu langkah. Tangannya terulur, mengusap lembut pipi sang anak. “Dhafin, Mama mengerti banget perasaanmu yang sangat mencintai Lora. Mama ingin menyatukan kalian berdua.”Dhafin menurunkan tangan ibunya, lalu menggeleng pelan. “Aku memang mencintai Lora, tapi nggak gini caranya, Ma. Harus berapa kali aku bilang, aku udah merelakan Lora bersama yang lain.”“Aku ikhlas demi kebahagiaan Lora sendiri dan anak-anak. Karena aku tau bahagianya Lora bukan bersamaku lagi,” ucapnya masih mempertahankan intonasi agar tidak meninggi, tetapi jelas ada nada geregetan di sana.“Jangan bohong, Dhafin!” Bu Anita berseru dengan suara lantang. Ia menatap tepat di kedua b

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   345. Hanya Topeng Semata

    Pukul delapan malam, Dhafin memarkirkan mobilnya dengan sempurna di garasi rumah. Ia tidak langsung turun melainkan menumpukan kepalanya pada stir mobil dengan tangan yang masih bertengger di sana.Matanya terpejam lelah dengan dada naik-turun, mengatur pernapasan yang memburu. Tiba-tiba sekelebat perkataan Pak Ridwan saat di telepon tadi kembali terngiang.“Saya tidak tahu permainan apa yang sedang mereka jalankan, Mas. Tapi saya tahu satu hal, kontrak ini bukan ditulis untuk menyelamatkan perusahaan. Ini disusun untuk mengambilnya secara sah.”Dhafin mendesah kasar, lalu menarik tubuhnya menjadi duduk tegak. Kedua tangannya mencengkeram kuat-kuat stir hingga tampak bergetar dengan memperlihatkan ototnya.Meski sudah lewat beberapa jam lalu, tetapi kalimat itu terus-menerus bergema di benaknya melebihi vonis hukuman mati. Kerja sama yang ia pikir akan sangat menguntungkan ternyata menjadi awal kehancurannya. Rasanya sangat sulit untuk percaya. Namun, setelah ditelusuri lebih dalam,

  • Mari Berpisah, Aku Menyerah   344. Kejanggalan yang Terlambat Terbaca

    “Apa-apaan ini? Kenapa jadi begini?”Dhafin menatap layar laptop di depannya yang menampilkan kembali lembar-lembar MoU yang sebenarnya sudah ditandatangani beberapa minggu lalu. Meski sudah membacanya berkali-kali, tetapi ia merasa harus membacanya lagi. Baris demi baris, pasal demi pasal, seperti sedang mencari serpihan yang sempat luput dari matanya. Dan sekarang mulai terasa ada sebuah kejanggalan.Ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar. Ada pesan masuk dari salah satu manajer logistik.[Pak Dhafin, vendor pengiriman luar negeri sudah ganti. Koordinasi awal dari pihak The Bright Group langsung ke tim.]Dhafin mengerutkan keningnya dengan alis yang nyaris menyatu. Ia tidak pernah menyetujui perubahan vendor. Bahkan, dalam rapat terakhir, keputusan itu ditunda karena audit kelayakan masih berjalan.Tangannya langsung bergerak cepat. Dhafin menelusuri ulang folder-folder laporan internal, lalu membuka sistem manajemen proyek. Memang benar, terdapat serangkaian keputusan y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status